Bhagawad Gita Bab 9
Bhagawad Gita Bab 9
Krishna berkata:
“Kepadamu yang (ingin) bebas dari segala keraguan, sekarang Ku-jelaskan rahasia tentang Jñāna atau Pengetahuan Sejati dan Vijñāna atau Ilmu Kebendaan. Setelah mengetahui dan menghayatinya, niscayalah kau terbebaskan dari lingkaran kelahiran dan kematian yang berulang-ulang.”
“Inilah Raja segala Pengetahuan, Raja segala Ilmu, paling utama, rahasia. Namun, sesungguhnya mudah dipahami. Penerapannya selaras dengan dharma, kebajikan abadi, dan sungguh menyenangkan, membawa berkah.”
“Arjuna, mereka yang tidak meyakini kebenaran ilmu dan laku atau dharma ini – tidak dapat mencapai-Ku; demikian, mereka tetap berada dalam lingkaran kelahiran dan kematian.”
“Kuliputi alam semesta dalam keilahian serta kemuliaan-Ku yang tak-nyata. Semua makhluk bagaikan ide-ide yang berada di dalam diri-Ku. Sebab itu, sesungguhnya Aku tidak berada di dalam diri mereka.”
“Sesungguhnya makhluk-makhluk pun juga tidak ada di dalam-Ku. Namun, saksikanlah kekuatan Yoga yang menakjubkan! Walau menjadi sumber (pencipta) dan penopang (pemelihara) mereka semua; tetaplah Aku tidak berada di dalam diri mereka.”
“Sebagaimana angin yang berada di mana-mana, adalah bagian dari eter, substansi ruang yang maha luas, ketahuilah bahwa demikian pula semua makhluk berada di dalam diri-Ku.”
“Arjuna, saat terjadi mahā-pralaya atau kiamat besar pada akhir satu kalpa atau masa besar – semua-nya melebur dan menyatu dengan Kesejatian-Ku, Prakṛti-Ku; kemudian pada awal kalpa atau masa baru, mereka semua muncul lagi.”
“Dengan Kesejatian Diri-Ku sendiri; karena Prakṛti, Sifat Alami-Ku sendiri – kerumunan makhluk muncul saat kalpa atau masa baru; mereka tidak muncul atas kehendak mereka.”
“Kendati demikian, Arjuna, walau semuanya terjadi atas kehendak-Ku; mereka muncul sesuai dengan karma mereka masing-masing, Aku tidak terpengaruh oleh apa yang mereka buat. Kedudukan-Ku tak tergoyahkan oleh perbuatan mereka.”
“Arjuna, di bawah pengawasan-Ku, roda Saṁsāra semesta berputar terus, menyebabkan munculnya makhluk-makhluk bernyawa, dan bergerak; maupun benda-benda yang tidak bergerak.”
“Orang-orang bodoh yang tidak memahami hal ini; tidak pula menyadari kekuasaan-Ku sebagai Penguasa Tunggal alam semesta – mengira bahwa Aku hanyalah manusia biasa berdarah dan berdaging.”
“Mereka yang tidak sadar (tidak menyadari hakikat diri), senantiasa terlibat dalam perbuatan yang sia-sia; harapan dan pengetahuan mereka pun sia-sia semua. Dalam kesia-siaan itu mereka merangkul kebiasaan-kebiasaan āsurī atau syaitani yang tambah membingungkan.”
“Di pihak lain, Arjuna, para mahātmā – mereka yang berjiwa mulia – yang telah menyadari kemuliaan dirinya dan mengenali-Ku sebagai Sumber semua makhluk, dan segala-galanya; Tak Termusnahkan, dan Kekal Abadi; senantiasa memuja-Ku dengan seluruh kesadarannya berpusat pada-Ku.”
“Demikian mereka senantiasa memuliakan Aku; berupaya untuk menyadari kehadiran-Ku di mana-mana; dan selalu berlindung pada-Ku dengan keyakinan yang teguh. Sesungguhnya, mereka telah bersatu dengan-Ku dalam meditasi, puja-bakti, dan panembahan mereka, yang sepenuhnya terpusatkan pada-Ku.”
“Mereka yang menempuh jalur pengetahuan, atau Jñāna Yoga, menyadari hakikat-Ku lewat Pengetahuan. Demikian, sesungguhnya mereka pun menyembah-Ku, dengan cara menyadari hakikat diri yang tak terpisahkan dengan-Ku; ada pula yang menyembah wujud ilahi-Ku dengan berbagai cara lain, dengan melihat diri-Ku dalam beragam wujud lainnya.”
“Akulah Hyang Mempersembahkan; Aku pula Persembahan; Akulah rempah-rempah, biji-bijian, segala apa yang dihaturkan ‘untuk’ leluhur yang telah meninggal; Akulah mantra-mantra suci pengiring persembahan; Aku pula api suci yang mengantar persembahan; sesungguhnya tindakan persembahan itu pun Aku.”
“Akulah Pemelihara dan Penguasa Tunggal alam semesta; Ayah, Ibu, dan Leluhur sejati, Akulah Hyang Patut Dikenal, Hyang Maha Menyucikan, Sabda Mulia Oṁ; dan, Sumber segala Pengetahuan, Veda – Ṛg, Yajur, dan Sāma.”
“Akulah Tujuan Tertinggi; Hyang Maha Memelihara, Menguasai, dan Menyaksikan; Keadaan atau Tempat Abadi (yang dapat digapai), Pelindung Tunggal, Sahabat Setia, Awal-Mula dan Akhir dari segala-segalanya; Kepada-Ku semuanya berpulang saat kiamat atau pralaya, dan Aku pula Benih Kehidupan yang tak pernah punah.”
“Akulah panasnya matahari; Aku pula yang mengatur awan dan hujan. Arjuna, Akulah kematian, dan Aku pula keabadian; Akulah keberadaan dan juga ketiadaan.”
“Mereka yang berkarya untuk meraih hasil tertentu sesuai dengan anjuran dalam ketiga Veda tersebut, sepanjang hidupnya menikmati Soma, atau segala kenikmatan yang berasal dari gugusan pikiran, indra, badan, dan sebagainya; berbakti dengan melakukan berbagai macam ritus, dan terbebaskan dari segala macam dosa-kekhilafan, mereka menuju alam surga tempat Indra berkuasa. Demikian, mereka menikmati segala kenikmatan surgawi.”
“Setelah menikmati alam surga yang luas dan berakhirnya (tabungan) kebajikan yang mereka peroleh sebagai hasil dari pekerjaan yang sesuai dengan anjuran Veda – kitab-kitab suci – maka, mereka kembali ke dunia ini. Demikian mereka pergi dan balik – lahir, mati, menikmati surga, lahir lagi, mati lagi – berulang-ulang kali.”
“Namun, para panembah penuh welas asih, devosi – yang senantiasa mengenang-Ku, mengingat-Ku, memuja-Ku tanpa mengharapkan sesuatu (semata karena mencintai-Ku) – selalu menikmati kemanunggalan dengan-Ku. Mereka Ku-lindungi senantiasa dan Ku-penuhi segala kebutuhannya.”
“Wahai Arjuna, para panembah berkeyakinan penuh, yang memuja para malaikat atau dewa dan wujud-wujud lain, sesungguhnya memuja-Ku juga, walau dengan cara yang tidak sesuai aturan – tidak tepat.”
“Akulah Penguasa Tunggal Penerima semua persembahan; namun karena tidak memahami hakikat diri-Ku sebagai Hyang Maha Tinggi, maka mereka (selalu) jatuh (lagi).”
“(Setelah meninggalkan badan-fana) Mereka yang percaya pada dewa atau malaikat, bergabung dengan mereka; mereka yang percaya pada leluhur, bergabung dengan leluhur; dan mereka yang percaya pada roh-roh lain (bertabiat baik maupun buruk), bergabung dengan roh-roh tersebut. Namun, mereka yang senantiasa memuja-Ku (sepanjang hidupnya) datang pada-Ku.”
“Persembahan penuh kasih, penuh devosi seorang panembah – entah itu sehelai daun, sekuntum bunga, buah, ataupun sekadar air – niscayalah Ku-terima dengan penuh kasih pula.”
“Arjuna, apa pun yang kau lakukan; apa pun yang kau makan; apa pun yang kau persembahkan kepada api suci (segala puja persembahanmu); apa pun yang kau hadiahkan (derma yang kau berikan); dan segala tapa-brata – persembahkanlah semuanya kepada-Ku.”
“Demikian, dengan pikiranmu kukuh dalam kesadaran Saṁnyās, lepas dari segala dualitas dan keterikatan; niscayalah kau terbebaskan dari belenggu karma baik dan buruk, dan mencapai-Ku.”
“Aku sama terhadap setiap makhluk, tiada yang Kubenci, tiada pula yang terkasih. Namun, kehadiran-Ku tampak nyata dalam diri mereka yang senantiasa berbakti pada-Ku, sebab mereka berada dalam (kesadaran)-Ku.”
“Sekalipun seorang penjahat terbejat memuja-Ku dengan penuh keyakinan dan kasih serta dengan segenap kesadarannya terpusatkan pada-Ku – maka ia mesti dianggap sebagai seorang bijak, seorang sādhu yang telah menemukan kedamaian di dalam dirinya, karena ia telah bersikap yang tepat.”
“Demikian, Sang Dharmātmā atau Wujud Kebajikan itu meraih segala kemuliaan serta kedamaian sejati. Ketahuilah Arjuna, seseorang yang berbakti seperti itu tidak pernah jatuh dan punah. Dan, niscayalah kesadarannya tak pernah merosot lagi.”
“Arjuna, kaum perempuan; para vaiśya atau pengusaha; para śūdra, kaum atau golongan pekerja dalam bidang apa saja; bahkan mereka yang berasal dari kelahiran yang dianggap rendah – jika berlindung pada-Ku, maka mencapai tujuan tertinggi.”
“Kemudian, apa yang perlu Kukatakan tentang para brahmana, para pendidik dan terpelajar; serta para resi yang senantiasa memuja-Ku. Sebab itu, selagi berada dalam dunia yang senantiasa berubah dan penuh duka ini, pujalah Aku setiap saat.”
“Pusatkanlah segenap pikiran dan perasaanmu pada-Ku; berbaktilah pada-Ku; (tundukkan kepala ego) bersujudlah pada-Ku dengan semangat panembahan yang tulus; demikian, berlindung pada-Ku senantiasa, niscayalah kau meraih kemanunggalan dengan-Ku.”
Bhagawad Gita Bab 9
Bhagawad Gita 9.1
śrī-bhagavān uvāca
Bhagawad Gita 9.1
idaḿ tu te guhyatamaḿ pravakṣyāmy anasūyave
jñānaḿ vijñāna-sahitaḿ yaj jñātvā mokṣyase 'śubhāt
Śrī-bhagavān uvāca—Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda; idam—ini; tu—tetapi; te—kepadamu; guhya-tamam—paling rahasia; pravakṣyāmi—Aku bersabda; anasūyave—kepada orang yang tidak iri; jñānam—pengetahuan; vijñāna—pengetahuan yang diinsafi; sahitam—dengan; yat—yang; jñātvā—mengenal; mokṣyase—engkau akan dibebaskan; aśubhāt—dari kehidupan material yang sengsara ini.
Krishna bersabda:
Arjuna yang baik hati, oleh karena engkau tidak pernah iri hati kepada-Ku, Aku akan menyampaikan pengetahuan dan keinsafan yang paling rahasia ini kepadamu. Dengan mengenal pengetahuan rahasia dan keinsafan ini, engkau akan dibebaskan dari kesengsaraan kehidupan material.
Bhagawad Gita 9.2
rāja-vidyā rāja-guhyaḿ pavitram idam uttamam
Bhagawad Gita 9.2
pratyakṣāvagamaḿ dharmyaḿ su-sukhaḿ kartum avyayām
rāja-vidyā—raja pendidikan; rāja-guhyam—rājā pengetahuan rahasia; pavitram—yang paling murni; idam—ini; uttamām—rohani; pratyakṣa—oleh pengalaman langsung; avagamam—dimengerti; dharmyam—prinsip dharma; su-sukham—bahagia sekali; kartum—melaksanakan; avyayām—berada untuk selamanya.
Pengetahuan ini adalah rājā pendidikan, yang paling rahasia di antara segala rahasia. Inilah pengetahuan yang paling murni, pengetahuan ini adalah kesempurnaan dharma, karena memungkinkan seseorang melihat sang diri secara langsung melalui keinsafan. Pengetahuan ini kekal dan dilaksanakan dengan riang.
9.3
aśraddadhānāḥ puruṣā
dharmasyāsya parantapa
aprāpya māḿ nivartante
mṛtyu-saḿsāra-vartmani
aśraddadhānaḥ—orang yang tidak yakin dan tidak setia; puruṣaḥ—orang seperti itu; dharmasya—menuju proses dharma; asya—ini; parantapa—wahai pembunuh musuh; aprāpya—tanpa memperoleh; mām—Aku; nivartante—kembali lagi; mṛtyu—mengenai kematian; saḿsāra—dalam kehidupan material; vartmani—di jalan.
Orang yang tidak yakin dan tidak setia melaksanakan bhakti ini, tidak dapat mencapai kepada-Ku wahai penakluk musuh. Karena itu, mereka kembali ke jalan kelahiran dan kematian di dunia material.
9.4
mayā tatam idaḿ sarvaḿ
jagad avyakta-mūrtinā
mat-sthāni sarva-bhūtāni
na cāhaḿ teṣv avasthitaḥ
mayā—oleh-Ku; tatam—berada di mana-mana; idam—ini; sarvam—seluruh; jagat—manifestasi alam semesta; avyakta-mūrtinā—oleh bentuk yang tidak terwujud; mat-sthāni—di dalam diri-Ku; sarva-bhūtāni—semua makhluk hidup; na—tidak; ca—juga; aham—Aku; teṣu—dalam mereka; avasthitāḥ—berada.
Aku berada di mana-mana di seluruh alam semesta dalam bentuk -Ku yang tidak terwujud. Semua makhluk hidup berada dalam diri-Ku, tetapi Aku tidak berada di dalam mereka.
9.5
na ca mat-sthāni bhūtāni
paśya me yogam aiśvaram
bhūta-bhṛn na ca bhūta-stho
mamātmā bhūta-bhāvanaḥ
na—tidak pernah; ca—juga; mat-sthāni—berada di dalam Diri-Ku; bhūtāni—segala ciptaan; paśya—lihatlah; me—milik-Ku; yogam aiśvaram—kekuatan batin yang tidak dapat dipahami; bhūta-bhṛt—pemelihara semua makhluk hidup; na—tidak pernah; ca—juga; bhūta-sthaḥ—dalam manifestasi alam semesta; mama—milik-Ku; ātmā—Diri; bhūta-bhāvanaḥ—asal mula segala manifestasi
Namun segala sesuatu yang diciptakan tidak bersandar di dalam Diri-Ku. Lihatlah kehebatan batin-Ku! walaupun aku memelihara semua makhluk hidup dan walaupun Aku berada di mana-mana, namun Aku bukan bagian dari manifestasi alam semesta ini, sebab Diri-Ku adalah asal mula ciptaan.
9.6
yathākāśa-sthito nityaḿ
vāyuḥ sarvatra-go mahān
tathā sarvāṇi bhūtāni
mat-sthānīty upadhāraya
yathā—bagaikan; ākāśa-sthitaḥ—terletak di angkasa; nityam—selalu; vāyuḥ—angin; sarvatra-gaḥ—bertiup di mana-mana; mahān—besar; tathā—seperti itu pula; sarvāni bhūtāni—semua makhluk hidup yang diciptakan; mat-sthāni—berada di dalam Diri-Ku; iti—demikian; upadhāraya—cobalah mengerti.
Mengertilah bahwa semua makhluk hidup yang diciptakan bersandar dalam Diri-Ku bagaikan angin besar yang bertiup di mana-mana selalu berada di angkasa.
9.7
sarva-bhūtāni kaunteya
prakṛtiḿ yānti māmikām
kalpa-kṣaye punas tāni
kalpādau visṛjāmy aham
sarva-bhūtāni—semua makhluk yang diciptakan; kaunteya—wahai putera Kuntī ; prakṛtim—tenaga; yānti—masuk; māmikām—milik-Ku; kalpa-kṣaye—pada akhir jaman; punaḥ—lagi; tāni—semua itu; kalpa-ādau—pada awal jaman; visṛjāmi—menciptakan; aham—Aku.
Wahai putera Kuntī, pada akhir jaman, semua manifestasi material masuk ke dalam tenaga-Ku, dan pada awal jaman lain, Aku menciptakannya sekali lagi dengan kekuatan-Ku.
9.8
prakṛtiḿ svām avaṣṭabhya
visṛjāmi punaḥ punaḥ
bhūta-grāmam imaḿ kṛtsnam
avaśaḿ prakṛter vaśāt
prakṛtim—alam material; svām—dari Diri Pribadi-Ku; avaṣṭabhya—masuk ke dalam; visṛjāmi—Aku menciptakan; punaḥ punaḥ—berulang kali; bhūta-grāmam—semua manifestasi alam semesta; imām—yang ini; kṛtsnam—secara keseluruhan; avaśam—dengan sendirinya; prakṛteḥ—dari kekuatan alam; vaśāt—di bawah kewajiban.
Seluruh susunan alam semesta di bawah-Ku. Atas kehendak-Ku alam semesta dengan sendirinya diwujudkan berulang kali. Atas kehendak-Ku akhirnya alam semesta dileburkan.
9.9
na ca māḿ tāni karmaṇi
nibadhnanti dhanañjaya
udāsīna-vad āsīnam
asaktaḿ teṣu karmasu
na—tidak pernah; ca—juga; mām—Aku; tāni—semua itu; karmaṇi—kegiatan; nibadhnanti—mengikat; dhanañjaya—wahai perebut kekayaan; udāsīna-vat—seolah-olah netral; āsīnam—terletak; asaktam—tanpa tertarik; teṣu—untuk yang itu; karmasu—kegiatan.
Wahai dhanañjaya, segala pekerjaan ini tidak dapat mengikat Diri-Ku. Aku tetap tidak pernah terikat terhadap segala kegiatan material itu, dan Aku tetap netral.
9.10
mayādhyakṣeṇa prakṛtiḥ
sūyate sa-carācaram
hetunānena kaunteya
jagad viparivartate
mayā—oleh-Ku; adhyakṣeṇa—oleh pengawasan; prakṛtiḥ—alam material; sūyate—mewujudkan; sa—kedua-duanya; cara-acaram—yang bergerak dan yang tidak bergerak; hetunā—karena alasan; anena—ini; kaunteya—wahai putera Kuntī ; jagat—manifestasi alam semesta; viparivartate—bekerja.
Alam material ini, salah satu di antara tenaga-tenaga-Ku, bekerja dibawah perintah-Ku, dan menghasilkan semua makhluk baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, wahai putera Kuntī. Di bawah hukum-hukum alam material, manifestasi ini diciptakan dan dilebur berulangkali.
9.11
avajānanti māḿ mūḍhā
mānuṣīḿ tanum āśritam
paraḿ bhāvam ajānanto
mama bhūta-maheśvaram
avajānanti—mengejek; mām—Aku; mūḍhāḥ—orang bodoh; mānuṣīm—dalam bentuk manusia; tanum—sebuah badan; āśritam—menerima; param—rohani; bhāvam—sifat; ajānantaḥ—tidak mengetahui; mama—milik-Ku; bhūta—segala sesuatu yang ada; mahā-īśvaram—Pemilik Yang Paling Utama.
Orang bodoh mengejek diri-Ku bila Aku turun dalam bentuk seperti manusia. Mereka tidak mengenal sifat rohani-Ku sebagai Tuhan Yang Maha Esa yang berkuasa atas segala sesuatu yang ada.
9.12
moghāśā mogha-karmaṇo
mogha-jñānā vicetasāḥ
rākṣasīm āsurīḿ caiva
prakṛtiḿ mohinīḿ śritāḥ
mogha-āśāḥ—dibingungkan dalam harapannya; mogha-karmaṇaḥ—dibingungkan dalam kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil; mogha-jñānāḥ—dibingungkan dalam pengetahuan; vicetasāḥ—dibingungkan; rākṣasīm—jahat; āsurīm—tidak percaya pada Tuhan; ca—dan; evā—pasti; prakṛtim—alam; mohinīm—membingungkan; śritāh—berlindung kepada.
Orang yang dibingungkan seperti itu tertarik pada pandangan jahat dan pandangan yang tidak percaya kepada Tuhan. Dalam khayalan seperti itu, harapan mereka adalah untuk mencapai pembebasan, kegiatannya yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau pahala, serta pengembangan pengetahuannya semua dikalahkan.
9.13
mahātmānas tu māḿ pārtha
daivīḿ prakṛtim āśritāḥ
bhajanty ananya-manaso
jñātvā bhūtādim avyayām
mahā-ātmānaḥ—roh-roh yang mulia; tu—tetapi; mām—kepada-Ku; pārtha—wahai putera Pṛthā; daivīm—rohani; prakṛtim—alam; aśritāh—sesudah berlindung kepada; bhajanti—mengabdikan diri; ananya-manasāḥ—tanpa pikiran menyimpang; jñātvā—mengenal; bhūta—ciptaan; ādim—asal mula; avyayām—tidak dapat dimusnahkan.
Wahai putera Pṛthā, orang yang tidak dikhayalkan, roh-roh yang mulia, di bawah di perlindungan alam rohani. Mereka tekun sepenuhnya dalam bhakti karena mereka mengenal Diri-Ku sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, asal mula yang tidak dapat dimusnahkan.
9.14
satataḿ kīrtayanto māḿ
yatantaś ca dṛḍha-vratāḥ
namasyantaś ca māḿ bhaktyā
nitya-yuktā upāsate
satatam—selalu; kīrtayantaḥ—memuji; mām—tentang-Ku; yatantaḥ—berusaha sepenuhnya; ca—juga; dṛḍha-vratāḥ—dengan ketabahan hati; namasyantaḥ—bersujud; ca—dan; mām—Aku; bhaktyā—dalam bhakti; nitya-yuktāḥ—tekun untuk selamanya; upāsate—menyembah.
Roh-roh yang mulia ini selalu memuji kebesaran-Ku, berusaha dengan ketabahan hati yang mantap, bersujud di hadapan-Ku, dan senantiasa sembahyang kepada-Ku dengan bhakti.
9.15
jñāna-yajñena cāpy anye
yajanto mām upāsate
ekatvena pṛthaktvena
bahudhā viśvato-mukham
jñāna-yajñena—dengan mengembangkan pengetahuan; ca—juga; api—pasti; anye—orang lain; yajantaḥ—mengorbankan; mām—Aku; upāsate—menyembah; ekatvena—dalam persatuan; pṛthaktvena—dalam sifat yang mendua; bahudhā—dalam keanekaan; viśvataḥ-mukham—dan dalam bentuk semesta.
Orang lain, yang menekuni korban suci dengan mengembangkan pengetahuan, menyembah Tuhan Yang Maha Esa sebagai yang satu yang tiada duanya, sebagai yang mempunyai aneka sifat dalam banyak bentuk, dan dalam bentuk semesta.
9.16
ahaḿ kratur ahaḿ yajñaḥ
svadhāham aham auṣadham
mantro 'ham aham evājyam
aham agnir ahaḿ hutam
aham—Aku; kratuḥ—ritual Veda; aham—Aku; yajñaḥ—korban suci menurut smṛti; svadhā—persembahan; aham—Aku; aham—Aku; auṣadham—yang menyembuhkan; mantraḥ—mantera rohani; aham—Aku; aham—Aku; evā—pasti; ājyam—mentega yang dicairkan; aham—Aku; agniḥ—api; aham—Aku; hutam—persembahan.
Tetapi Akulah ritual, Akulah korban suci, persembahan kepada leluhur, ramuan yang menyembuhkan, dan mantera rohani. Aku adalah mentega, api dan apa yang dipersembahkan.
9.17
pitāham asya jagato
mātā dhātā pitāmahaḥ
vedyaḿ pavitram oḿkāra
ṛk sāma yajur eva ca
pitā—ayah; aham—Aku; asya—dari ini; jagataḥ—alam semesta; matā—ibu; dhātā—penyangga; pitāmahaḥ—kakek; vedyam—apa yang dapat diketahui; pavitram—itu yang menyucikan; oḿ-kāra—suku kata om; ṛk—Ṛg Veda; sāma—Sāma Veda; yajuḥ—Yajur Veda; evā—pasti; ca—dan.
Akulah ayah alam semesta ini, ibu, penyangga dan kakek. Akulah obyek pengetahuan, yang menyucikan dan suku kata om. Aku juga rg, Sama dan Yajur Veda.
9.18
gatir bhartā prabhuḥ sākṣī
nivāsaḥ śaraṇaḿ suhṛt
prabhavaḥ pralayaḥ sthānaḿ
nidhānaḿ bījam avyayām
gatiḥ—tujuan; bhartā—pemelihara; prabhuḥ—penguasa; sākṣī—saksi; nivāsaḥ—tempat tinggal; śaraṇam—tempat perlindungan; su-hṛt—kawan yang paling akrab; prabhāvaḥ—ciptaan; pralayaḥ—peleburan; sthānam—dasar; nidhanam—tempat bersandar; bījam—benih; avyayām—tidak dapat dimusnahkan.
Aku adalah tujuan, Pemelihara, Penguasa, saksi, tempat tinggal, Pelindung dan kawan yang paling tercinta. Aku adalah ciptaan dan peleburan, dasar segala sesuatu, sandaran dan benih yang kekal.
9.19
tapāmy aham ahaḿ varṣaḿ
nigṛhṇāmy utsṛjāmi ca
amṛtaḿ caiva mṛtyuś ca
sad asac cāham Arjuna
tapāmi—memberi panas; aham—Aku; aham—Aku; varṣam—hujan; nigṛhṇāmi—menahan; utsṛjāmi—mengirim; ca—dan; amṛtam—kekekalan; ca—dan; evā—pasti; mṛtyuḥ—kematian; ca—dan; sat—roh; asat—alam; ca—dan; aham—Aku; Arjuna—wahai Arjuna.
Wahai Arjuna, Aku memberi panas dan Aku menahan dan mengirim hujan. Aku adalah pembebasan dari kematian, dan Aku juga kepribadian maut. Baik yang bersifat rohani maupun material berada di dalam Diri-Ku.
9.20
trai-vidyā māḿ soma-pāḥ pūta-pāpā
yajñair iṣṭvā svar-gatiḿ prārthayante
te puṇyam āsādya surendra-lokam
aśnanti divyān divi deva-bhogān
trai-vidyāḥ—orang yang menguasai tiga Veda; mām—Aku; soma-pāḥ—peminum air soma; pūta— disucikan; pāpaḥ—dari dosa; yajñaiḥ—dengan korban suci; iṣṭvā—menyembah; svaḥ-gatim—perjalanan ke surga; prārthayante—berdoa untuk; te—mereka; puṇyam—saleh; āsādya—mencapai; sura-indra—milik indra; lokam—dunia; aśnanti—menikmati; divyān—mengenai surga; divi—di surga; deva-bhogān—kesenangan para dewa.
Orang yang mempelajari Veda dan minum air soma dalam usaha mencapai planet-planet surga, menyembah-Ku secara tidak langsung. Setelah mereka disucikan dari reaksi-reaksi dosa, mereka dilahirkan diplanet Indra yang saleh di surga. Di sana mereka menikmati kesenangan para dewa.
9.21
te taḿ bhuktvā svarga-lokaḿ viśālaḿ
kṣīṇe puṇye martya-lokaḿ viśanti
evaḿ trayī-dharmam anuprapannā
gatāgataḿ kāma-kāmā labhante
te—mereka; tam—itu; bhuktvā—menikmati; svargalokam—surga; viśālam—luas; kṣīṇe—dengan habisnya; puṇye—hasil kegiatannya yang saleh; martya-lokam—ke bumi, tempat kematian; viśanti—jatuh; evam—demikian; trayī—dari tiga Veda; dharmam—ajaran; anuprapannāḥ—mengikuti; gata-āgatam—kematian dan kelahiran; kāma-kāmāḥ—menginginkan kenikmatan indera-indera; labhante—mencapai.
Bila mereka sudah menikmati kesenangan indera-indera yang luas disurga seperti itu dan hasil kegiatan salehnya sudah habis, mereka kembali lagi ke planet ini, tempat kematian. Jadi, orang yang mencari kenikmatan indera-indera dengan mengikuti prinsip-prinsip dari tiga Veda hanya mencapai kelahiran dan kematian berulang kali.
9.22
ananyāś cintayanto māḿ
ye janāḥ paryupāsate
teṣāḿ nityābhiyuktānāḿ
yoga-kṣemaḿ vahāmy aham
ananyāḥ—tidak mempunyai tujuan lain; cintayantaḥ—memusatkan pikiran; mām—kepada-Ku; ye—orang yang; janaḥ—orang; paryupāsate—menyembah dengan cara yang sebenarnya; teṣām—kepada mereka; nitya—senantiasa; abhiyuktānām—mantap dalam bhakti; yoga—kebutuhan; kṣemam—perlindungan; vahāmi—membawa; aham—Aku.
Tetapi orang yang selalu menyembah-Ku dengan bhakti tanpa tujuan yang lain dan bersemadi pada bentuk rohani-Ku—Aku bawakan apa yang dibutuhkannya, dan Aku memelihara apa yang dimilikinya.
9.23
ye 'py anya-devatā-bhaktā
yajante śraddhayānvitāḥ
te 'pi mām eva kaunteya
yajanty avidhi-pūrvakam
ye—orang yang; api—juga; anya—dari yang lain; devatā—dewa-dewa; bhaktaḥ—para penyembah; yajante—menyembah; śraddhayā anvitāḥ—dengan kepercayaan; te—mereka; api—juga; mām—Aku; evā—hanya; kaunteya—wahai putera Kuntī ; yajanti—mereka menyembah; avidhi-pūrvakam—dengan cara keliru.
Orang yang menjadi penyembah dewa-dewa lain dan menyembah dewa-dewa itu dengan kepercayaan sebenarnya hanya menyembah-Ku, tetapi mereka berbuat demikian dengan cara yang keliru, wahai putera Kuntī .
9.24
ahaḿ hi sarva-yajñānāḿ
bhoktā ca prabhur eva ca
na tu mām abhijānanti
tattvenātaś cyavanti te
aham—Aku; hi—pasti; sarva—dari semua; yajñānām—korban-korban suci; bhoktā—yang menikmati; ca—dan; prabhuḥ—Tuhan; evā—juga; ca—dan; na—tidak; tu—tetapi; mām—Aku; abhijānanti—mereka mengenal; tattvena—dalam kenyataan; ataḥ—karena itu; cyavanti—jatuh; te—mereka.
Satu-satunya Aku yang menikmati dan menguasai semua korban suci. Karena itu, orang yang tidak mengakui sifat rohani-Ku yang sejati jatuh.
9.25
yānti deva-vratā devān
pitṝn yānti pitṛ-vratāḥ
bhūtāni yānti bhūtejyā
yānti mad-yājino 'pi mām
yānti—pergi; deva-vratāḥ—para penyembah dewa; devān—kepada para dewa; pitṝn—kepada para leluhur; yānti—pergi; pitṛ-vratāḥ—para penyembah leluhur; bhūtāni—kepada para hantu dan roh-roh halus; yānti—pergi; bhūta-ijyāḥ—para penyembah roh-roh halus dan hantu-hantu; yānti—pergi; mat—milik-Ku; yājinaḥ—para penyembah; api—tetapi; mām—kepada-Ku.
Orang yang menyembah dewa-dewa akan dilahirkan di antara para dewa, orang yang menyembah leluhur akan pergi ke leluhur, orang yang menyembah hantu dan roh halus akan dilahirkan di tengah tengah makhluk-makhluk seperti itu, dan orang yang menyembah-Ku akan hidup bersama-Ku.
9.26
patraḿ puṣpaḿ phalaḿ toyaḿ
yo me bhaktyā prayacchati
tad ahaḿ bhakty-upahṛtam
aśnāmi prayatātmanaḥ
patram—daun; puṣpam—bunga; phalam—buah; toyam—air; yaḥ—siapapun; me—kepada-Ku; bhaktyā—dengan bhakti; prayacchati—mempersembahkan; tat—itu; aham—Aku; bhaktiupahṛtam—dipersembahkan dalam bhakti; aśnāmi—menerima; prayata-ātmanaḥ—dari orang yang kesadarannya murni.
Kalau seseorang mempersembahkan daun, bunga, buah atau air dengan cinta bhakti, Aku akan menerimanya.
9.27
yat karoṣi yad aśnāsi
yaj juhoṣi dadāsi yat
yat tapasyasi kaunteya
tat kuruṣva mad-arpaṇam
yat—apapun; karoṣi—engkau lakukan; yat—apapun; aśnāsi—engkau makan; yat—apapun; juhoṣi—engkau persembahkan; dadāsi—engkau berikan; yat—apapun; yat—apapun; tapasyasi—pertapaan yang engkau lakukan; kaunteya—wahai putera Kuntī ; tat—itu; kuruṣva—laksanakan; mat—kepada-Ku; arpaṇam—sebagai persembahan.
Apapun yang engkau lakukan, apapun yang engkau makan, apapun yang engkau persembahkan atau berikan sebagai sumbangan serta pertapaan dan apapun yang engkau lakukan-lakukanlah kegiatan itu sebagai persembahan kepada-Ku, wahai putera Kuntī .
9.28
śubhāśubha-phalair evaḿ
mokṣyase karma-bandhanaiḥ
sannyāsa-yoga-yuktātmā
vimukto mām upaiṣyasi
śubha—dari yang menguntungkan; aśubha—dan yang tidak menguntungkan; phalaiḥ—hasil; evam—demikian; mokṣyase—engkau akan dibebaskan; karma—dari pekerjaan; bandhanaiḥ—dari ikatan; sannyāsa—dari pelepasan ikatan; yoga—yoga; yukta-ātmā—dengan pikiran mantap pada; vimuktaḥ—dibebaskan; mām—kepada-Ku; upaiṣyasi—engkau akan mencapai.
Dengan cara seperti ini engkau akan dibebaskan dari ikatan terhadap pekerjaan serta hasil yang menguntungkan dan tidak menguntungkan dari pekerjaan itu. Dengan pikiran dipusatkan kepada-Ku dalam prinsip pelepasan ikatan ini, engkau akan mencapai pembebasan dan datang kepada-Ku.
9.29
samo 'haḿ sarva-bhūteṣu
na me dveṣyo 'sti na priyaḥ
ye bhajanti tu māḿ bhaktyā
mayi te teṣu cāpy aham
samaḥ—bersikap yang sama; aham—Aku; sarva-bhūteṣu—kepada semua mahkluk hidup; na—tiada seorangpun; me—kepada-Ku; dveṣyah—benci; asti—ada; na—tidak juga; priyaḥ—disayangi; ye—orang yang; bhajanti—melakukan pengabdian rohani; tu—tetapi; mām—kepada-Ku; bhaktyā—dalam bhakti; mayi—berada di dalam diri-Ku; te—orang seperti itu; teṣu—dalam mereka; ca—juga; api—pasti; aham—Aku.
Aku tidak iri kepada siapapun, dan Aku tidak berat sebelah kepada siapapun. Aku bersikap yang sama terhadap semuanya. Tetapi siapapun yang mengabdikan diri kepada-Ku dalam bhakti adalah kawan, dia berada di dalam Diri-Ku, dan Aku pun kawan baginya.
9.30
api cet su-durācāro
bhajate mām ananya-bhāk
sādhur eva sa mantavyaḥ
samyag vyavasito hi saḥ
api—meskipun; cet—kalau; su-durācāraḥ—orang yang melakukan perbuatan yang paling jijik; bhajate—tekun dalam bhakti; mām—kepada-Ku; ananya-bhāk—tanpa menyimpang; sādhuḥ—orang suci; evā—pasti; saḥ—dia; mantavyaḥ—harus diakui; samyak—sepenuhnya; vyavasitāḥ—mantap dalam ketabahan hati; hi—pasti; saḥ—dia.
Meskipun seseorang melakukan perbuatan yang paling jijik, kalau ia tekun dalam bhakti, ia harus diakui sebagai orang suci karena ia mantap dalam ketabahan hatinya dengan cara yang benar.
9.31
kṣipraḿ bhavati dharmātmā
śaśvac-chāntiḿ nigacchati
kaunteya pratijānīhi
na me bhaktaḥ praṇaśyati
kṣipram—dalam waktu yang dekat sekali; bhavati—menjadi; dharma-ātmā—saleh; śaśvat-śāntim—kedamaian yang suci; nigacchati—mencapai; kaunteyā—wahai putera Kuntī ; pratijānīhi—maklumkanlah; na—tidak pernah; me—milik-Ku; bhaktaḥ—penyembah; praṇaśyāti—binasa.
Dalam waktu yang singkat ia menjadi saleh dan mencapai kedamaian yang abadi. Wahai putera Kuntī, nyatakanlah dengan berani bahwa penyembah-Ku tidak akan pernah binasa.
9.32
māḿ hi pārtha vyapāśritya
ye 'pi syuḥ pāpa-yonayaḥ
striyo vaiśyās tathā śūdrās
te 'pi yānti parāḿ gatim
mām—dari-Ku; hi—pasti; pārtha—wahai putera Pṛthā; vyapāśritya—berlindung secara khusus; ye—orang yang; api—juga; syuḥ—adalah; pāpa-yonayaḥ—dilahirkan dalam keluarga yang lebih rendah; striyaḥ—wanita; vaiśyāḥ—para pedagang; tathā—juga; śūdrāḥ—golongan manusia yang lebih rendah; te api—merekapun; yānti—pergi; param—kepada yang tertinggi; gatim—tujuan.
Wahai putera Pṛthā, orang yang berlindung kepada-Ku, walaupun mereka dilahirkan dalam keadaan yang lebih rendah, atau wanita, vaisya [pedagang] dan sudra [buruh] semua dapat mencapai tujuan tertinggi.
9.33
kiḿ punar brāhmaṇāḥ puṇyā
bhaktā rājarṣayas tathā
anityam asukhaḿ lokam
imaḿ prāpya bhajasva mām
kim—betapa; punaḥ—lagi; brahmaṇaḥ—para brahmaṇā; puṇyāḥ—saleh; bhaktaḥ—para penyembah; rāja-ṛṣayaḥ—raja-raja yang suci; tathā—juga; anityam—sementara; asukham—penuh dengan kesengsaraan; lokam—planet; imām—ini; prāpya—mencapai; bhajasva—menekuni cinta-bhakti; mām—kepada-Ku.
Betapa lebih benar lagi kenyataan ini bagi para brahmaṇā yang saleh, para penyembah dan raja-raja yang suci. Karena itu, sesudah datang ke dunia fana yang sengsara ini, tekunilah cinta-bhakti kepada-Ku.
9.34
man-manā bhava mad-bhakto
mad-yājī māḿ namaskuru
mām evaiṣyasi yuktvāivam
ātmānaḿ mat-parāyaṇaḥ
mat-manāḥ—selalu berpikir tentang-Ku; bhava—jadilah; mat—milik-Ku; bhaktaḥ—penyembah; mat—milik-Ku; yājī—penyembah; mām—kepada-Ku; namaskuru—bersujud; mām—kepada-Ku; evā—sepenuhnya; eṣyasi—engkau akan datang; yuktvā—dengan berpikir secara khusuk; evam—demikian; ātmanām—rohmu; mat-parāyaṇāḥ—setia kepada-Ku.
Berpikirlah tentangku senantiasa, jadilah penyembah-Ku, bersujud kepada-Ku dan menyembah-Ku. Dengan berpikir tentang-Ku sepenuhnya secara khusuk, pasti engkau akan datang kepada-Ku.