Cara Mengetahui Arti Tuah Bilah Keris Bali
Sebilah "keris" yang sering disebut "kadutan" oleh orang bali merupakan lambang pusaka peninggalan leluhur.
Pada masa kerajaan keris dijadikan sebagai lambang legalitas, kebesaran, keagungan.
Sebagai contoh seorang raja akan diakui rakyatnya bila dapat menunjukkan sebuah keris yang diyakini sebagai pemegang tampuk kekuasaan
Keris yang mempunyai tuah (kekuatan magis) biasanya disesuaikan dengan bentuk keris, luk, dan pamor Keris mempunyai sifat seperti manusia dari yang baik dan juga tidak baik.
Untuk mengetahui keris tersebut baik atau tidak bagi pemilik keris, ada beberapa cara untuk mengetahuinya.
Cara menghitungnya :
tempelkan ujung benang pada pangkal keris ditarik sampai ujung keris lipat hasil ukuran tadi setangah ukuran tadi ukurkan pada lebar keris. Sisa ukuran lebar ini yang akan digunakan untuk menghitung keris, sisa separo dari ukaran tadi hitunglah, dan berapa kali dari setengah batang keris.
Contoh :
Panjang dari pangkal sampai ujung keris 36 cm..
panjangnya di bagi 2 = 36 : 2 = 18.
Setengah bilahan keris ukurannya 2 cm. Jadi 18cm : 2cm = 9cm
hasil ukuran tersebut dikurangi 8 . Jadi 9 - 8 = 1.
1= sari ratna kumala, artinya dapat menjadi kaya raya.
kriteria dari sisa hitungan itu sebagai berikut :
- Sari Ratna Kumala Kaya Raya
- Jati Tikir Banyak Teman dan Family
- Bima Rajek Wesi Akan mendapatkan kekuatan yang luar biasa
- Kuda Micara Senang mencari masalah
- Satriya Ledhang Senang berpergian
- Rajuna Rangsang Pati Senang marah
- Sri Nata Jurite Senang bertengkar
- Makan Tuan Melukai yang empunya
Hitungan kecocokan sebuah keris
- Sari Ratna Kumala, Cocok untuk pejabat atau yang mempunyai kekuasaan
- Wara Candra Renta, Untuk pedagang , petani atau yang mempunyai usaha
- Jati Kumbo, Cocok untuk yang menginginkan kekuasaan
- Ranggan Janur, Untuk yang senang berkelahi
- Arjuna Suropati Untuk pemimipin
- Binem Siwer Untuk yang berringan tngan,akan tetapi sering mendapat bencana
- Bogiro Nadiyen Untuk yang dituakan, pemuka agama,pemuka adat atau tokoh masyarakat
- Sadewo Tinandu Tidak untuk berumah tangga
Hitungan dengan meggunakan Ibu Jari Tangan
Keris yang akan di hitung, dipegang pada pangkalnya, tepat pada bagian Gonjo, dengan ibu jari di hitung sampai ke ujung keris.
Hasilnya dikurangi lima - lima sisanya akan menunjukkan pengaruh tuah dari keris tersebut.
Contoh :
Pusaka yang kita hitung hasilnya 19 ibu jari hitunga tadi dikurangi 5 dan seterusnya.sebagai berikut :
19 - 5 = 14,
14 - 5 = 9,
9 - 5 = 3,
angka 3 jatuh pada Arjuna Mangan Ati berarti Pemarah, keras hati.
Kriteria - kriteria dari sisa hitungan :
SISA :
- Siti = Berjiwa Welas Asih
- Sengkali = Dermawan ,kalau marah berbahaya
- Arjuna Mangan Ati = Pemarah, Keras hatinya
- Rondho Tunggu Donyo = Dapat Kaya, Cukup Sandang Pangan
- Dhandang Tunggu Nyowo = Sengsara, sering mendapat celaka
umumnya luk keris selalu berjumlah ganjil, namun untuk perhitungannya hanya ada 3 luk.
- Keris Luk - untuk Masa Mengawali: ,
- Keris luk - untuk Masa bersemi/tengah:
- Keris Luk - untuk Masa Puncak/Akhir:
cara menghitungnya:
hitung jumlah luk dibagi 3, bila hasilnya
- sisa 1, seperti keris jangkung, keris luk 7, 13. otomatis dimasukkan kedalam kreteria "AWAL". sesuai dengan pembagian diatas, fungsi keris ini adalah mengawali semua kegiatan.
- sisa 2, seperti keris luk 5, masuk kedalam kreteria "TENGAH". yang fungsinya untuk bergerilia, mencari partner/inverstor, mencari relasi, marketing dll. intinya, keris ini digunakan setelah dimulainya suatu kegiatan dan kegiatan tersebut telah stabil. untuk bisa memperoleh puncak (tujuan) pokok, maka diperlukan masa-masa beradaptasi, mencari relasi, selalu berusaha mencari materi sebanyak-banyaknya dll.
- Sisa 3/0, seperti keris luk 3, 9. merupakan kreteria "AKHIR". yang fungsinya untuk kewibawaan, pencapaian puncak, kesucian.
berdasarkan 3 kreteria diatas, maka akan sangat berbahaya bila pencinta keris salah memilih keris piandelnya. misalnya:
contoh 1:
seorang pedagang menggunakan keris luk 3 atau 9, yang artinya kewibawaan. ini akan membawa sengsara karena psikologi dari pedagang tersebut akan menjadi seperti sudah mapan, idealis dll. sehingga bila ada orang yang menawar barang dagangannya, dia akan menjadi marah, tidak boleh ditawar, tidak laku tidak mengapa karena merasa tidak dihargai oleh pembelinya. akibatnya akan sedikit yang berbelanja di tempat pedagang tersebut.
keris ini akan baik bagi pedagang yang sudah memiliki banyak karyawan. dimana dia tidak bertemu konsumen, sehingga taksu keris ini berlaku untuk karyawannya saja.
contoh 2:
seorang pendeta/pemangku yang menjadikan Keris luk 5 sebagai saseletnya. maka psikologi sang pendeta akan materialis, sehingga pendeta tersebut akan menjadi pedagang ritual, pedagang banten, yang selalu menilai ritual agama dan adat itu dari sisi materi.
secara umum, Pamor Keris terdiri atas 4 motif, yakni:
- Motif Bulat atau Bumi (Pamor pertiwi), memiliki sifat pengayom dan pemurah. baik untuk memerlukan kemakmuran, kekayaan dll. contohnya pamor ujan mas.
- Motif aliran sungai (Pamor apah), sifatnya dingin tetapi pendobrak. baik untuk pengguna yang berkeinginan untuk memperoleh sesuatu, seperti jabatan ataupun yang lainnya. contohnya:
- Motif bara api (Pamor teja), yang semakin keatas semakin fokus ke puncaknya, sepintas mirif seperti gunung-gunung, yang identik dengan kewibawaan. baik untuk para pejabat. contohnya:
- Motif angin (Pamor bayu), arahnya selaras tetapi selalu berkelak kelok menyesuaikan dengan keadaan. cocok untuk para politikus, intelijen dll. contohnya:
Keris Piyandel
Keris pada masa sekarang masih digunakan sebagian besar masyarakat Jawa tidak saja sebagai simbol kebesaran, tetapi juga sebagai sipat kandel atau kadigjayaan.
Keris Disebut Piyandel dan Sipat Kandel SALAH satu makna keris adalah sebagai piyandel dan sipat kandel.
Tidak ada orang layak melarang soal keyakinan. Keris merupakan sebuah keyakinan, harapan dan cita-cita yang ditorehkan dan disimpan untuk diteruskan kepada anak cucu. Sehingga keris sarat simbol dan pralambang yang harus dibaca secara arif dan bijak.
Dalam tradisi budaya Jawa, dikenal istilah pemahaman
‘Bapa tapa, anak nampa, putu nemu, buyut katut, canggah kesrambah’.
Artinya,
kalau orang tua, terutama ayahnya laku prihatin anugerah yang bakal diterima juga kepada anak, cucu, cicit dan keturunannya.
Ini simbol bahwa, hidup manusia senantiasa menyiratkan keprihatinan. Prihatin untuk terus mengupayakan agar berkiblat kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Siratan-siratan harapan, cita-cita, doa, restu sekaligus tuntunan itu diwujudkan manusia Jawa dalam bentuk sebuah senjata.
Mengapa dipilih senjata?
Supaya manusia sadar, senjata hidup adalah sebuah kearifan yang tergurat di dalam keris atau tosanaji lainnya. Kemudian orang Jawa menamakan keris sebagai ‘sipat kandel’, karena mewujudkan harapan doa, tuntunan, cita-cita. Namun doa, harapan dan cita-cita yang dimanifestasikan lewat dapur, ricikan, pamor, besi, baja dan dibuat dalam laku tapa, keprihatinan puasa dan selalu memuji kebesaran Tuhan, tidak bakal mewujud dengan sendirinya kalau tidak dijemput dengan laku serupa.
Supaya tidak terjebak dengan pemahaman yang keliru, diingatkan, keris harus ditempatkan secara proporsional. Bunyi peringatannya, Janjine dudu jimat kemat, ananging agunging Gusti kang Pinuji. Keris bukan jimat, tetapi piyandel, sarana memuji dan memuja keagungan Ilahi.
Demikianlah sekilas tentang Cara Mengetahui Arti Tuah Bilah Keris, semoga bermanfaat.