Banten Daksina
"Taled antuk wakul meserembeng saha medaging tampak liman, beras, kelapa,taluh bebek matah, plawa peselan, gegantungan, bija ratus, jambe matah, tingkih pangi, sedah tampilan, soang-soang daging daksina punika wadahin kojong"
Dalam lontar Yadnya Prakerti disebutkan bahwa Daksina melambangkan Hyang Guru yang berstana di sanggah kemulan
Unsur-unsur yang membentuk daksina, diurut dari isi terbawah hingga diatas yaitu:
terbuat dari janur / slepan yang bentuknya bulat dan sedikit panjang serta ada batas pinggirnya. Alas Bedogan ini lambang pertiwi unsur yang dapat dilihat dengan jelas. srobong daksina; terbuat dari janur / slepan yang dibuta melinkar dan tinggi, seukuran dengan alas wakul. Bedogan bagian tengah ini adalah lambang Akasa yang tanpa tepi. Srembeng daksina juga merupakan lambang dari hukum Rta ( Hukum Abadi tuhan )
dibuat dari dua potongan janur lalu dijahit sehinga membentuk tanda tambah. Tampak adalah lambang keseimbangan baik makrokosmos maupun mikrokosmos, sebagai sumber pengatur seisi alam, menjadi cerminan Sang Hyang Rwa Bineda, sehingga kelihatan ada siang ada malam, ada laki – laki ada perempuan, baik dan buruk. tampak juga melambangkan Swastika, yang artinya semoga dalam keadaan baik.
merupakan makanan pokok melambang dari hasil bumi yang menjadi sumber penghidupan manusia di dunia ini. beras juga merupakan simbul udara sebagai cerminan Sang Hyang Bayu
terbuat dari: daun sirih (hijau – wisnu), kapur (putih – siwa) dan pinang (merah – brahma) diikat sedemikian rupa sehingga menjadi satu,
porosan adalah lambang pemujaan Hyang Tri Murti (Agni, Undaram dan Marut, dengan aksara Suci AUM).
Porosan simbul silih asih, cerminan dari Sang Hyang Semarajaya Semara Ratih
adalah buah serbaguna, yang juga :simbol Pawitra (air keabadian/amertha).
Buah kelapa juga merupakan lambang alam semesta yang terdiri dari tujuh lapisan (sapta loka dan sapta patala) karena ternyata kelapa memiliki tujuh lapisan ke dalam dan tujuh lapisan ke luar;
- Air sebagai lambang Mahatala,
- Isi lembutnya lambang Talatala,
- isinya lambang tala,
- lapisan pada isinya lambang Antala,
- lapisan isi yang keras lambang sutala,
- lapisan tipis paling dalam lambang Nitala,
- batoknya lambang Patala.
Sedangkan lambang Sapta Loka pada kelapa yaitu:
- Bulu batok kelapa sebagai lambang Bhur loka,
- Serat saluran sebagai lambang Bhuwah loka,
- Serat serabut basah lambang swah loka,
- Serabut basah lambanag Maha loka,
- serabut kering lambang Jnana loka,
- kulit serat kering lambang Tapa loka,
- Kulit kering sebagai lambang Satya loka
Kelapa dikupas dibersihkan hingga kelihatan batoknya dengan maksud karena Bhuana Agung sthana Hyang Widhi tentunya harus bersih dari unsur-unsur gejolak indria yang mengikat dan serabut kelapa adalah lambang pengikat indria.
Kelapa juga merupakan simbul matahari atau “windu ” yakni cerminan Sang Hyang Sadha Siwa
dibungkus dengan ketupat telor, adalah lambang awal kehidupan / getar-getar kehidupan, lambang Bhuana Alit yang menghuni bumi ini, karena pada telor terdiri dari tiga lapisan, yaitu
- Kuning Telor/Sari lambang Antah karana sarira,
- Putih Telor lambang Suksma Sarira,
- Kulit telor adalah lambang Sthula sarira.
dipakai telur itik karena itik dianggap suci, bisa memilih makanan, sangat rukun dan dapat menyesuaikan hidupnya (di darat, air dan bahkan terbang bila perlu). Telor merupakan simbul bulan atau “ ardha Chandra” yakni cerminan Sang Hyang Siwa
adalah simbol manusia yang menghuni bumi sebagai bagian dari ala mini. Idialnya manusia penghuni bumi ini hidup dengan Tri kaya Parisudhanya. Dalam tetandingan :
- Pisang melambangkan jari,
- Tebu belambangkan tulang.
adalah simbol Purusa / Kejiwaan / Laki-laki, dari segi warna putih (ketulusan), Merupakan simbul bintang atau “ nata “ yalni cerminan Sang Hyang Parama Siwa
lambang pradhana / kebendaan / perempuan, dari segi warna merah (kekuatan). Dalam tetandingan melambangkan dagu. Pangi simbul sarwa pala bungkah cerminan Sang Hyang Boma
merupakan perpaduan dari isi daratan dan lautan, yang terbuat dari kacang-kacangan, bumbu-bumbuan, garam dan ikan teri yang dibungkus dengan kraras/daun pisang tua adalah lambang sad rasa dan lambang kemakmuran.juga merupakan simbul segala biji – bijian alam semesta, sebagai cerminan adanya Jiwatman ( Roh )
terbuat dari lima jenis dedaunan yang diikat menjadi satu adalah lambang Panca Devata; daun duku lambang Isvara, daun manggis lambang Brahma, daun durian / langsat / ceroring lambang Mahadeva, daun salak / mangga lambang Visnu, daun nangka atau timbul lamban Siva. Papeselan juga merupakan lambang kerjasama (Tri Hita Karana). Papeselan juga Sebagai cerminan Sang Hyang Sangkara
adalah campuran dari 5 jenis biji-bijian, diantaranya;
- godem (hitam – wisnu),
- Jawa (putih – iswara),
- Jagung Nasi (merah – brahma),
- Jagung Biasa (kuning – mahadewa) dan
- Jali-jali (Brumbun – siwa).
kesemuanya itu dibungkus dengan kraras (daun pisang tua).
benang tukelan putih memiliki makna:
- alat pengikat simbol dari naga Anantabhoga dan naga Basuki dan naga Taksaka dalam proses pemutaran Mandara Giri di Kserarnava untuk mendapatkan Tirtha Amertha
- simbolis dari penghubung antara Jivatman yang tidak akan berakhir sampai terjadinya Pralina. Sebelum Pralina Atman yang berasal dari Paramatman akan terus menerus mengalami penjelmaan yang berulang-ulang sebelum mencapai Moksa. Dan semuanya akan kembali pada Hyang Widhi kalau sudah Pralina.
- dalam tetandingan dipergunakan sebagai lambing usus/perut.
- simbul awan, yakni cerminan Sang Hyang Aji Aksara
adalah alat penebus segala kekurangan sebagai sarining manah. uang juga lambang dari Deva Brahma yang merupakan inti kekuatan untuk menciptakan hidup dan sumber kehidupan. Pis Bolong juga merupakan simbul “ windu sunia” yakni cerminan “sangkan paran”
sebagai labang saripati dari karma atau pekerjaan (Dana Paramitha)
terbuat dari janur dibuat menyerupai segi tiga, lambang dari Tri Kona; Utpeti, Sthiti dan Pralina.
terbuat dari janur dibentuk sehingga menyerupai pusungan rambut, sesunggunya tujuan akhir manusia adalah Brahman dan pusungan itu simbol pengerucutan dari indria-indria
Merupakan simbul asta aiswarya yaitu Sang Hyang Dewata Nawa Sanga.
membuat canang sari haruslah sesuai dengan aturan. untuk itu, silahkan baca artikel: "Canang Sari"