USADHA Ilmu Pengobatan Ayur Veda Bali
Oleh I Nyoman Sukartha
dipublikasikan lewat Jurnal Ilmiah Jurnal manuskript Nusantara "Jumantara Vol. 5 No. 1 Tahun 2014"
Hal 109 - 135 Jakarta : Perpustakaan Nasional RI
Abstrak
Usadha sebagai ilmu pengetahuan tentang pengobatan tradisional Bali, tidak bisa diketahui secara pasti sisi historisnya, seperti, sejak kapan masyarakat Bali mengenal Usadha. Yang pasti adalah Usadha ada di Bali dan dikenal secara luas oleh etnik Bali. Kenyataan ini menandakan bahwa, usadha mulai dikenal bersamaan dengan masuknya agama Hindu ke Bali. Dalam agama Hindu, ilmu pengobatan tergolong ke dalam Veda yang keempat yaitu "Atharva Veda‟. Ilmu pengobatan itu disebut Ayur Veda. Ayur Veda yang masuk dan dikenal di Bali tidaklah selengkap Ayur Veda yang ada di India, karena ada bagian yang tidak dikenal seperti tekhnik peremajaan yang disebut Pancha Karma. Usadha telah bayak dibicarakan orang, diketahui dari adanya beberapa tulisan yang mengangkat Usadha sebagai obyek kajian. Naskah-naskah Usadha, baik berupa alih aksara ke dalam aksara Latin maupun terjemahannya ke dalam bahasa Indonesia, juga banyak bisa ditemukan. Namun demikian tulisan yang membicarakan Usadha sebagai salah satu pengobatan Ayur Veda belum ada. Terlebih lagi banyak ditemukan kesalahan dalam penerjemahan Usadha, di samping adanya beda pandang mengenai Balian di Bali.
Kata Kunci: Usadha, Ilmu Pengobatan, Ayur Veda, Bali
Arti Usadha dan Ayur Veda
Kata uṣadha secara etimologis berasal dari bahasa Jawa Kuno, yaitu: uṣadha, yang berarti obat (Zoutmulder,2006:1350): Kata uṣadha digunakan untuk pengganti kata osadha/auṣadha, dan berupa kata pungutan yang berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti tumbuhan ramuan bumbu digunakan untuk obat-obatan (Zoutmulder& Robson, 2006:721). Kata Usadha inilah yang kemudian menjadi kosa kata bahasa Indonesia dan juga bahasa Bali, yang berarti ilmu pengobatan (Tim Penyusun Kamus Bali-Indonesia, 2007:176, Tim Prima Pena, tt:667).
Usadha bagi orang Hindu Bali diartikan sebagai naskah lontar atau buku yang memuat tentang ilmu pengobatan dan nama tumbuh-tumbuhan untuk obat. Namun demikian, ada pula Usadhayang tidak berisikan tentang ilmu pengobatan, yaitu “Usadha Budha Kecapi Cemeng”. Usadha ini berisikan tentang filsafat/tatwa kamoksan. Jirnaya (211:271) membedakan Usadha menjadi 4, bila dilihat dari bentuknya.
- Berbentuk kumpulan sarana obat dan pengobatannya.
- Berbentuk pengobatan dengan pecaruan.
- Berbentuk ciri (tetenger) dan pengobatannya.
- Berbentuk naratif.
Ada Usadha dalam bentuk lain, yaitu berbentuk filsafat/tutur untuk mencapai kalepasan atau kamoksan. Dengan demikian, Usadha bila dilihat dari isinya dapat dibedakan menjadi:
- Berisi kumpulan obat-obatan dan pengobatan. Contohnya: “Usadha Taru Pramana”, “Usadha Buduh”,”Usadha Edan”, “Usadha Buh” dan sebagainya.
- Berisi pengobatan dengan pecaruan (suguhan sesajen) dan mantra-mantra. Contohnya: “Usadha Punggung Tiwas”, “Usadha Kacacar”, “Usadha Cukil Daki” dan sebagainya.
- Berisi cerita naratif, diagnosis (tetenger) penyakit dan pengobatannya.Contohnya: “Usadha Budha Kecapi Sari”
- Berisi cara pembuatan racun/penyakit dan pengobatannya.Contohnya: “Usadha Cetik” dan “Usadha Maya”
- Berisi filsafat/tatwa tentang tata cara mencapai kamoksan/kalepasan. Contohnya: “Usadha Budha Kecapi Cemeng” dan “Usadha Jong Biru”
- Berisi cara pengobatan dengan pemanasan dan pijat. Contohnya: “Usadha Pranawa” dan “Usadha Uut”.
Ayur Veda bermakna sesuatu yang berhubungan dengan baik-buruk, bahagia atau tidak bahagianya sebuah kehidupan, faktor-faktor yang menyebabkannya dan yang tidak menyebabkannya, cara-cara menilai/mengukur tingkat kesehatan dan pengetahuan tentang alam (yang membantu kesehatan) (Caraka dalam Dash & Suhasini Ramaswamy, 2006:1). Nala mengatakan bahwa Ayur Veda terdiri atas kata ayur atau ayus yang berarti hidup, vitalitas, kesehatan, atau usia lanjut. Sedangkan kata veda berarti ilmu pengetahuan. Jadi Ayur Veda berarti ilmu pengetahuan tentang upaya manusia agar dapat hidup sehat sampai usia lanjut (Nala,1993:27).
Selanjutnya dikatakan bahwa Ayur Veda banyak mengulas tentang sistem pengobatan tradisional dan alamiah (naturalis), dimana sistem pengobatannya sangat tergantung kepada penggunaan air, ramuan tumbuh-tumbuhan, mineral dan asam formiat yang berasal dari sarang semut. Beberapa obat ini ada yang mempunyai nilai terapetik yang tinggi, namun sebagian besar hanya mengandalkan kekuatan magis simpatetik (rohani) saja. Ilmu bedah juga disinggung di dalam Ayur Veda. Ayur Veda menekankan pencegahan penyakit dan terapi pengobatan bersamaan dengan berbagai metode pembersihan. Ini berarti Ayur Veda;
- lebih dari sekedar sistem pengobatan,
- berupa ilmu dan seni untuk hidup yang benar, dan
- membantu mencapai umur panjang.
Sehat adalah harmoninya raga, pikiran, dan jiwa seseorang. Sakit adalah tidak harmoninya ketiga komponen itu. Bila manusia raganya tidak seimbang, atau pikirannya stress, atau jiwanya tertekan, maka akan ia akan sakit. Untuk itu manusia sebagai prakŗti perlu tahu ilmu tentang hidup. Ilmu tentang hidup bisa dibedakan menjadi tiga yaitu:
- Ayur Veda, memusatkan perhatiannya pada yang lahiriah/raga. Maksudnya adalah, mengamati gangguan dalam pikiran dan rohani seseorang dari sudut keadaan lahiriah badannya. Bila ketiga unsur yang ada dalam badan seimbang (Tri Dhatu), maka ia akan sehat. Bila tidak seimbang (Tri Dosha) maka ia akan sakit. Dalam Ayur Veda ditekankan pentingnya aliran teratur input berupa makanan lahiriah, dan output berupa pengeluaran sampah lahiriah.
- Yoga, memusatkan perhatiannya pada rohani atau jiwa manusia untuk mendorong fisik dan pikirannya sejalan agar tercipta harmoni. Pusat perhatiannya adalah pada makanan rohani dan sampah rohani.
- Tantra, memusatkan perhatian pada mental/pikiran. Tantra bekerja untuk memaksimalkan kekuatan jiwa. Kekuatan jiwa ini akan menyeimbangkan serta membuat badan dan jiwa menjadi harmoni. Jadi pusat perhatiannya adalah pada makanan pikiran dan sampah pikiran.
Seperti telah dijelaskan di atas bahwa Usadha merupakan ilmu pengobatan tradisional Bali. Dalam Usadha terkandung tata cara pengobatan tradisional, yang hanya mengandalkan obat-obatan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, hewan atau unggas, air, udara, permata dan dengan sesajen. Ini berarti Usadha sama dengan Ayur Veda. Keduanya menyatakan bahwa kesembuhan bukanlah disebabkan oleh Balian (manusia), tetapi oleh alam atau energi yang lebih tinggi. Lontar Usadha di Bali isinya diambil dari pengethuan pengobatan di India (Nala, 1993: 18). Namun demikian dalam beberapa prinsip pengobatan dalam Usadha ada pengaruh pengobatan Cina dan Arab. Contohnya seperti: “Usadha Bun Ong Hwa”, “Usadha Sasak”, dan “Usadha Selam”.
Ayur Veda memiliki delapan cabang pengobatan seperti: pengobatan
- intern,
- bedah,
- mata-telinga-hidung-tenggorokan,
- anak-anak dan kebidanan,
- ilmu racun (toxicology),
- ilmu jiwa (psychology),
- peremajaan (rejuvenation), dan
- ilmu membuat bergairah kembali (virilization).
Dalam lontar Usadha, pengobatan dengan tehnik pembedahan seperti yang ada di dalam Ayur Veda, rupanya tidak dikenal. Kenyataan ini menandakan bahwa Ayur Veda yang sampai ke Bali kemungkinan adalah Ayur Veda yang sudah dipengaruhi perkembangan agama Buddha., sebab setelah Ayur Veda di pengaruhi oleh agama Buddha di India, pengobatan dengan cara pembedahan kurang populer lagi. Selain itu, ilmu peremajaan (rejuvenation) juga tidak dikenal dalam lontar Usadha di Bali, walaupun dalam praktiknya ilmu ini ada.
Balian merupakan nama julukan bagi orang yang menjalankan pengobatan tradisional atau perdukunan di Bali. Istilah Adedukun yang ada di dalam naskah lontar diartikan dengan, orang yang melakukan pekerjaan mengobati. Di Bali adapameo: malianin, mealian dan maliin. Malianin berarti mengamalkan ilmu untuk mengobati. Mealian berarti mencari keuntungan atau mencari kekayaan. Maliin berarti mencicipi, mencoba dan merasakan. Di dalam Usadha disebutkan bahwa, malianin atau menjadi balian/dukun harus memahami falsafah pedukunan yaitu:
wruh ring patikelaning genta pinara pitu mwang sastra sanga, wenang pwa sira ngusadhanin. Yan nora samangkana, mealian mwang maliin pwasira. Katemah pwa sira dening Sang Hyang Aji Saraswati. Mungpang laku salampahira. Jatasmat.
Artinya: mahir akan kelipatan suara genta yang berlipat tujuh dan sembilan sastra/aksara (SA. BA. TA. A. I. NA. MA. SI. WA.YA) bolehlah engkau melakukan pengobatan. Bila tidak seperti itu, pencari keuntungan atau dukun cabul kamu. Dikutuk kamu oleh Sang Hyang Aji Saraswati. Sengsara seumur hidupmu. Semogalah.
Balian/dukun dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Balian Pengembang
Roh Balian pengembang roh dimaksudkan adalah, balian yang belajar tentang ilmu pengobatan dengan menekuni Usadha, tatwa atau pun filsafat kerohanian. Mereka belajar agar roh pribadinya berkembang. Mereka tidak perlu memohon bantuan kepada roh lain yang dipercaya ada di sekitarnya, karena roh-roh tersebut dianggap lebih rendah kedudukan dan kemampuannya di bandingkan dengan rohnya sendiri. Balian seperti ini percaya bahwa rohnya sendiri (Manusa Saktinya) memiliki kedudukan sangat tinggi yang hanya berbataskan setebal kabang salak dari Ida Hyang Widhi (ahȇlȇtan kȇlir prȇbedanya dening Sang Hyang Jagat Karana). Tidak ada satu kekuatan dan kemampuan yang bisa menyamai Manusa Saktinya itu, kecuali Tuhan. Dalam menjalankan pengobatan, Balian seperti ini lebih mengutamakan logika/pikiran dibandingkan perasaan. Mereka dengan tekun melatih penunggalan bayu sabdha idep untuk membuka cakra yang ada di tubuhnya.Yang dimaksud dengan bayu adalah bernapas dengan melakukan Pranayama (pengaturan keluar masuknya napas dari hidung). Sabdha maksudnya adalah suara atau ucapan, sedang idep maksudnya adalah rasa dan pembayangan/visualisasi atau penggambaran. Sebagai contoh: ketika melakukan penarikan napas, napas yang masuk ke hidung bersuara nyaring yaitu suara “ONG…..” (agak panjang suaranya sampai penarikan napas dihentikan). Pembayangannya/visualisasinya adalah dengan membayangkan bahwa udara yang ditarik berwarna biru seperti langit, karena langit tidak lain adalah kumpulan udara. Pembayangan rasa, adalah rasa sejuk/dingin. Kemudian udara ditahan di pusar. Pada saat penahanan napas tentu akan ada suara, karena udara berputar-putar di dalam diafragma. Suara udara berputar adalah “Err……”. Karena berputar udara akan panas rasanya dan harus divisualisasikan dengan api panas berwarna merah yang berputar searah jarum jam. Terakhir, udara dikeluarkan dari hidung, namun divisualisasikan napas ke luar melalui ubun-ubun. Suara napas keluar adalah “ANG….”. Di ubun-ubun visualisasi napas yang keluar berwarna putih atau merah yang mengelilingi tubuh dan rasanya hangat. Begitulah salah satu cara mengembangkan roh pribadi menurut lontar Usadha Jong Biru (4 b). Cara ini disebut langkah awal menuju pembukaancakra. Agar roh pribadi balian ini berkembang dengan baik, Balian haruslah rendah diri, santun, tidak mempunyai pamrih dan tekun melakukan yoga. Selanjutnya agar ketujuh cakra berkembang maka, maka dilanjutkan dengan pengucapan Sapta Ongkara. Sapta Ongkara yang dimaksud adalah; pengucapan Aksara Suci Om masing-masing cakra yang jumlahnya tujuh cakra. Mantra pembuka masing-masing cakra adalah sebagai berikut:
Grim, lambang suara Muladhara Cakra, terletak di dasar tulang ekor; Aim, lambang suara Swadhistana Cakra, Terletak di depan limpa kecil; Prim, lambang suara Manipura Cakra, terletak di pusar/ solar pleksus; Klim, lambang suara Anahata Cakra, terletak di depan jantung; Hrim, lambung suara Visudha Cakra, terletak di depan tenggorokan; Strim, lambang suara Ajňa Cakra, terletak di antara kedua mata, dan Triam, lambang suara Sahasrara Cakra, terletak di atas kepala.
Di dalam lontar “Usadha Jong Biru” dan lontar “ Pangiwa Brahma Kusuma Sari”, istilah cakra disamakan dengan kata windu. Terdapat tujuh windu di dalam diri manusia.
Tabel 1 | ||||
No | Nama Windu | Nama Cakra | Letak | Suara |
1 |
Windu Muladhara
Tulang Cetik
|
Muladhara
Cakra
|
Di dasar tulang punggung/ pada tulang ekor | OM Bhur |
2 |
Windu Swadhistana
Anoman
|
Swadhistana
Cakra
|
Di depan limpa | OM Bwah |
3 |
Windu Manipura
Wedel
|
Manipura Cakra | Di pusar | OM Swah |
4 |
Windu Anahata
Papusuh
|
Anahata Cakra | Di Jantung | OM Mahah |
5 |
Windu Visudha
Sagara Rupet
|
Visudha Cakra | Di tenggorokan | OM Janah |
6 |
Windu Ajňa
Slaning Lelata
|
Ajňa Cakra | Di antara kedua mata | OM Tapah |
7 |
Windu Sahasra
Siwadwara
|
Sahasrara Cakra | Di ubun-ubun | OM Satyam |
b. Balian Pengemban Roh
Iki dharmaning pangiwa, “ngaran kaputusan Brahma Kusuma Sari. Tan wȇnang pwa sira amati-mati, mangangȇnakȇn wang baneh dening manah krodha, ila-ila dahat, tan siddhi palania, papa neraka katȇmu dlaha, jatasmat!.Artinya:Inilah pangiwa bersifat mulia/bajik. Bernama Pangiwa Brahma Kusuma Sari. Tidak boleh membunuh (berperang), memikirkan orang lain dengan pikiran marah. Berbahaya itu. Tidak berhasil kamu.Kesengsaraan dan nerakalah akan diketemukan pada kemudian hari, semogalah!.
- Kasantikan. Santika berarti memiliki sifat damai. Kasantikan berarti golongan ilmu yang mengutamakan kedamaian atau kedarman. Ilmu golongan ini sering disebut dengan “Dharmaning Kadharman”
- Kawisesan. Golongan ini bisa dibedakan menjadi 2 yaitu: UlahingKaparamarthan (olah pisik) dan Kadiatmikan (olah batin). Kadiatmikan bisa dibedakan menjadi 3, Pangiwa, Panengen dan Pregolan.
Pengetahuan Usadha merupakan cabang filsafat Bali yang berakar kuat pada budaya Jawa Kuno dan budaya India (Ayur Veda). Di dalamnya terkandung keuniversalan pemikiran yang cukup luas. Usadha/Ayur Veda Bali merupakan ilmu pengobatan berdasarkan respon manusia pada lingkungannya:
Pendekatan yang bersifat universal menekankan pada pemakaian dan relevansi pada hal-hal yang bersifat universal, terlepas dari batasan geografis, perbedaan agama/paham dan etnis. Usadha sebagai manifestasi Ayur Veda di Bali, merupakan ilmu pengetahuan yang tersusun dari prinsip-prinsip rasional dari fisiologi, pathologi, pharmakologi dan diagnose, yang telah lama berkembang, teruji, sistematis dan tergeneralisasi berdasarkan prinsip-prinsip pengetahuan logis.
Usadha percaya bahwa fungsi-fungsi tubuh memiliki keterkaitan yang sangat erat/padu dengan jiwa dan pikiran manusia. Tubuh dibedakan menjadi dua yaitu: Stula Sarira (badan kasar) dan Suksma Sarira (Badan halus). Idealnya, tubuh (Stula Sarira) seharusnya terbebas dari penyakit, pikiran gembira, perasaan bahagia dan jiwa (Suksma Sarira) yang bersih/suci. Oleh karena itu manusia diwajibkan mengenal dirinya sendiri, sebagai upaya mencapai keharmonisan hidup (wruhakna sariranta). Dalam menentukan polaq makan, obat-obatan dan terapi, Usadha berorientasi pada pengetahuan bahwa jiwa, pikiran sama halnya dengan badan.
Penyakit manusia disebabkan oleh dua factor yaitu: faktor utama dan faktor kedua.
- Faktor utama berupa kekacauan unit-unit dasar dari pada pisik/tubuh manusia yang disebut TriPramana, yaitu: angin, air dan api. Ayur Veda menyebut dengan istilah dosha yang berjumlah tiga yaitu: vayu, vita dan kapha.Ketiganya ini merupakan elemen-elemen dasar berupa kekuatan yang diserap dari alam melalui panca indra manusia.
- Faktor kedua adalah organisme penyebab penyakit (virus?) dan kuman. Kedua faktor ini ada di dalam tubuh manusia. Manusia harus menjaga keseimbangan ketiga elemen dasar itu (Tri Dhatu) di dalam tubuh. Bila kesimbangannya terjaga dengan baik (Tri Dhatu), maka hidup sehat pasti dialami.
Betapaun kuatnya bibit penyakit yang menimpanya tidak akan menyebabkannya sakit.
Obat-obatan terdiri atas bahan-bahan tumbuhan, binatang, logam, mineral dan batu-batuan. Bahan-bahan seperti itu diolah sedemikian rupa agar menjadi obat dan bukan racun. Sebab racun di dalam Usadha beda tipis dengan obat. Usadha tidak menggunakan bahan sintetis. Obat-obatan di dalam Usadha bukan saja sifatnya mengobati. Tetapi juga merangsang organ tubuh agar memiliki kekebalan tubuh.
Pengobatan dalam Usadha lebih ditekankan kepada pasien dibandingkan dengan penyakitnya. Orang-orang yang memiliki penyakit yang sama, bisa berbeda cara penanganan pengobatannya. Seorang penyembuh yang ahli dalam Usadha, akan memberikan pengobatan kepada setiap pasiennya, tergantung kepada hal-hal yang dominan yang berpengaruh pada pasiennya, di samping tingkat kondisi batinnya.
Usadha beranggapan bahwa alam bisa dibedakan menajadi dua yaitu: Buana Agung (makrokosmos/alam semesta) dan Buana Alit (mikrokosmos/tubuh manusia). Keduanya memiliki hubungan yang sangat erat. Apapun yang ada di Buana Alit pasti ada di Buana Agung. Begitu juga sebaliknya. Seluruh elemen yang ada di alam bisa ditemukan di dalam tubuh manusia. karena elemen-elemen tubuh manusia berasal dari alam.
Usadha atau Ayur Veda Bali merupakan ilmu penyembuhan yang ramah lingkungan. Usadha merupakan pengetahuan yang bisa membuat individu mampu hidup secara harmonis dengan alam sekitarnya. Pemakaian bahan-bahan obat secara alami, sebatas yang diperlukan, dan tidak akan merusak alam.
Seperti telah disebutkan di atas, bahwa Buana Alit/tubuh manusia memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan Buana Agung/alam semesta, karena tubuh manusia bersumber pada alam. Semua materi dan bentuk kesadaran” yang ada dan melekat padanya, baik halus maupun kasar, dicirikan oleh tiga komponen yang disebut “Tri Guna”. Tri Guna adalah tiga komponen seperti: satwam, rajas dan tamas. Satwamadalah kesadaran. Rajas adalah energy dan dinamisitas, dan tamah adalah hal yang berhubungan dengan kala, kekebalan dan kestabilan. Komponen ini selalu ada baik di alam semesta maupun di dalam tubuh manusia. Energi apaun itu, sedinamis apaun ia, akan selalu berhubungan dengan rajas. Benda materi apapun itu, kekebalan yang bagaimanapun serta stabil-tidaknya hal itu akan terkait dengan tamas. Segala manifestasi dari kesadaran akan disebabkan oleh sattwam. Bagi seorang penyembuh Usadha, pemahaman ini penting agar bisa dipahaminya konsep-konsep usadha yang beragam.
Tubuh manusia tersusun dari lima lima lapisan yang disebut Panca Koshika, seperti:
- Anamaya Kosha, artinya: tubuh pisik
- Pranamaya Kosha artinya: tubuh astral, energy atau perasaan individu
- Manomaya Kosha, artinya: jiwa/hati ataupikiran individu
- Wijňanamaya Kosha, artinya: intelektualitas dan
- Ananmaya Kosha, artinya: lapisan kebahagiaan.
Anamaya Kosha atau lapisan tubuh pisik juga tersusun dari zat Pañca Mahabhuta atau lima unsur alam. Unsur-unsur tersebut adalah: pratiwi/tanah, jala/air, agni/api, bayu/udara dan akasa/eter/gas. Bila nanti orang meninggal, kelimanya ini akan kembali ke alam.
Di dalam usadha, kelima unsur fisik ini dikaitkan dengan lima unsur penting di dalam tubuh dan disebut dengan Panca Mahabhuta. Unsur zat Paňca Mahabhuta yang dimaksud seperti uraian di bawah.
Tabel 2 | |||||
Unsur | Alat Vital | Tempat | Dewa | Warna | Aksara Suci |
Bayu/udara | Jantung | Timur | Iswara | Putih | Sang |
Agni/api | Hati | Selatan | Brahma | Merah | Bang |
Pratiwi/tanah | Ginjal | Barat | Mahadewa | Kuning | Tang |
Jala/air | Empedu | Utara | Wisnu | Hitam | Ang |
Akasha/ether | Pangkal Hati | Tengah | Siwa | Brumbun | Ing |
(Bandingkan dengan Lontar “Usadha Punggung Tiwas”,”Usadha Budha Kecapi Cemeng” dan “Usadha Budha Kecapi Sari”) |
Keberadaan manusia dapat diketahui secara pasti melalui tindakan/aktivitasnya. Dalam Usadha atau Ayur Veda, kesemua fungsi pisik dan kejiwaan individu manusia dikendalikan oleh angin/vata, air/pitta dan api/kapha, (Tri Dhatu). Bila ketiga unsur tersebut tidak seimbang (disebut Tri Dosha), atau salah satunya memurti (meningkat) di dalam tibuh maka akan menyebabkan terjadinya penyakit. (Lad & Robert E.Svaboda,2000:77).
- Bayu/angin atau vata bersifat manis, ringan, dingin, dan bergerak sebagai pelopor semua pergerakan di dalam tubuh, termasuk semua fungsi saraf. Gangguan yang bisa terjadi sebagai akibat ketidakseimbangan angin (bayu mamurti) seperti: rasa sakit, kaku, lumpuh, tekanan darah tinggi dan gangguan jantung. Unsur angin ini memuncak akibat adanya pengekangan dan penindasan keinginan alamiah. Begadang hingga larut malam, terlalu banyak bicara keras, terlalu lelah, terlalu banyak makan makanan pedas dan tajam, menelan makanan tanpa dikunyah/kurang lumat dikunyah, rasa takut berlebihan, marah, dendam dan cemas.Inilah akibat unsur angin yang meningkat. Di Bali unsur vayu meningkat saat mulai musim penghujan (Sasih Kalima, Kenem, Kapitu, Kawulu).
- Api atau pitta (cairan empedu) adalah cairan yang bersifatpanas, asam dan tajam. Pitta membentuk enzim-enzim dan hormon-hormon. Inilah yang merupakan penyebab ada-tidaknya gangguan pada sistem pencernaan, pigmentasi, suhu tubuh, rasa lapar, haus, ndapandangan mata. Terdapat banyak gangguan yang disebabkan oleh meningkatnya unsur ini (Pitta murti/Geni mamurti) seperti: rasa panas, radang tenggorokan dan saluran pernapasan, suhu tubuh naik (demam), pecah otot/bercak kebiruan pada kulit, sakit kuning/lever dan tumor/kanker (buh dan badasa). Unsur ini meningkat jika terlalu makan makanan yang asam, minum alcohol, makanan terlalu asin dan makanan yang ada racunnya/cetik. Penyebab lain seperti, kemarahan, sinar terik matahari dan hawa panas api yang berlebihan, kelelahan, makanan basi/expired dan kebiasaan makan yang tidak teratur. Di dalam Usadha dikatakan : Merta matemahan wisia, artinya makanan berubah menjadi racun. Unsur pita meningkat ketika musim dingin (di Bali pada sasih Jyestha, Asadha, Kasa dan Karo).
- Air atau kapha (lendir) bersifat manis, halus/lembut, kuat, padat, dingin, dan bening/jernih. Unsur ini menguasai hal-hal yang berhubungan dengan persendian tulang, unsur tubuh yang padat, kekuatan seks, kekuatan fisik, kesabaran, dan bahan-bahan pemelihara fungsi organ tubuh. Bila unsur ini tidak seimbang, maka akan terjadi penyakit seperti: marah, gangguan saraf, pengerasan pembuluh darah (kecicingan), kegemukan, dan keterbatasan kemampuan pencernaan. Ketidakseimbangan unsur ini diakibatkan oleh: terlalu banyak tidur siang, kebanyakan makan daging/ikan, makanan pedas/asam/pahit/manis yang berlebihan, dan makanan terlalu asin. Unsur ini meningkat pada Sasih Jyestha dan Asadha, Kapitu dan Kawulu.Untuk menjaga kesehatan diperlukan keseimbangan dari ketiga unsur-unsur seperti tersebut di atas (Tri Dhatu). Unsur angin/vata, api/pita dan unsur air/kapha haruslah dalam keadaan seimbang. Untuk menjaga keseimbangannya diperlukan pengaturan (brata) pola hidup, pengaturan pola makan, serta menjaga perasaan dan pikiran agar tidak kacau, marah, cemas dan sebagainya. Walau sudah mampu menjaga keseimbangan ketiga unsur tersebut, tidak jarang orang tetap terkena penyakit. Kondisi seperti ini di dalam usadha disebut dengan bedha atau bencana.
Tetenger (Nala,1993:204, memakai istilah patengeran pati kalawan urip) merupakan istilah di dalam pengobatan tradisional di Bali, yaitu menyangkut diagnosis dan prognosis. Tetenger merupakan tindakan yang sangat penting dalam pengobatan di Bali. Seorang Balian Usadha atau Ayur Veda, harus mahirtetenger. “Usadha Buda Kecapi Sari”, dan “UsadhaSelik Sejati”, lebih menekankan pada tetenger sebelum melakukan pengobatan. Usadha ini (Budha Kecapai Sari), merupakan kritik kepada usadha sebelumnya seperti: “Usadha Kalimosadha” dan “Usadha Kalimosadhi”. Kritik dilakukan karena dalam melakukan pengobatan,Balian yang bernama Kalimosadha Kalimosadhi dan Usadha yang lain, tidak menegakkan tetenger atau diagnosis penyakit terlebih dahulu sebelum memberikan obat. Hal itulah yang menyebabkan kegagalan dalam dunia pengobatan yang menggunakan usadha. Demi menghindari kegagalan, seorang Balian harus tahu penyebab penyakit terlebih dahulu. Setelah penyebab penyakitnya diketahui, baru dilanjutkan dengan menentukan cara pengobatan termasuk pemberian obat.
Seperti telah dijelaskan di atas, bahwa penyakit disebabkan oleh ketidakseimbangan unsur-unsuryang ada dalam tubuh manusia (Tri Dosha). Dominasi salah satu unsure (mamurti) akan memudahkan terserang penyakit.
Di dalam pengobatan Usadha atau Ayur Veda, penyakit dibedakan atas penyebabnya.
- Adhyatmika adalah penyakit yang disebabkan oleh faktor-faktor dari dalam tubuh, termasuk penyakit kejiwaan. Penyakit ini berupa penyakit turunan, penyakit bawaan dan penyakit yang disebabkan oleh ketidakseimbangan unsur-unsur yang ada di dalam tubuh (Tri Dosha), seperti tersebut di atas.
- Adhibhautika adalah penyakit yang disebabkan oleh faktor dari luar tubuh seperti; kuman/bakteri/virus, kecelakaan dan racun.
- Adhidaiveka adalah penyakit yang timbul karena pengaruh musim atau cuaca, dan penyebab yang tidak kelihatan/tidak jelas.
Ada pula pendapat lain tentang perbedaan penyakit berdasarkan atas penyebabnya:
- Pawetuan, yaitu penyakit yang diakibatkan oleh factor kelahiran, keturunan, atau penyakit yang datang dari dalam tubuh.
- Kawisianan yaitu penyakit yang disebabkan oleh wisia/racun, makanan dan minuman, disebabkan oleh perbuatan orang jahat.
- Kameranan, yaitu penyakit yang disebabkan oleh merana atau binatang, kutu-kutu, baksil, virus, roh-roh jahat, dan juga oleh perubahan cuaca.
- Praktyaksa Pramana, yaitu cara mengetahui penyakit dengan memeriksa langsung melalui penglihatan, pendengaran, penciuman, dan rabaan.
- Anumana Pramana, yaitu cara mengetahui penyakit dengan melihat tanda-tanda saja, lalu menarik kesimpulan. Umpama dengan melihat tinja atau dahak, penyakit bisa diketahui.
- Sabdha Pramamana, yaitucara mengetahui penyakit dengan mendengar keterangan pasien dapat diketahui penyakitnya.
- Agama Pramana, dengan menggunakan tenung atau pengetahuan yang berkaitan dengan ramalan, seperti: kapan mulai jatuh sakit, hari apa pasien datang ke rumah Balian, berberapa ia datang, berbusana warna apa dan posisi kaki waktu datang.
Pemeriksaan penyakit dalam pengobatan Ayur Veda Bali atau usadha dapat dibedakan menjadi tiga tahapan sebagai berikut:
- Darshana, yaitu periksaan dengan pengamatan, termasuk sesinglar/cecorong.
- Sparshana, yaitu pemeriksaan dengan sentuhan.
- Prashna, yaitu pemeriksaan dengan tanya-jawab.
Pemeriksaan lainnya adalah dengan menerapkan delapan langkah pemeriksaan atau astha pariksa/asthasthana pariksa/tenger kutus. Kedelapan pemeriksaan tersebut seperti:
- nadi pariksha (pemeriksaan nadi)
- sarira pariksha (pemeriksaan badan)
- netra pariksa(pemeriksaan mata)
- jihwa pariksha (pemeriksaan lidah)
- carma pariksha (pemeriksaan lidah)
- naka pariksha (pemeriksaan kuku)
- uyuh pariksha(pemeriksaan urine)
- bacin pariksha(pemeriksaan tinja)
Balian yang berpengalaman akan bisa mengetahui kondisi jasmani pasiennya melalui cara-cara pemeriksaan di atas. Di sisi lain Balian akan tahu unsur Tri Dosha apa yang paling dominan (mamurti) dalam diri pasien. Dengan demikian maka perawatan akan bisa diidentifikasi dengan baik.
- Pengobatan dengan memakai sesajen (Tawur, balik sumpah, bebayuh, baangan, pamancut, sesangi dsb)
- Pengobatan dengan meminum ramuan tertentu/jamu-jamuan (loloh)
- Pengobatan dengan sembar (simbuh)
- Pengobatan dengan urap (uap,boreh, pupuk, terek)
- Pengobatan dengan pemanasan (seeb, dusdus)
- Pengobatan dengan pemijatan (apun/uut/limpun)
- Pengobatan dengan energy batin seperti:mantra, Suryadipa/deleng, bebayon/prana
- Pengobatan dengan melakukan diet/brata yaitu dengan berpantang makan
- Pengobatan dengan air putih (tirta/penawar)
- Pengobatan dengan sugesti, termasuk pemberian jimat-jimat tertentu.
- Pengobatan dengan minyak khusus/bertuah (Minyak somya maya).
- Untuk menentukan apa yang mempertahankan kesehatan dan apa yang membantu merusak.
- Untuk menentukan apa yang membantu menghilangkan penyakit dan apa yang membantu mengembangkan.
- Untuk menentukan methode terbaik terbaik dalam memperpanjang hidup manusia (Caraka dalam Lad dan Robert E. Svaboda, 2000:73)
Di Bali, usadha yang boleh dibilang sebagai sumber yang paling utama dalam mempelajari obat-obatan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan adalah “Usadha Taru Pramana” dan “Usadha Selik Sejati”. Untuk memahami isi kedua Usadha ini haruslah dibantu dengan “Usadha Dasa Naman Taru”. “Usadha Dasa Naman Taru” merupakan naskah yang mirip kamus eka bahasa dalam bahasa Bali. Naskah ini memuat sinonim nama tumbuh-tumbuhan. Satu tumbuhan terkadang memiliki sepuluh nama lain. Inilah makanya disebut dengan Dasa Naman Taru.
Seperti nama:
- daun dedap = don dapdap= taru sakti= taru himawan= kapilawastu dan sebagainya.
- Buah mahkota dewa dinamai: wohing gasing, cudamani, mattra raga danbrahma phala.
- Serikaya dinamai lain dengan nama: Ruaning Laksmi Dewi, silik agung, nangkalanda dan masih banyak contoh lain yang kiranya tidak perlu disebutkan satu-persatu.
“Usadha Taru Pramana” dan“Usadha Selik Sejati”, memuat tentang nama-nama pepohonan untuk obat-obatan, serta kasiatnya untuk mengobati penyakit. “Usadha Taru Pramana” berisikan dialog antara Mpu Kuturan dengan tumbuh-tumbuhan, dimana semua tumbuh-tumbuhan yang dipanggil menceritakan dirinya, nama dan kasiatnya (termasuk bagian-bagian seperti: batang, kulit, daun, bunga, buah, biji, lender, akar dan pucuk daun).
“Usadha Selik Sejati” kemungkinan merupakan pelengkap “Usadha Taru Pramana”. Hal ini dapat diperkirakan melalui isi Usadha Selik Sejati tersebut. Hampir semua nama tumbuhan yang disebutkan di dalamnya, tidak ada yang sama dengan nama tumbuhan yang ada dalam Usadha Taru Pramana. Jumlah lembar lontarnya hanyalah 11 lembar. Kemungkinan pengarang lontar ini sudah pernah membaca dan mengetahui isi Usadha Taru Pramanakurang lengkap digunakan dalam melakukan pengobatan, maka dikaranglah lontar Usadha lain untuk melengkapinya. Usadha Selik Sejati, di samping nama tumbuh-tumbuhan obat, juga memuat obat-obatan yang berasal dari jamur-jamur, ulat, kalajengking, kaki seribu, lipan, tawon, belut, sarang wallet dan masih banyak yang lain.
Ada kemungkinan juga Usadha ini telah kena pengaruh Cina. Hal itu bisa diketahui dari penyebutan: nama ginseng dengan nama: soma kaňcana, soma kuning dan witkaňcana, ginsom, disebut dengan soma petak, iswarapadha dan soma putih. Namun demikian pendapat tadi perlu dipikirkan ulang, mengingat dalam bahasa Jawa Kuno kata soma telah ada. Ini terbukti dengan dimuatnya bahan sesajen yang digunakan ketika dilakukan upacara mohon keturunan untuk raja Dasaratha oleh seorang resi yang bernama Resi Asrengga di kerajaan Ayodhya. Kalimat lengkapnya berbunyi:
Sȃmpun bhatȃra inȇnah tinitisakȇn ta ng miňȃksasomyamaya, lȃwan krȇṣna tila madhu,, sriwŗȇksa samiddha rowangnya. (Kakawin RY,1:27). Terjemahan: Setelah Bhatara distanakan, dipercikilah dengan minyak soma yang bertuah, beserta dengan biji-bijian hitam dan madu, kayu cendana dan kayu bakar temannya.
Jadi kata soma yang berarti bertuah, sakti, suci, ajaib, atau berkasiat rupanya telah dikenal dari zaman dikarangnya “Kakawin Ramayana”. Kemungkinan bahkan sebelumnya, sebab kata soma juga bisa berarti Dewa Soma. Karena tujuan tulisan ini bukan untuk menjelaskan asal-usul kedua kata dalam Usadha ini, maka ulasan tidak diperpanjang lagi.
Usadha Taru Pramana sangat terkenal di kalangan pengobatan Ayur Veda di Bali. Seperti telah disingung di atas, bahwa Usadha ini memuat nama tumbuh-tumbuhan obat dan kasiatnya. Setidaknya terdapat 159 nama tumbuh-tumbuhan beserta kasiatnya tercantum di dalamnya. Pada awalnya, Usadha ini menceritakan keberadaan seorang resi sekaligus dukun yang sangat siddhi. Suatu ketika beliau gagal mengobati orang sakit. Beliau lalu melakukan tapa memohon kepada Tuhan agar diberi petunjuk. Karena kusuknya beliau bertapa, maka terdengarlah sabda dari langit, bahwa permohonan beliau dikabulkan. Lalu datanglah pohon kepuh (kapuk). Pohon kepuh mengatakan bahwa dirinya tidak bisa dipakai obat, namun ia bersedia memberitahu pohon-pohon lain agar datang ke hadapan sang Resi untuk memberitahukan kasiat mereka. Akhirnya dengan kekuatan batin sang resi maka dipanggillah seluruh pepohonan yang berkasiat obat agar datang memberitahu kegunaaanya.
Diagram 3. Cuplikan singkat beberapa tumbuhan dalam Taru Pramana | ||||||
No | Nama Tumbuhan | Bagian | Khasiat | Penyakit | Bagian yang digunakan dan campurannya | cara pakai |
1 | Lata | Babakan | Dumelada | Uyang (tidur gelisah) | - | Param |
2 | Kepohpoh | Keseluruhan Kulit | Panes dumelada | Hamil | Pulasai 2 Bawang putih | Param |
3 | Buyung-buyung putih | Keseluruhan Getah Akar | Hangat Tis Tis | Ayan | Akar +masui, mica gundil, garam | Semburkan pada ulu hati |
4 | Tabia Dakep | Keseluruhan Akar Batang daun | Hangat Hangat Hangat Tis | Ayan | Daunnya + daun sirih tua, merica, asam, temu tis | Tumbuk halus, rebus. Jamu itu diminum |
5 | Silagui | Keseluruhan Daun Akar Kulit | Tis Tis Tis Dumelada | Bayi umur 5 hari | Daun Akar | Jamu Urap |
6 | Cinanggang | Keseluruhan Kulit | Dumelada Tis | Panas dalam | Kulitnya + santen kelapa bakar | Campur, saring, minum |
7 | Dedap | Keseluruhan Kulit Daun | Tis Dumelada Tis | Perut kembung | Daun+ Ketumbar bolong 11 biji, garam | Ditumbuk halus, minum |
8 | Kelor | Keseluruhan Getah Akar Daun | Tis Dingin Panas Tis | Sakit mata | Daun + air jeruk nipis, garam | Diulek, saring, Diteteskan pd mata |
9 | Bila/maja | Keseluruhan Akar kulit | Anget - - | buh | Daun, bawang putih, deringo, cuka. | Dicampur, digerus halus, dipanaskan, dululurkan. |
10 | Klecung | Keseluruhan Akar kulit | Anget Dumelada Anget | buh | Daun, bawang putih, deringo dan cuka | Dicampur, digerus halus, dilulurkan |
11 | Kepah | Keseluruhan | Anget | -Lumpuh. -Kaki bengkak | Daun kepah, Kapur bubuk, Air jeruk nipis,Kulit kepah, Bawang putih, jangu, arak, | dilulurkan diurapkan |
12 | Belatung gada | -Getah putih -Buah | Anget. Tis | Lepra (ila) buh maya | Getah, kunir, warangan, arak, lempuyang. Isi buah, cecak putih. | digeruskan, diurapkan dipanaskan, diminum |
Catatan: Ada tulisan yang keliru mengartikan campuran obat, nama penyakit dan nama tumbuhan. Umpama: penyakit buh diartikan dengan sakit beri-beri (Anom2011: 29). Buh memang berarti bengkak. Namun buh bisa berarti: bisul, kanker, tumor dll. Sakit ila, diterjemahkan dengan sakit cacar, padahal seharusnya diartikan sebagai sakit kusta/ lepra. Di dalam Usadha Kacacar disebut dengan cacar.
Diagram 4. Cuplikan Usadha Selik Sajati | |||||
No | Nama Tumbuhan | Bagian yang digunakan | Untuk Penyakit | Campuran | Cara Pemakaian |
1 | Gelung Mas (Brahma Phala) | Batok buah mahkota dewa Biji/batu | Buh maya /kangker, Ngetug, kuning, ngreges, Kulit. Gatal | Samirata, kunir putih, janggar ulam, umbi dewa. warangan, minyak kelapa. | Direbus dan diminum. Digerus halus, digoreng, duoleskan. |
2 | Serikaya (Laksmi Dewi) | Daun Daun muda | Buh tan pasangkan, buh maya, sakitbuku-buku,leher kaku. Luka bernanah | Daun salam. | Direbus, diminum Ditempelkan sehari. |
3 | Julit-julit | Daun | Mejen | bawang merah | Dilumatkan, disaring, diminum. |
4 | Base bang (sirih merah) | Daun | Buh di susu. Luka menahun. Pegal-pegal, nyeri, gatal | - | Dilumatkan/ dikunyah mentah, dimakan. |
5 | Sukun | Daun tua kulit luar Akar | Kangker, hepatitis, kencing manis, rematik, Luka lambung Koreng/ gatal | - Kunir Minyak kelapa | Direbus. Diminum. Direbus. Diminum. Digoreng, dioleskan. |
6 | Daun Salam (Janggar ulam) | Daun | Maag, diare, darah tinggi. | - | Direbus. Diminum. |
7 | Tum pelut /Kesimbukan Jawa (Dewi welas asih) (Pinahong ?) | Daun | Panas dalam, luka, diabetes, menjaga kesehatan. | - | Dibersihkan, dikunyah, dimakan mentahan. |
8 | Pepaya | Getah Daun | Luka bakar baru. Malaria, keputihan, sakit perut. | - Air | Buah muda dikuliti, cari getahnya, dioleskan pada yang terbakar. Diremas, direbus, disaring, diminum. |