Apakah Krisna itu Narayana? Apakah Krshna itu Tuhan?
Adanya pemahaman baru yang menyatakan bahwa Aku dalam Bhagawad Gita adalah Krsna tuhan yang bersabda,dengan menanpakan kuasanya didepan arjuna dan mengatakan kaum pemuja Krisna, bahwa dewa dewa bersumber dari Krsna, sumber dari segalanya dan membuat persentasi Tuhan krsna kadar tuhannya 100%, sedangkan Dewa Wisnu 95% serta Dewa-dewa lainnya memiliki kadar ketuhanan yang semakin mengecil.
sungguh aneh, ada ukuran yang dapat mengukur kadar keilahian Tuhan, bahkan adanya klaim pembagian purana, dimana Purana-purana yang berhubungan dengan krisna diklasifikasikan kedalam Purana Sattwam, sedangkan yang yainnya dimasukan kedalam Purana Rajas dan Tamas, ini merupakan sesuatu yang menggelikan dalam sebuah ajaran.
untuk itu, melalui tulisan ini, mencoba memberikan pemaparan tentang keberadaan Krisna dan Klaim Narayana itu adalah Tuhan Krisna itu sendiri dalam bentuk lainnya.
Dari narayana lahirlah brahma, dari narayana lahirlah rudra, dari narayana lahirlah indra, dari narayana lahirlah prajapati
Yajur weda...
Narayana evedam sarvam yad bhutam yac ca bhavyam, niskalangko niranjano nirvikalpo nirakhyatah, suddho deva eko narayano na dvitiyo sti kascit.....
Narayana adalah semua ini, apa yang telah ada dan apa yang akan ada, bebas dari noda,bebas dari ototan, bebas dari perubahaan, tak dapat digambarkan. Sucilah narayana, ia hanya tunggal tidak ada yang kedua.
Sama weda
Om ity agre vyaharet, nama iti pascat, narayanayeti uparistat....
Seseorang hendaknya mengucapkan Om pada permulaannya, kemudian hormat dan akhirnya kepada narayana...
Intinya adalah Om adalah siwa, siwa adalah narayana,surya,indra,prajapi,sambu sangkara mahadewa, dengan banyak penyebutanNya..
JADI DALAM CATUR WEDA TIDAK ADA NAMA KRISNA DALAM PEMUJAAN MANTRAM YANG MENEKANKAN PADA SOSOK PENYEBUTAN NAMA TUHAN
Dipertegas lagi dalam arthava weda 11.7.24, bhagawan byasa adalah rekarnasi wisnu dgn nama krsna dwipayana
Narayana dalam mantram di catur weda bukan pada nama wisnu, dpt dilihat dari....
Rig Veda, yaitu Mitra, Varuna, Savita, Aditya, Indra dan semuanya dapat diartikan sebagai matahari [Surya] walaupun dalam Rgveda mereka mempunyai arti berbeda,tdk ada penyebutan nama wisnu sebagai dewa yang disembah.
mantra yajur weda, Yah evam veda sa visnur eva bhawati : Ia yang mengetahui demikian itu,ia menjadi wisnu...
Pada Brahmajala Sutta disebutkan tidak kurang 62 cabang utama teori Filsafat yang ada di masyarakat saat itu dan tidak ada 1 (satu) pun doktrin yang meyerupai karasteristik teori fisafat pemujaan terhadap Visnu.
dalam penafsiran filsafat nama visnu baru dikenal dgn adanya aliran kepercayaan yang disebarkan oleh brahamana dimana nama mitra,varuna,savita,aditya,indra,prajapati dalam Rg, weda sebagai berikut, varuna adalah wisnu, surya adalah siwa,prajapati adalah brahma...
Pengelompokan kedua yakni brahmana
DAN INI DIDUKUNG KUAT PERKEMBANGAN SEJARAH PARA BRAHMANA,
System pendidikan di India tidak lah berubah dari sebelumnya. Mereka yang mencari ilmu selalu tinggal bersama gurunya [catuspathiis/pasraman]. Kehidupan mereka ditanggung oleh pemerintah yang berkuasa/kepala daerah dan/atau masyarakat umum. Hampir setiap Pendeta/brahmana mumpuni mempunyai pasraman sendiri. Saat itu tidak ada standarisasai kurikulum, jadi masing-masing dari mereka menciptakan kurikulumnya sendiri sesuai keinginannya dan pelajaran yang diberikan sehingga pengajaran satu Brahmana berbeda dengan Brahmana lainnya. Murid-murid yang belajar pada pendeta yang berbeda pengetahuannya-pun berbeda-beda pula. Ini menghasilkan keragaman interpretasi dan juga berbegai pertentangan pendapat di antara satu pasraman dengan pasrama lainnya. Inilah yang memberikan sumbangan utama bagi keragaman interpretasi kupasan-kupasan Veda dari jaman ke jaman.
JADI NARAYANA BUKANLAH WISNU...krsna bukanlah awatara atau penjelmaan TUHAN
Ketiga, dalam upanisad
Rg Weda, memiliki : Aiteria Upanisad, Kausitaki Upanisad
Sama Weda, memiliki : Candogya Upanisad, Kena Upanisad, Matreyi Upnisad
Terjemahan Taittiriya Upanishad di atas berasal dari Taittiriya Upanishad 3.1.1, "atra visaya-vakyam ca bhrgur vai varunir varunam pitaram upasasara. adhihi bho bhagavo brahma ity arabhya yato va imani bhutani jayante. yena jatani jivanti. yat prayanty abhisamvisanti tad vijijnasasva tad brahma iti. tat tejo 'srjata ity adi ca." artinya Yang daripada-Nya segala mahluk dilahirkan, Yang oleh-Nya dan kepada-Nya mereka
Untuk lebih memastikan, kita ambil juga Taittiriya Upanishad 2.1.1, "Brahmavid apnoti param tad esa bhyukta, Satyam jnanam anantam Brahma Veda, Nihitam guhayah parame vyman so’ snute, Kaman vipascita iti" artinya Ia yang mengetahui Brahman sebagai kebenaran, pengetahuan dan tidak terbatas, Ia yang bersembunyi di dalam rongga hati dan Ia yang sangat jauh di angkasa. Ia yang terpenuhi segala keinginannya dalam kesatuan dengan Brahman, Ia yang maha mengetahui.
Aitareya Upanishad 3.3, "prajnānam brahma" artinya Brahman adalah Pengetahuan
Brihadaranyaka Upanishad 4.4.5, "ayam ātmā brahma" artinya Atma adalah Brahma atau Atman adalah Brahman!
Brihadaranyaka Upanishad 1.4.10, "aham brahmāsmi" artinya aku adalah Brahman
Chhāndogya Upanishad 3.14.1-2, "sarvam khalv idam brahma, tajjalaniti santa upasita" artinya Semua yang ada di dunia adalah Brahman, menurut Ramanuja, kalimat "tajjalan iti" (akar: tat + ja = lahir + la = larut/lebur), tidak berarti bahwa Jagadraya adalah Brahman namun Jagadraya diliputi, lahir dari dan lebur ke dalam Brahman, Ini di analogikan seperti ikan lahir di air, hidup di air dan berakhir di air tapi ikan bukanlah air.
Mandukya Upanisad ayat 2, "sarvam hyetad brahmāyamātmā brahma soyamātmā chatushpāt" artinya sarvam - Seluruh/Semua/setiap; hi – sesungguhnya/sebenarnya; etad – ini/disini; brahma - Brahma/Brahman; ayam – ini/disini; ātmā- atma/atman; sah- Ia; ayam – ini/disini; chatus- empat; pāt- langkah/kaki/bagian, Semua adalah Brahman; Ia adalah Atman; Ia mempunyai 4 bagian..
JADI DALAM UPANISAD BAGIAN DARI CATUR WEDA TIDAK MENJELASKAN KRISNA
Meskipun bermunculan berbagai jenis kitab Upanisad yang baru. Tentu saja keberadaan upanisad-upanisad aspal, asli tapi palsu ini sudah dapat dideteksi dengan mudah oleh penganut Veda yang sudah menguasai Veda dengan baik. Seorang Brahmacari yang mempelajari Veda dengan tekun dalam sebua (garis perguruan) akan dibekali dengan pengetahuan fonetik, ritual, tata bahasa, etimologi, prosodi, dan astronomi dari kitab-kitab Siksa, Vyakarana, Nirukta, Chanda, Kalpa dan Jyotisa yang tergabung dalam bagian Vedanga. Dengan pengetahuan dasar ini, seorang penekun Veda akan mengetahuai bahwasanya jumlah susunan kitab-kitab Veda, susunan sloka demi sloka (anustup), cara pelantunan dan sebagainya adalah memiliki aturan-aturan pokok khusus. Dengan demikian jika ada kitab-kitab aspal yang diklaim sebagai bagian pustaka suci Veda tetapi menyimpang dari aturan-aturan ini maka seorang penekun Veda sudah pasti bisa mengetahui. Apa lagi fakta mengatakan bahwa semua kitab Upanisad merangkum filosofi ketuhanan dan mengenai sang diri;
JADI DISINI SUDAH JELAS BAHWA ITIASA DAN PURANA SERTA GOPALA TAPANI UPANISAD BUKANLAH SEBAGAI POKOK MEMEPLAJARI WEDA DENGAN TEKUN BAGI SEORANG BRAHMACARI....
Meskipun bermunculan berbagai jenis kitab Upanisad yang baru. Tentu saja keberadaan upanisad-upanisad aspal, asli tapi palsu ini sudah dapat dideteksi dengan mudah oleh penganut Veda yang sudah menguasai Veda dengan baik. Seorang Brahmacari yang mempelajari Veda dengan tekun dalam sebuah Guru Kula (garis perguruan) akan dibekali dengan pengetahuan fonetik, ritual, tata bahasa, etimologi, prosodi, dan astronomi dari kitab-kitab Siksa, Vyakarana, Nirukta, Chanda, Kalpa dan Jyotisa yang tergabung dalam bagian Vedanga. Dengan pengetahuan dasar ini, seorang penekun UNTUK MEMAHAMI DAN MENGUASAI WEDA.
JADI TAPANI GOPALA BUKANLAH UPANISAD, KARENA UPANISAD UTAMA SUDAH MASUK DALAM SUB BAGIAN CATUR WEDA
Pada abad ke 18, pembaharuan india oleh cendikiawan mulai bangkit dan pada masuknya abad ke 19, bermunculan UPANISAD BARU TERMAKSUD GOPALA TAPANI UPANISAD.
Gopala tapani upanisad ini pendukung dari SRIMAD BHAGAWANTA yang banyak ketimpangan dan tambal sulam oleh sekte vaisnawa dan menekankan pada sekte HK untuk menguatkan SB yang dibuat pada abad ke 13.
ASAL KATA AKU
banyak kalangan yang menganggap Krisna sebagai tuhan karena frase AKU dalam kitab Bhagawad gita.
“..dari paduan kata-kata, Aku adalah kata majemuk..” [Bhagavad Gita, 10.33]
Setelah "kematian" bahasa Vaedika, didataran india [Termasuk Afganistan, Pakistan dan selatan rusia] masyarakat menggunakan satu diantara 7 jenis bahasa prakrta, yaitu Magadhii Prakrta; shaorasenii Prakrta, paeshacii Prakrta, Pashcatya Parakrta; pahlavii Prakta; Maharastrii. Bahasa ibu yang digunakan Krishna adalah Shaorasenii Prakrta.
Pada perkembangannya bahasa prakrta kemudian dibentuk kembali dan direformasi. Bentuk reformasinya menjadi bahasa Samskerta [artinya adalah direformasikan, dibentuk kembali]. Tulisan yang digunakan di india saat itu adalah Brahmii dan Khrosthii. Jadi mereka yang menulis bahasa Vaedika menggunakan tulisan Brahmii dan Kharosthii, karena tulisan dan Bahasa Vaedika tidak mempunyai huruf-huruf sendiri karena merupakan bahasa lisan. Jaman itu seorang murid mendengarkan dari guru berbicara, menghafalkan yang dikatakan gurunya, mereka mengingat-ingat apa yang diucapkan
Veda akan mengetahuai bahwasanya jumlah susunan kitab-kitab Veda, susunan sloka demi sloka (anustup), cara pelantunan dan sebagainya adalah memiliki aturan-aturan pokok khusus. Dengan demikian jika ada kitab-kitab aspal yang diklaim sebagai bagian pustaka suci Veda tetapi menyimpang dari aturan-aturan ini maka seorang penekun Veda sudah pasti bisa mengetahui. Apa lagi fakta mengatakan bahwa semua kitab Upanisad merangkum filosofi ketuhanan dan mengenai sang diri
Suku tata bahasa Sanskrit yang kuat disusun oleh Panini, seorang yang berasal dari Pakhtoon dari wilayah Peshawar [ada yangmengatakan wilayah gandhara, Pakistan sekarang]. Tulisan Brahmmi dan kharosthuu juga berubah menjadi huruf-huruf sarada yang ada di khasmir sekarang. Setelah itu muncul huruf-huruf Guru mukhii, nagrii dan Naungala. Tulisan yang ada sekarang ini tercipta kira2 10 -12 abad yang lalu. [Kuliah tentang MahaBharata, Shrii Shrii Anandamurti
Penulisan Bhagavad Gita sangat erat kaitannya dengan penyusunan grammatical bahasa Sanskrit oleh seorang yang berasal dari Shalatula [pakistan], yaitu Panini [520SM-460SM], karyanya yang terkenal adalah Aṣṭādhyāyī [artinya Delapan Bab, merupakan karya sekurangnya 3 orang, yaitu sebelum Panini, Panini dan sesudah Panini] banyak yang memperkirakan karya ini berasal dari abad ke 5 SM.
Di samping Panini, ada pula ahli tatabahasa lainnya yaitu Patanjali yang hidup di abad ke-2 SM [Radhakrishnan, and C.A. Moore, (1957). A Source Book in Indian Philosophy. Princeton, New Jersey: Princeton University, ch. XIII, Yoga, p.453]. Patanjali disamping ahli Yoga iapun merupakan pakar tata bahasa Sanskrit. Patanjali pernah mengatakan bahwa Dvandva adalah yang paling paduan kata-kara yang superior di Sanksrit. Kalimat tersebut secara mengherankan sama dengan kalimat ini:
“..dari paduan kata-kata, Aku adalah kata majemuk [Dvandva]..” [Bhagavad Gita, 10.33].
Dari 6 kelas paduan kata di tatabahasa Sanskrit kelas “Dvandva” memiliki nilai gramatikar tertingi, doktrin superioritas Dvandan dibadingkan paduan lainnya pertama kali dinyatakan oleh ahli tatabahasa Patanjali [Pat. I. p 392, cited in Speijer, Sanskrit Syntax, page 151, note]. Disamping ahli bahasan Sanskrit ia pula ahli Yoga, dan di Bhagavad Gita kita kenal merupakan paduan Upanisad [Vedanta], Samkhya, dan Yoga.
Bagaimanakah mungkin kalimat itu benar diucapkan oleh Krisna, mengingat penyusunan Sanskrit baru ada setelah Panini [abad ke 5 SM] terlebih lagi Panini menolak ide superiotas kelas dalam bahasa Sanskrit?. Jawaban terbaiknya adalah Patanjali, yang mengucapkan itu juga ikut menyusun Bhagavad Gita!,
Jadi Kata AKU bukanlah merujuk pada diri KRISNA
Siapakah KRISNA?
lebih mendalam lagi, benarkah Krisna itu AWATARA????
Bhagawad Gita, sebuah bab dari kitab Bhismaparwa yang kemudian menjadi kitab tersendiri. Isinya mengenai ajaran-ajaran Agama Hindu yang disampaikan oleh perantara Kresna kepada Arjuna.
Kitab Bhismaparwa merupakan kitab keenam dari seri Astadasaparwa
Kitab ini menceritakan kisah dimulainya pertempuran akbar antara pihak Pandawa dan Korawa di sebuah daratan luas yang sangat suci dan keramat bernama Kurukshetra, letaknya di sebelah utara negeri India. Setelah kedua belah pihak sepakat dengan aturan perang, maka kedua belah pihak berkumpul dan memenuhi daratan Kurukshetra, siap untuk berperang. Pihak Korawa dipimpin oleh Bhisma sedangkan pihak Pandawa dipimpin oleh Drestadyumna. Sebelum pertempuran berlangsung, Arjuna dilanda keraguan dan kebimbangan setelah ia melihat para saudara dan kerabatnya berkumpul untuk saling membantai. Arjuna tidak tega untuk membunuh para Korawa, yang masih merupakan saudara. Karena Arjuna dilanda oleh berbagai keraguan, Kresna yang berperan sebagai kusir kereta Arjuna mencoba menyadarkannya dengan memberikan wejangan-wejangan suci yang kemudian dikenal sebagai “Bhagawad Gita”, atau “Nyanyian seorang rohaniwan”. Bhagawad Gita ini menjadi kitab tersendiri yang merupakan intisari dari ajaran-ajaran Veda. Wejangan suci dari Kresna membuat Arjuna bangkit, dan melangsungkan pertempuran. Akhirnya Bhisma yang menjadi panglima perang Korawa, gugur pada hari kesepuluh dengan siasat Arjuna yang menggandeng Srikandi.
Para ahli sejarah [India dan barat], melalui uji analisis MahaBharata menemukan perbedaan gaya, bahasa dan tingkat kepelikannya di MahaBharata sehingga mereka berkesimpulan bahwa penyusunan dilakukan pada masa yang berbeda dan dilakukan oleh tangan-tangan yang bebeda. Misalnya, Adiparwa bab 1 menunjukan banyak episode telah ditambahkan. MahaBharata saat ini merupakan edisi ketiga dan telah memperluas inti dari sejarah tersebut. [C. Jinarajadasa, R.G Bhandarkar, analisis lebih lanjut: L.Von Schroeder] A.l Basham, mengatakan bahwa setidaknya 3 orang yang menulis Bhagavd Gita.
di Bhagavad Gita bab 2.54-64, membicarakan tentang hasil Samkhya, yaitu kecerdasan mantap/seimbang, menjadi seorang muni yang teguh iman, berhasil menghayati yang tertinggi.
Orang yang menjalankan dan menguasai ajaran Samkhya memiliki ciri-ciri:
telah dapat menyingkirkan segala keinginannya,
pikirannya tak terusik di tengah-tengah kesenangan; yang nafsu, rasa takut dan kemarahannya telah lenyap,tanpa rasa keterikatan lagi,
yang tiada bersenang hati maupun bersedih dalam perolehan yang baik maupun yang buruk,
menarik semua indra dari obyek-obyeknya, seperti kura-kura yang menarik anggota badannya masuk ke dalam cangkangnya
Membicarakan ini, maka kita harus melihat pada Krisna, yang dianggap sebagai pembawa ujaran ini kepada arjuna. “fakta” yang ada di Itihasa menyatakan bahwa 13/14 tahun sebelum perang kuruksetra [sebelum peluncuran ajaran Gita] yaitu saat upacara rajasurya di Indraprasta, Sisupala, sepupu Sri Kresna, menghina Sri Kresna di depan umum. Penghinaan itu diterima Sri Kresna bertubi-tubi hingga melewati penghinaan ke-100 maka Kemarahan Sri Kresna memuncak, mengeluarkan Cakra Sudarsana dan memenggal kepala Sisupala di depan umum.
Di 13/14 tahun kemudian, setelah ujaran Bhagavad Gita disampaikan pada Arjuna di Hari pertama [H1] perang kurukhsetra.
Pada hari ke-3, Arjuna dan saisnya Kresna bertempur melawan Bhishma. Arjuna masih merasa tega dan segan untuk melawan kakeknya. Kresna menjadi sangat marah, ia mengambil chakra-nya dan berlari ke arah Bisma sambil berkata "Aku sudah tak bisa bersabar lagi, Aku akan membunuh Bisma dengan tanganku sendiri,". Arjuna berlari mengejarnya dan mencegah Kresna untuk melakukannya. Arjuna memegang kaki Kresna. Pada langkah yang kesepuluh, Kresna berhenti. Arjuna berkata, “O junjunganku, padamkanlah kemarahan ini. Paduka tempat kami berlindung. Baiklah, hari ini hamba bersumpah, atas nama dan saudara-saudara hamba, bahwa hamba tidak akan menarik diri dari sumpah yang hamba ucapkan. O Kesawa, O adik Dewa Indra, atas perintah paduka, baiklah, hamba yang akan memusnahkan bangsa Kuru!”. Mendengar sumpah tersebut, Kemarahan Kresna mereda namun masih tetap memegang senjata chakra. Kemudian mereka berdua melanjutkan peperangan di hari itu.
Pada hari ke-9, Arjuna dan Bisma saling bertempur, Bisma masih tidak terkalahkan dan Arjuna bertarung dengan setengah hati. Melihat itu, sekali lagi Kresna menjadi marah. Ia ingin mengakhiri riwayat Bisma dengan tangannya sendiri. Dengan mata merah menyala tanda kemarahan memuncak, Ia meloncat turun dari kereta Arjuna bergerak berjalan menghampiri Bisma dengan senjata Chakra di tangan, Kresna membidik Bisma. Melihat hal itu, Arjuna menyusul Kresna dan berusaha menarik kaki Kresna untuk menghentikan langkahnya. Dengan sedih dan suara tersendat-sendat, Arjuna berkata, “O Kesawa (Kresna), janganlah paduka memalsukan kata-kata yang telah paduka ucapkan sebelumnya! Paduka telah mengucapkan janji bahwa tidak akan ikut berperang. O Madhawa (Kresna), apabila paduka melanjutkan niat paduka, orang-orang akan mengatakan bahwa paduka pembohong. Semua penderitaan akibat perang ini, hambalah yang harus menanggungnya! Hambalah yang akan membunuh kakek yang terhormat itu!...” Kresna tidak menjawab setelah mendengar kata-kata Arjuna, tetapi dengan menahan kemarahan ia naik kembali ke atas keretanya. Kedua pasukan tersebut melanjutkan kembali pertarungannya sampai berakhirnya hari itu.
Krisna pada saat perang Kurukhsetra berumur 80 tahun dan 45 tahun kemudian, yaitu menjelang wafatnya krisna [125 tahun], terjadi peristiwa musnahnya wangsa Wresni akibat saling membunuh satu sama lainnya. Krisna dengan senjata cakra ditangan juga ada dalam peristiwa itu.
Memperhatikan fakta dan ajaran di atas, maka terlihat jelas bahkan Krisna-pun tidak berhasil menjalankan ajaran Samkya Yoga.
Ada dua Krisna yang berbeda dalam sejarah! [Adolf Holtzman, Arjuna, a contribution to the reconstruction of the Mahãbhãrata, p 61, cited by Muir, op.cit page xxiii. See also Lassen, Indische Altherthumskunde, vol I, page 488]
Krisna yang tertulis di MahaBharata saat ini, tidak mengajarkan Bhagavad Gita di H1 kepada arjuna. Artinya, benar pula bahwa Bhagavad Gita telah diselipkan dalam Itihasa susunan Vyasa. Holtzmann bahkan menyatakan bahwa di susunan itihasa sebelumnya [artinya sudah mengalami beberapa pengembangan], ujaran ini merupakan diskusi philosophis yang terjadi sebelum perang, mengenai Jiwa yang abadi antara Drona and Duryodhana dan bukan antara Krishna and Arjuna [Muir, op.cit, p xxii]
KRISNA hanyalah MITOLOGI sebuah bahasa pengajaran SAMKYA dan YOGA oleh Maharesi Byasa, selayaknya TOKOH lakon perumpamaan BUKAN Krshna Awatara
cerita ini mengandung maknah yang dalam dan disusupi ajaran suci weda, karya maharesi wyasa hendaknya didengar terlrbih bagi seorang brahmana..
yang artinya adalah mahabarata adalah cerita yang mempunyai nilai tradisi menyatu dengan ajaran agama yang disastrakan/ditulis maharesi byasa untuk didengar para brahmana..
Bukti kedua, Krisna Bukan Tuhan
MahaBharata, disebutkan bahwa ikan, Kura-kura dan Babi hutan bukan sebagai avatara Visnu namun sebagai avatara Brahma atau Prajapati [Vanaparva, Markandeya samasya 7.5.15], Babi hutan di Taittiriya Brahmana adalah Prajapati [Taittiriya Brahmana I.i. 3. 5, ff]. Shatapatha Brahmana juga mengangkat legenda yang sama dan tidak menyebutnya sebagai Manifestasi tuhan [XIV.i 2. 11] dimana Ramayana yang disusun belakangan menjadikan Brahma [II. 110. Monier Williams, Indian Wisdom, page 330]. Deva dengan bentuk rupa srigala wanita, memenangkan dunia untuk para Dewa, mengelilingi dunia hanya dengan tiga langkah adalah Indra bukan Vishnu [Taittiriya Samhita 7.2.4] Dan Purana-purana yang terakhir-terakhir disusun menyebutkan semuanya adalah reinkarnasi hanya dari Visnu dan juga legenda2 avatara visnu bervariasi jumlahnya dari 9 menjadi 28!! [Barth, Religions of India, Hal. 171]... JADI AWATARA YANG TURUN KE DUNIA BUKANLAH REKARNASI WISNU...
ukti ketiga, Krisna Bukan Tuhan
dalam sastra menjelaskan apabila dharma kalah oleh adharma maka tuhan akan turun menegakan dharma....... artinya turunya awtara kedunia menumpas adharma yang merajalela, TETAPI KENYATAANNYA TDK ADA, dari awatara turun masih merajalela adharma...
Tidak ada penyembahan oleh manusia waktu turunya awatara, malah tidak diperbolehkan mnusia menyembah tuhan...
Dalam menegakan kebenaran tidak ada awatara memberikan ajaran dharma pada umatnya, katanya semua manusia dimata tuhan adalah sama.
Bukti keempat, Krisna Bukan Tuhan
ARJUNA mendapatkan pencerahan oleh krisna sehingga dia mantap pendriannya, teryata dalam perang arjuna masih ragu bertempur melawan, bisma, dorma, krypacarya dan banyak lagi...
Bukti kelima, Krisna Bukan Tuhan
AMBIMAYU ADALAH KEPONAKAN KESAYANGAN KRSNA, kenapa dibiarkan dibunuh oleh pihak kurawa, apakah ini yang dibilang kasih sayang...
terbunuhnya begawan dhorna atas kelicikan tipu muslihat KRSNA, SEOANG AWATARA HARUS MEMPUNYAI PRINSIP SEORANG SATRIA, KRNA SEORANG BEGAWAN DIBUNUH DAN BAIK MATINYA APABILA MATI DGN DIBUNUH SECARA SATRIA... apakah ini layak dibilang ajaran dharma yang mana awatara turun menegakan dharma.
Bukti keenam, Krisna Bukan Tuhan
krsna dipanah oleh jara, ketika menemui ajalnya, berkata... “luka kecil ini membuatku sakit teramat sangat dan akan menjemput aku pada kematianku... artinya krisna sangat menderita dan tidak rela meninggalkan alam marcapada serta takut akan kematian...
Jadi
KRISNA bukanlah TUHAN
Krisna Bukanlah Awatara
KRSNA hanya sebuah peran tokoh dari Pujangga Besar Maharesi Byasa
Krisna tidak mengajarkan Bhagavad Gita kepada arjuna di H1, Medan perang Kurukhsetra adalah mengenai jumlah waktu yang digunakan untuk menyampaikan ujaran dihadapan dua pasukan yang sudah tidak sabar untuk saling menghabisi!Mari kita hitung bersama perkiraan waktu yang dibutuhkan!Bhagavad Gita yang kita kenal saat ini terdiri dari 700 syair, andaikata satu syair disampaikan 10 detik hingga 30 detik dan ditambahkan penjelasan pemahaman syair, ditambah dengan waktu tempuh pulang dan pergi ke tengah lapangan kurukhsetra dan kembali [misal: 15 menit] maka diperkirakan ada 7000 hingga 21000 detik yang diperlukan! atau setara dengan 3 – 5 Jam penyampaian!Waktu sepanjang ini merupakan penantian waktu yang sangat lama bagi para pihak yang sedang berhadapan di medan perang berikut kelengkapan perang dan strategi masing-masing untuk mengalahkan musuh!
jadi BG adalah maha karya bhagawan byasa, dimana krisna adalah tokoh utama, Krisna Bukan Tuhan, Krisna bukan Narayana.