GAMABALI | Tradisi Bali dan Budaya Bali

DETAIL ARTIKEL GAMABALI

GAMABALI | Tradisi Bali dan Budaya Bali

22-03-17 23:11:33

Tri Kaya Parisudha

   Untuk bisa menjalankan dharma diperlukan prilaku dasar yang disebut: Tri Kaya Parisuda artinya tiga gerak perilaku manusia yang harus disucikan. Tri Kaya Parisudha adalah tiga jenis perbuatan yang merupakan landasan ajaran Etika Gama Bali yang dipedomani oleh setiap individu guna mencapai kesempurnaan dan kesucian hidupnya, meliputi:


   1. Berpikir yang benar (Manacika) - Satya Hrdaya - satunya pikiran

   2. Berkata yang benar (Wacika) - Satya Wacana - satunya tutur

   3. Berbuat yang benar (Kayika) - Satya Laksana - satunya laku


   Dari tiap arti kata di dalamnya, Tri berarti tiga; Kaya bararti Karya atau perbuatan atau kerja atau prilaku; sedangkan Parisudha berarti "upaya penyucian".Jadi "Trikaya-Parisudha berarti "upaya pembersihan/penyucian atas tiga perbuatan atau prilaku kita".

   Tri Kaya Parisudha yang menjadi konsentrasi pembahasan kali ini adalah merupakan salah satu aplikasi dan perbuatan baik (subha karma). Secara hirarki bermula dan pikiran yang baik dan benarlah akan mengalir ucapan dan perbuatan yang baik dan benar pula. Jadi kuncinya adalah pada pikiran, yang dalam pepatah sama dengan “dan telaga yang jernihlah mengalir air yang jernih pula”. Kalau pikirannya kacau, apalagi memikirkan yang macam-macam dan bukan-bukan niscaya perkataan dan perbuatannyapun akan amburadul yang bermuara pada kehancuran dan penderitaan.

  

Penjelasan lebih lanjut tentang Tri Kaya Parisudha

   Segala apa saja yang dilakukan orang dapat berlangsung melalui trikaya, tiga anggota badan yaitu : Kaya, Wak dan manah. Kaya ialah anggota badan, seperti tangan, kaki, punggung, mulut dan sebagainya. Sedangkan wak ialah kata-kata, dan manah adalah pikiran. Dengan tiga alat inilah manusia dapat berbuat sesuatu, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain, dan lingkungannya. Sebutan trikaya itu dalam kitab Sarasamuccaya kita dapati dalam sloka 157.


   berikut ini kutipan kitab Sarasamuccaya sloka 157:

   Yang membuat matinya segala makhluk hidup, sekali-kali jangan hendaknya dilakukan dengan menggunakan trikaya, yaitu perbuatan dan pikiran. Adapun yang harus diikhtiarkan dengan trikaya, hanyalah pemberian dan sedekah saja, sebab itulah yang disebut sila, kata orang arif. [SS 157]


   Tiga anggota badan itu dapat digunakan untuk tujuan-tujuan yang buruk dan dapat pula digunakan untuk tujuan-tujuan yang baik. Bila orang dapat menggunakan untuk tujuan-tujuan yang baik, maka trikaya itu akan disebut trikaya parisud artinya tiga anggota badan yang telah disucikan meliputi :


- Kayika parisudha dapat kita rumuskan sebagai segala prilaku yang berhubungan dengan badan yang telah disucikan. Dengan berbuat berarti kita telah membuat suatu karma yang akan mementukan hidup kita pada masa-masa yang akan datang. Karena kita mengharapkan hidup yang lebih baik pada hari yang akan datang, maka sekaranglah waktunya kita menanamkan karma yang baik dengan menghindari perbuatan-perbuatan yang buruk, seperti dalam sloka 76 kitab Sarasamuccaya.

Inilah yang tidak patut dilakukan:

   - Membunuh

   - Mencuri

   - Berbuat zina/selingkuh.

   Ketiganya janganlah hendaknya dilakukan terhadap siapapun baik secara berolok-olok, dalam keadaan dirundung malang, dalam hayalan sekalipun, hendaknya dihindari semua itu [SS 76]


- Wacika parisudha yaitu berkata yang benar dan baik. Kata-kata dapat mendatangkan untuk diri sendiri atau menarik simpati orang lain. Ia dapat merupakan tirtha amrta yang sejuk nyaman, yang menghibur dan menghidupkan orang. Tetapi ia juga menjadi racun yang menghancurkan, merusak jiwa dan raga manusia. ini ditegaskan dalam sloka 20 dan 75 kitab Sarasamuccaya.

   Perkataan yang mengandung maksud jahat tiada beda dengan anak panah yang dilepaskan. Setiap yang ditempuhnya merasa sakit. Perkataan itu meresap ke dalam hati, sehingga menyebabkan orang tidak bisa makan dan tidur pada siang dan malam hari. Oleh sebab itu perkataan yang demikian tidak diucapkan oleh orang budiman dan wira perkasa, pun pula oleh orang yang suci bersih hatinya. [SS 20] Inilah yang tidak patut timbul dari kata-kata, empat banyaknya yaitu :

   - Perkataan jahat

   - Perkataan kasar

   - Perkataan memfitnah

   - Perkataan bohong.

   Inilah keempatnya harus disingkirkan dari perkataan jangan diucapkan jangan dipikir-pikir akan diucapkannya. [SS 75]


- Manacika Parisudha, Pikiran mendapat perhatian besar dalam ajaran yoga, karena pikiranlah sumber dari segala apa yang dilakukan orang, sumber segala apa yang dikatakan orang. Bila pikiran menyuruh anggota badan diam, maka anggota badanpun diam, bila pikiran menyuruh mulut tak berkata maka mulutpun diam. Pikiranlah yang menentukan segala perbuatan orang. Hal ini dinyatakan dalam sloka 82 kitab Sarasamuccaya disebutkan Dan lagi sifat pikiran itu, bahwa mata dikatakan dapat melihat berbagai barang, tiada lain hanya pikiran yang menyertai mata itu memandang [SS 82]. Maka jika pikiran bingung atau kacau, tidak turut menyertai mata sungguhpun memandang pada suatu barang, tidak terlihat barang itu olehnya, sebab pikiran itulah sebenarnya yang mengetahui. Sebab itu sesungguhnya pikiranlah yang memegang peranan utama. Dalam kitab-kitab agama Hindu banyak sekali terdapat ajaran-ajaran yang membimbing pikiran menjadi baik dan suci. Demikian pula halnya dalam kitab Sarasamuccaya kita dapati banyak ajaran yang demikian. Khusus dalam uraian trikaya yang meliputi dasakarma pathascaret yaitu sepuluh jalan yang patut dikerjakan, menyebutkan tiga hal yang harus dipegang teguh dalam pikiran. Tiga hal itu seperti berikut :

   - Tidak menginginkan ataupun iri akan milik orang lain

   - Kasih sayang terhadap semua makhluk

   - Percaya akan adanya karmaphala.

   Itulah tiga prilakunya pikiran yang merupakan pengendalian pikiran. [SS 74]


   Demikianlah tentang ajaran Etika Gama Bali yang tersirat dalam ajaran Tri Kaya Parisudha, semoga bermanfaat.