Gelapnya kisah Ramayana
Joshi (2006) menyatakan bahwa epic ramayana sangat banyak versinya, tidak kurang 107 versi Ramayana yang berbeda. Sebagian besar dari versi epik tersebut menceritakan kisah Rama, Sita dan Rahwana. Untuk ringkasan epiknya dapat dibaca di "Cerita Ramayana". Artikel ini berupaya melihat epic ramayana dari sisi berbeda dari umumnya, dimana dalam pandangan umum, kisah ramayana ini diidentikan dengan kisah perjuangan rama sebagai simbol dharma menumpas adharma lewat penyerangan alengka dibawah panji rahwana. Pandangan dalam artikel ini melihat kejadian ramayana yang diyakini kebenaran ceritanya itu menjadi klise, karena dilihat dari sisi yang berbeda, yakni menegakkan dharma lewat jalan adharma. Adapun beberapa penggal kisah yang aneh diantaranya:
Menurut Singaravelu (1982), dari beberapa versi epic Ramayana terdapat kisah kelahiran sita yang berbeda-beda. Kelahiran Sita dikisahkan sebagai berikut:
- 12 versi menyatakan Sita adalah reinkarnasi dari Dewi (Laksmi, istri dewa Visnu; Umi, isri dewa Siwa; Istri dewa Indra) dan inkarnasi dari petapa wanita yang bersumpah membalas Rahwana dikelahiran berikutnya karena tapanya diganggu.
- Beberapa versi Hindu menyatakan Sita lahir di sebuah bajak petani, ada yang mengatakan dari tanah. Ini semua berhubungan dengan legenda dewi Bumi atau dewi Agrikultur jaman Vedic
- Sita adalah anak Raja janaka
- Sita adalah anak yang diasuh raja Janaka atau seorang pertapa
- 13 versi menyatakan Sita adalah anak Rahwana. Dikisahkan bahwa para peramal meramalkan bahwa Sita akan menyebabkan kematian Rahwana sehingga Sita dibuang, Ia ditemukan dan diasuh oleh raja atau pertapa. Variasi tempat/cara Sita dibuang: dikubur di tanah [dalam versi Jainisme] atau dihanyutkan ke sungai/laut [versi ini kebanyakan berasal dari Asia Tenggara]
- Sita adalah anak Dasaratha (sehingga Sita adalah adik dari Rama dan Laksmana). Versi Laos (Luang Prabang) menyatakan Sita adalah anak Istri ke-4 Dasaratha, Peramal menyatakan bahwa Sita kelak akan membawa bencana sehingga Ia dihanyutkan ke laut, ditemukan dan diangkat anak oleh seorang Rsi/Pertapa.
- Dalam hikayat Sri Rama, Sita adalah anak raja Dasaratha setelah meniduri istri Rahwana (Mandodari), Sita kemudian dibuang ke laut dan diangkat anak oleh Raja Maharsi Kali, Jadi di versi ini, Sita adaah adik tiri Rama dan anak tiri Rahwana.
Rahwana, di kitab Lankavatara Sutra, bersama dengan para penduduk Lanka (Sri lanka), dikisahkan sebagai pemeluk Buddhis Mahayana yang saleh. Rahwana adalah pengikut Buddha sebelumnya, yaitu Buddha Kassapa. Berikut kutipan sebagian ringkasan bab pertama, Lankavatara Sutra sanskrit versi Daisetz Teitaro Suzuki:
Demikian yang saya dengar.
Yang terberkati [Buddha Gautama] bersama sekumpulan besar Biksu, Raja Dewa Indra (Sakka), Brahma dan sejumlah besar Bodhisatva dari berbagai tanah Buddha, suatu ketika datang dan tinggal di tempat raja naga laut, yang berada di puncak Gunung Malaya.
Buddha dari atas puncak memandang Lanka dan berkata, "Oleh para Buddha sebelumnya, kebenaran ini diujarkan di puncak gunung Malaya. Aku, juga kini demi Rahwana, penguasa para Yaksa menguncarkan kebenaran ini"
[Tergugah] karena kekuatan spiritual Buddha, dari kejauhan, Rahwana, raja para Raksasa mendengarnya. Ketika Sang Buddha berhasil dilihatnya, Rahwana menangis dengan gembira, kemudian berkata, "Aku akan pergi dan meminta Yang diberkati untuk memasuki Srilanka yang akan memberikan berkat keberuntungan bagi banyak Dewa dan juga Manusia".
Kemudian, Rahwana, raja para Rakshasa, bersama pengiringnya, mengendarai kereta samawi (ajaib)-nya, menuju ke tempat Buddha berada, turun dari kendaraannya, bersama pengiringnya berjalan mengelilingi Sang Buddha 3 (tiga) kali dari arah kiri ke kanan, memainkan instrumen musik, Rahwana mempersembahkan nyanyiannya, "Para Buddha masa lalu pernah menetap di Lanka, yang kemudian ditemani oleh 'anak-anak' Buddha dari berbagai bentuk. Tuanku, tunjukkanlah kebenaran tertinggi dan para yaksha dari berbagai macam bentuk yang beruntung akan mendengarkan"
..Ia kemudian memberi salam pada Sang Buddha dan memperkenalkan dirinya, "Aku bernama Rahwana, raja Raksasa berkepala 10, semoga Yang Mulia bermurah hati menerimaku dan seluruh penduduk Lanka..Di lanka ini sebagaimana para Buddha terdahulu, Ia menguncarkan ajaran, semoga Yang Mulia berkenan pula membabarkan Dharma..
..Lankavatara Sutra yang diujarkan para Buddha sebelumnya..Ku kumpulkan dari para Buddha sebelumnya yang mengujarkan sutra ini..begitupula dari Yang Mulia..
..Yang mulia, di sinilah kami para Yaksha yang bebas dari keserakahan, merefleksikan kesadaran diri, memuja para Buddha sebelumnya, mereka adalah penganut Mahayana dan rajin mendisiplikan diri satu sama lainnya..Begitu banyak para Yaksha muda, pria dan wanita yang berkeinginan mendengarkan Mahayana, mohon datanglah, Yang diberkati, Yang menguasai pengajaran, datanglah ke Lanka, di gunung Malaya.
Para Raksasa, dengan Kumbhakarna sebagai kepala mereka yang tinggal dikota, penganut Mahayana, akan mendengar kebenaran utama ini. Mereka juga memuja Buddha sebelumnya dan melakukannya tiap hari dengan cara yang sama...Aku menyerahkan diriku sepenuhnya melayani Buddha dan para pengikutnya, tidak ada dariku yang tidak kuserahkan, Oh Muni Yang Agung, berbelaskasihlah padaku"
Setelah mendengarkan Rahwana berbicara, Sang Buddha penguasa ke tiga dunia, berkata, "Raja para Yaksha, gunung ini telah dikunjungi para Buddha terdahulu, berbelaskasih padamu, mereka membabarkan Dharma. Buddha di masa depanpun akan berlaku sama di gunung ini. Di sini, para Yogi berdiri menyatakan kebenarannya. Raja para Yakksha, engkau mendapatkan belas kasih para Buddha dan juga Aku"
Sang Buddha menerima permohonan Raja Rahwana dan menuju kota. Sesampainya di kota, lagi Sang Buddha diberi penghormatan oleh sekumpulan Yaksa, dengan berbagai macam cara. Para Buddha bersama pengikutnya menerima persembahan itu dan membabarkan kebenaran tertinggi.
Pada literatur aliran Jainism setidaknya terdapat 3 kitab yang menyebutkan kisah Rama, Sita dan Rahwana. Kisah Ramayana yang paling tua adalah Paumacariya (dalam bahasa Prakrit, untuk Sanskritnya adalah: Padma Carita) oleh Vimala Suri. Penulisnya menyatakan kisah ini ditulis 530 tahun setelah Mahavira Nirvana. Kitab ini berada di periode tahun yang sama dengan Ramayana versi Valmiki, yaitu di sekitar abad ke-1 SM (beberapa sumber mengatakan di abad ke-1 M s/d 3 M). Paumacariya dibuat dalam rangka "menanggapi" apa yang tercantum diversi Valmiki. Kitab ini dimulai dengan rangkaian set pertanyaan yang ada dibenak Raja Srenika (dari Magadha):
- Bagaimana mungkin monyet-monyet itu bisa melumatkan ksatriya raksasa maha kuat seperti Rahvana?
- Bagaimana mungkin masyarakat terhormat pengikut Jaina seperti Ravana digambarkan makan daging dan minum darah?
- Bagaimana mungkin Kumbakarna tidur selama 6 bulan dalam setahunnya dan tidak terbangun bahkan ketika minyak panas dituangkan pada keretanya, gajah-gajah menginjak-injak tubuhnya dan terompet perang ditiupkan di sekeliling tubuhnya?
Mereka jelas telah berdusta dan memutarbalikan alasan
Dengan pertanyaan tersebut sang Raja kemudian menemui Rsi Gautama (Indrabhuti Gautama, murid utama Tirthankara ke-24, MahaVira) agar beliau berkenan menceritakan kisah sebenarnya. Gautama kemudian mengatakan, "Aku ceritakan padamu apa yang orang bijak Jain katakan. Rahwana itu bukanlah Iblis, Ia juga bukan kanibal dan pemakan daging. Ini adalah pemikiran keliru para penyair yang begitu bodohnya menceritakan sebuah kebohongan"
Vimala suri mulai kisah ini tidak dari lahirnya Rama namun mulai dari Rahwana/Rawana. Rahwana karena merupakan satu diantara 63 pemimpin besar (salaka purusa) menurut tradisi Jaina maka merupakan seorang terhormat, berpendidikan dan mempunyai kesaktian dan senjata yang berasal dari Tapa yang keras. Ia adalah murid dari seorang guru Jain. Ia pernah bersumpah bahwa ia tidak akan memperdaya/memaksa/menyentuh perempuan manapun.
Pada suatu ketika, Ia berperang dengan satu negara yang ternyata tidak mampu ditaklukannya. Ratu dari kerajaan itu jatuh cinta pada Rahwana dan mengirimkan pelayannya sebagai kurir. Rahwana mengeksploitasi pengetahuan ratu itu tentang negaranya dan mengalahkan Raja kerajaan itu. Segera setelah menaklukan kerajaan itu. Ia kembalikan kerajaan kepada rajanya kembali dan menyarankan pada sang ratu untuk kembali pada suaminya.
Belakangan, Rahwana terkejut ketika para peramal memberitahu bahwa ia akan menemui ajal melalui seorang wanita bernama Sita, anak dari raja Janaka. kitab Jainism lainnya yaitu Ramopakhyana (Mahabharatanya Jainism) menyatakan bahwa Sita adalah anak raja Janaka namun di versi Sanghadasa (Pengarang lain Ramayana aliran Jainisme, karya abad ke-5 Masehi), Sita adalah anak Rahwana yang kemudian diadopsi raja Janaka (Kulkarni 1952-1953: 12)
Walaupun mengetahui ramalan itu, setelah Ravana bertemu Sita, Ia jatuh hati -- (jika kita ambil versi bahwa Sita adalah anak Rahwana, maka karena Rahwana tidak tahu Sita adalah anaknya, maka bisa jadi Ia sendiri tidak mampu menyebutkan alasan mengapa Ia jatuh hati)--, Rahwana kemudian menculik Sita, mencoba mengambil hatinya namun sia-sia, Ia pun melihat dirinya jatuh dan akhirnya wafat di medan perang.
Wafatnya Rahwana bukan oleh Rama melainkan oleh Laksmana!
Rama di kitab ini digambarkan sebagai seorang yang mampu menaklukan dirinya sendiri, berpantang membunuh mahluk hidup sebagaimana yang dianjurkan dalam ajaran Jainism. Kehidupan Rama di saat itu merupakan kelahiran terakhirnya di dunia.
Laksmana dan Rahwana (Wasudewa dan PratiWasudewa) dalam kisah ini adalah reinkarnasi ke-8 pasangan ini. Rahwana menyadari hal ini sesaat dipertempurannya melawan Laksmana, yaitu ketika senjata cakra yang ditujukan kepada Laksmana tidak dapat melukainya. Rahwana menyadari bahwa hidupnya segera berakhir sehingga ia menyerahkan dirinya pada Laksmana yang kemudian memenggalnya.
Raksasa, berasal dari kata "raksha" yang artinya melindungi/menjaga/memelihara [Vishnu Purana, Buku 1 bab V].
Di India, ada satu festival yang bernama 'Rakshabandhan' yang dirayakan di bulan Purnama ke-10 setiap tahunnya.
Raksha adalah jiwa dari festival ini di mana seorang wanita (bisa sedarah, saudara angkat, Istri) mengikatkan seutas benang (Rakhi) di pergelangan tangan seorang lelaki (bisa sedarah, saudara angkat, teman baik atau suami) dan memintanya untuk melindunginya. Sang lelaki kemudian membalas dengan memberikan hadiah dan memperbaharui kembali sumpahnya untuk melindungi wanita itu.
Sebelum melanjutkan kisah ini, ada beberapa keterangan yang perlu diketahui. Menurut tradisi Jainisme terdapat 63 para terhormat dan terkemuka [Triṣaṣṭi-śalākā-puruṣa], yang terdiri dari:
- 24 Jina (Tirthankara: Seorang yang sudah padam/mencapai Moksa/Nirvana),
- 12 Cakravartin (Raja Dunia), dan
- 27 (9 dari 3 pasang): Bala-Dewa (yang tertua), Narayana/Wasu-deva (Lahir hanya untuk membunuh pratiWasudeva) dan Prati-narayana/Prati-Wasu-dewa (lawannya Wasudeva, selalu terbunuh oleh Wasudewa).
Dalam Ramayana, 3 pasang Baladewa-Wasudewa-PratiWasudewa adalah Rama-Laksmana-Rawana. Sedangkan di Mahabharata Jainism: Balarama-Krishna-Jarasanda.
- Raksa merupakan masyarakat berbudaya tinggi yang berasal dari ras Widyadhara dan merupakan pemuja Jina.
- Wanara dalam tradisi ini merupakan mahluk setengah manusia namun memuja Jina.
Tradisi [tanda petik] "Hindu" menggambarkan para Raksa adalah Iblis dan tidak religius hanya karena menentang tradisi persembahan binatang yang dilakukan oleh para Rsi Hindu. Di saat bersamaan merekapun sudah terkalahkan dalam populeritas cerita, sehingga cap Iblis melekat turun temurun lewat tangan para penyair. F. E. Pargiter juga menyatakan bahwa para pengikut Jain dianggap sebagai ASURA (Ancient Indian Historical Tradition, P. 291).
Dulu Sri Lanka disebut "Siv Hela" atau "Hela-Dwipa" atau "Hela-Ka", artinya tanah orang-orang Hela.
Suku Hela terdiri dari 4 suku (Siv Hela) yang berkuasa di berbagai belahan tempat itu, yang kemudian dinamakan: Naga, Asura, Yaksha dan Raksha.
Siv Hela belakangan menjadi Sinhala. Hela-Ka, lambat laun berubah menjadi Helankan dan akhirnya menjadi Srilanka.
Ratu terakhir kaum Hela [Heladwipa/Heladipa] adalah Kuweni yang kemudian dijadikan istri oleh Vijaya.
Keberadan kaum Hela bisa jadi telah ada jutaan tahun yang lalu. Bukti terdekat adanya aktivitas manusia kuno di Lanka adalah berdasarkan Temuan archeologi di Bolangaoda, yang berusia sekurangnya 34.000 BP
(Before Present, penyetaraan menjadi tahun sebelum Masehi dengan cara mengurangi angka itu dengan tahun 1950, yaitu tahun di mana era penanggalan radio karbon dimulai).
Di atas sekali, telah kita singgung arti sebenarnya kata "rakshasa". Kemudian, jika kita merujuk pada definisi rakshasa dan silsilah Rahwana dari kisah Ramayana versi valmiki dan kitab Hindu lainnya, maka tetaplah tidak pantas, jika Rahwana dinyatakan sebagai keturunan rakshasa. Mengapa? Berbicara tentang garis keturunan, maka:
Dari garis Ayah
|
Dari garis Ibu (Valmiki Ramayana, Uttara Kanda, Canto IV, Sloka 28-31) |
Berdasarkan silsilah ini, karena India menganut juga aturan garis Ayah, maka Rahwana adalah Brahmana turunan langsung Brahma, sehingga setiap Hindu yang tidak menghormati Rahwana, sama saja menghina Dewa Brahma. |
|
Mari kita buktikan bahwa perhitungan tersebut sangatlah cocok.
Dua kisah di bawah ini, akan terlihat kualitas derajat ke-brahmana-an dan juga derajat ke-dewa-an Rahwana. Kisah ini diambil dari legenda yang berkembang di masyarakat Tamil dan Srilanka:
Ketika perang akan di mulai, Rama memerlukan seorang pemimpin upacara untuk memberkati kemenangannya, tidak ada Brahmana yang ada saat itu [bahkan Valmikipun tidak ada]. Brahmana terdekat yang tersedia hanyalah Rahvana. Rama kemudian meminta bantuan Rahwana untuk memimpin upacara pemberkatan perang terhadap dirinya dan itupun disanggupi dan dilaksanakan Rahwana.
Ketika Rama mencari hari baik untuk memulai perang, Astrolog terdekat dan yang tersedia hanyalah Rahwana. Rama kemudian meminta bantuan Rahwana mencarikan hari baik untuk memerangi Rahwana! Dan, hal inipun diberikan Rahwana!
Rahwana adalah seorang ahli pengobatan Ayuveda! Ia yang menemukan Arka Shastra, yaitu kompilasi dosis tiap jenis herbal untuk pengobatan. Rahwana menemukan 4,444 penyakit dan sejumlah yang sama dari sebuah dedaunan untuk mengobatinya!
Dikisahkan pada suatu medan pertempuran, ketika pangeran dari India dan putera Rahwana, terluka parah. (Versi Valmiki: Yudha Kanda, Ch 19, 50). Tabib yang ada dan mampu mengobati hanyalah tabib dari Srilanka*). Tabib itu pergi ke medan perang dan mengobati pangeran India tersebut.
Ini merupakan peranan palang merah di jaman sekarang!
Praktek mengobati dan menolong musuh di medan perang, justru diawali tabib Srilanka (Dr. Reghuvir Prasad Trivedi dalam "Ceylon Daily News", 15 September 1985).
Susena, di versi Tulsidas merupakan jenderal ahli pengobatan dan ahli bedah militer Srilanka yang diculik Hanuman | Lankananda hal 119, Tulasidasa's Shri Ramacharitamanasa, R.C. Prasad, ed.2004 |
Susena adalah Mertua Subali dan Sugriwa | versi Valmiki, |
Susena, berhasil memulihkan Rama (di versi Valmiki, ada juga bantuan dari Garuda), Laksmana dan pasukan kera yang terluka oleh Indrajit di hari pertamanya perang melawan Indrajit | Yudha kanda Valmiki, Ch.50-26 |
Rahwana mengirimkan dua orang ke medan perang untuk mengobati: Trisira (anak Rahwana) dan 5 pahlawan Alengka lainnya. Tubuh mereka dikatakan dilumuri bermacam tumbuhan dan aromatik untuk melindungi luka | Yudha kanda Valmiki, Ch 69-18 |
Karena diculik Hanuman, Susena awalnya enggan mengobati Laksmana. Ia merasa dipaksa dan juga karena itu musuh negaranya namun Rama menasehatinya (versi lainnya Hanuman yang menasehati) bahwa tabib tidak punya kawan maupun lawan. | |
bantuan berasal dari Visalya (anak Dronamegha, kakak dari Kaikeyi) | Di versi Ramayana Jainism: Paumacariya, |
Munidasa Kumaratunga, seorang tokoh ultra nationalis dari pergerakan suku Hela, mengatakan bahwa karya Rahvana dibidang obat-obatan menghasilkan 7 Buku yang kemudian diterjemahkan ke dalam sankskit, yaitu: Nadi Pariksha, Arka Prakashata, Uddisa Chiktsaya, Oddiya Chikitsa, Kumara Tantraya dan Vatina Prakaranaya.
Unsur Gandarva dari Ravana jelas terlihat ketika Ravana menciptakan alat musik gesek. Gandarva adalah mahluk surgawi yang jago memainkan alat musik. Alat yang ditemukannya berbentuk model Biola dan dinamakan Ravana Hatta hingga sekarang banyak digunakan di Rajashtan. Ukuran panjangnya 22 Inch, bisa mencapai 3 oktaf dan menggunakan 1 senar, dimainkan dengan busur. Biola panjangnya 5 1/4 Inch, 4 Senar dan dapat mencapai 3 oktaf. jika 5 1/4 X 4 = 22 Inch!
Ia juga menggubah srota mengenai Shiva yang kemudian dikenal dengan nama Shiva Tandhawa (Tarian Siwa). Tarian dan nyanyian ini diciptakan Ravana, dengan menggunakan beberapa bait dari Sama Veda
Lebih dari 300 desa di Srilanka [Sinhale] menamakan desanya yang berhubungan dengan era Raja Rahwana. Di sejarah Sinhala, ditemukan 11 nama Rahwana, diantaranya adalah Nala Ravana, Manu ravana, Punu ravana dan DasaMuka Rahwana. Banyak variasi maksud dari kata 'DasaMuka', diantaranya:
- Kepalanya memang benar berjumlah sepuluh, seperti disampaikan dalam epik versi Valmiki dan juga di ratusan bahkan ribuan varian versi lainnya.
- Karena menguasai 4 Veda dan 6 Upanisad
- Karena sewaktu bayi lehernya diberi hiasan permata sehingga tampak seolah-olah berkepala 10
- Karena Ia adalah raja dari 10 Negeri
- Karena Ia mempunyai 10 talenta, diantaranya, Musik, obat-obatan, Mesin, Pertanian, Arsitek, Bangunan, jagoan bela diri, astrologi, Upacara keagamaan, dan banyak lagi
Orang Sri Lanka percaya bahwa Rahwana lahir ribuan tahun sebelum masehi, jauh sebelum jaman Vedic.
Rahwana (Ra+vana), Ra arti bebasnya adalah Surya; Vana = generasi. Jadi Ia berasal dari dinasti Surya dan juga suku Rakshasa Hela [suku kuno di sinhala]. Ia merupakan jagoan bela diri Angampora (Ange=Tubuh, Pora=perang)
Kemudian, terdapat sebuah "Jembatan" purbakala sepanjang 30 Km yang menghubungkan antara India dan Srilanka. Nama jembatan itu berubah-ubah tergantung siapa penguasa India saat itu, yaitu pada:
- Jaman setelah dinasti Maurya (200 SM - 300 M), dinamakan Dhanushkoti
- Jaman Purana India, dinamakan SETUKA
- Jaman Islam menjajah India (Ghaznavid, Cahmana, kemudian Calukya, dan Cola, [975-1200 M], dinamakan Setu Bandha; di jaman Khalji and Tughluq [1290- 1390 M], dinamakan Setu Bandha Ramesvaram)
- Peta yang disusun di Belanda pada tahun 1747, menamakan jembatan itu RamarCoil; Di tahun 1788, berdasarkan peta Mr. James Rennel, dinamakan Ramar Bridge, dan kemudian berubah menjadi Adam's Bridge di tahun 1804 [sumber: Rama Sethu: Historic facts vs political fiction - II]
Dr. S Kalyanaraman, mengatakan bahwa Sethu dalam bahasa tamil adalah Jembatan di atas air yang dibuat manusia, dan dinamakan Setuband. Asiatic Society, 1799, merujuk pada jembatan yang patah di tiga tempat.
Pengacara Senior Fali S Nariman di Pengadilan tinggi, untuk kasus pembangunan kanal di dekatnya, mengatakan bahwa di Ramayana versi Kamban (Abad ke-9 s/d 12 M) dan Padma purana, dinyatakan setelah perang melawan Rahwana, jembatan itu di hancurkan Sri Rama menjadi beberapa bagian.
Dr Badrinarayanan, Seorang Geologist yang juga mantan Director of the Geological Survey of India dan mantan koordinator divisi survey, National Institute of Ocean Technology, di Chennai mengatakan bahwa Jembatan itu bukan jembatan alami, di lapisan atasnya merupakan buatan manusia.
Bukti bahwa jembatan itu dapat dilintasi manusia dengan berjalan kaki, setidaknya dapat dilihat dari:
- Buku karangan Alexander Hamilton pada tahun 1744, "A New Account of the East Indies" di mana Ia berjalan kaki di atas jembatan menuju "Zeloan"
- The Madras Presidency Administration Report 1903, merujuk pada jembatan yang pada glossary-nya tertulis: "Jembatan Adam dinamakan juga jembatan Rama. Benar-benar menyatukan Ceylon dan India hingga tahun 1480. Badai besar kemudian memecahkannya dan semakin parah oleh badai-badai lainnya sehingga para pejalan kaki tidak lagi melintasinya".
Kenaikan ketinggian airlaut-lah yang menyebabkan jembatan ini terendam air secara perlahan.
Di kisah-kisah tradisi India lainnya, Rahwana (Dasamuka, yang juga berarti penguasa 10 Negeri) kerap melintasi dataran India bersama pasukannya. Begitu pula yang dilakukan para leluhur Rahwana (Mali, Sumali, Malyawan) bersama pasukannya memerangi Wishwath manu. Jadi nama jembatan, lebih cocok dinamakan "Jembatan Rahwana".
Sikap-sikap Adharma yang dilakukan oleh Rama dan tokoh-tokoh penegak Dharma
Insiden yang berkenaan dengan peralihan kekuasaan di kerajaan para Wanara di Kishkenda. Saat Sita dikatakan telah diculik Rawana, Subali, raja para Wanara. Ketika itu, tengah bertempur melawan pasukan rakshasa pimpinan Mayawi, hingga akhirnya terjadi duel satu lawan satu. Mayawi kewalahan dan sembunyi dalam sebuah goa.
Subali kemudian meminta Sugriwa untuk menunggunya diluar dan berkata bahwa jika darah putih keluar dari goa, maka Subali yang kalah dan jika darah merah keluar maka Subali yang menang. Karena otak Mayawi pecah maka yang keluar adalah cairan putih bukan merah. Dengan tanpa merasa perlu mengecheck, Sugriwa menyumbat gua itu dan menyatakan diri sebagai raja baru Kishkinda, mengawini Tara (istri Subali) dan mengangkat Hanuman sebagai Perdana mentrinya.
Subali dikenal sangat sakti, jika benar Subali kalah, maka menyumbat gua merupakan perbuatan sia-sia untuk mengurung Mayawi, aneh sekali melihat Sugriwa tidak merasa cemas akan kesaktian Mayawi setelah membunuh Subali, bukan?!]
SuBali yang tidak cedera, keluar dari gua namun tidak menemukan Sugriwa, Ia kembali kekerajaannya dan terkejut melihat Sugriwa mengambil alih semuanya. Padahal Subali mempunyai anak yang bernama Anggada, sehingga seharusnya pewaris tahta kerajaan adalah Anggada bukan Sugriwa. Sewaktu mengambil alih kembali, Subali tidak melakukan tindakan kekerasan pada Sugriwa, ia hanya mengusir Sugriwa dan Hanuman.
Di saat itu, Rama dan laksmana, sedang dalam pengembaraan mencari Sita. Sedangkan Hanuman dan Sugriwa, bukannya menyesal atas tindakan itu, mereka malah mengembara mencari bala bantuan untuk merebut kembali tahta yang jelas-jelas bukanlah haknya. Kedua pihak akhirnya bertemu dan setelah saling menceritakan kesulitan mereka, mereka berjanji untuk saling membantu.
Disepakati bahwa Rama akan membantu dulu sugriwa untuk membunuh Subali dan menjadikan Sugriwa sebagai raja. Sebagai balasannya Sugriwa, Hanuman dan pasukan kera akan membantu Rama mencari Sita. Agar rencana mulus berjalan, maka Sugriwa harus dapat membujuk Subali keluar dari kerajaan dan jika duel, keadaan memburuk maka untuk dapat membedakan di antara keduanya Sugriwa harus memakai karangan bunga di lehernya. Duel di antara keduanya kemudian terjadi, Rama bersembunyi di balik pohon dan bersiap membidik Subali dengan dengan panah untuk membunuhnya.
Rencana keji pun berjalan mulus Sugriwa akhirnya menduduki tahta yang bukan haknya berkat bantuan Rama, sang avatar. Hal ini mereka lakukan secara pengecut. Padahal, tidak ada kesalahan Subali pada Rama dan juga tidak ada persoalan apapun antara Rama dan Subali. Ketika Rama membokong Subali dari belakang, Subali bahkan tidak sedang bersenjata.
Pembunuhan SuBali ini adalah noda terbesar karakter Rama.
Itu adalah kejahatan yang benar-benar tidak beralasan, karena suBali tidak bertengkar dengan Rama. Itu adalah tindakan yang paling pengecut, karena SuBali tidak bersenjata dan tidak bertarung/berperang dengan Rama. Itu adalah pembunuhan terencana dan sangat Jahat.
setelah menjadi sekutu sugriwa yang membunuh subali tanpa dosa dengan kejam, Rama juga menerima Wibhisana adik Rahwana yang diusir dari negaranya karena tidak setia kepada pemimpinnya.
SITA, adalah wanita yang malang sejak dari lahir. Beberapa kisah menyatakan Ia merupakan bayi buangan, setelah besar, mengawini Rama dan mereka tinggal dalam pembuangan di hutan selama 13 tahun, Sita kemudian diculik Rahwana selama 10 bulanan lebih. Ketika Rama dan gerombolannya berhasil menginvasi Lanka, Bukan Rama sendiri yang menemui Sita, namun Hanuman yang diutusnya sebagai kurir untuk memberikan pesan padanya. Ia bahkan tidak meminta Hanuman membawa Sita padanya!
Setelah perang, Sita bertemu Rama.
setelah bertemu bukannya pelukan hangat suami yang didapat, namun justru pernyataan Rama yang menafikan semua kesengsaraan Sita selama mempertahankan kesuciannya!
Rama mencurigai prilaku istrinya, mungkin Sita genit dengan para pemuda di lanka ataukah selingkuh (tidak suci?) akibat dimanja oleh Rahwana, kemudian Rama ingin membuktikan kebenarannya dengan "mesatya" atau membakar tubuh sita. Apabila Sita terbakar maka memang benar sita selingkuh selama di lanka, tetapi bila sita tidak terbakar artinya sita masih setia dengan rama dan tidak selingkuh.
seperti itukah sang Avatar kondang ini.. atau seorang kesatria panutan umat? kejam nian, bukan?!
Ia sampaikan perkataan keji itu pada seorang wanita lemah, korban penculikan yang juga istrinya sendiri! Sita merasa hidupnya hancur tersia-siakan. Sita kemudian menyatakan akan melemparkan dirinya ke api, Ia lakukan itu karena marah dan untuk membuktikan dirinya tidaklah sehina itu.
Tidak satupun dari para PAHLAWAN KEBENARAN di sana, menengahinya dan/atau mem-protes tindakan Rama dan/atau menghalangi niat sita!
Tidak satupun para mahluk surgawi yang hadir di sana, tidak juga Hanuman sang perkasa, tidak juga Vibisana, Sang raja baru Lanka, Tidak juga Laksmana.
Semua diam membisu. Bahkan Laksamana beserta para pembela dharma menyiapkan tumpukan kayu untuk Sita!
Saat itu, dihadapan para anak-anak dan semua warga yang berkumpul, Sita melaksanakan tekad sucinya menyuci habis hinaan kejam yang berasal dari suaminya sendiri dan terjun ke dalam Api!
Keajaiban berpihak pada Sita,
Sita tidak cacat sedikitpun di dalam api dan keluar dalam keadaan gilang gemilang.
Para Dewa dan sang Awatara puas dengan bukti ini dan menyatakan bahwa Sita adalah suci! Saat itulah akhirnya Rama setuju membawa Sita kembali ke Ayodhya.
Jika benar para Dewa ataupun Awatara Mahamengetahui, tentunya mereka juga tau bahwa Sita berjuang sebisanya mempertahankan kesuciannya! Setelah terbukti Sita tidak cedera dan utuh dengan kesuciannya, barulah kemudian para Dewa sibuk memprotes tindakan Rama. Dan tentu saja Rama selalu punya alasan untuk berkilah!
Apakah keraguan Rama bisa terhapus?
Sama sekali tidak!
Beberapa hari setelah penobatan Rama dan Sita, Sita hamil. Rama memperhatikan ini kira-kira 1 bulan setelah mereka telah di Ayodhya. Beberapa penduduk menggunjingkan Rama dan menyalakan Sita kembali ke Ayodhya. Laporan ini dibawa Bhadra, seorang penghibur kerajaan, yang membuat Rama tersengat panas atas gosip ini. Rama kemudian memanggil adik-adiknya untuk rapat mengenai hal ini.
Publik tetap memfitnah Sita, dan Rama tak sanggup memikul Aib ini. Untuk menghilangkan aib tersebut, Rama tidak akan ragu lagi untuk membuang Sita.
Lihat!
Demikianlah cara ia mengambil keputusan!
Sebagai Raja besar penakluk Iblis super jahat dan juga berkekuasaan sangat besar, masa Iya, hanya untuk sekedar mengkounter dan menyetop gosip tidak mampu?!. Begitu pula, sebagai suami, ia bisa mencoba membersihkan nama istrinya dihadapan khalayak langsung! Tapi ini tidak dilakukannya! Justru cara termudah dan kekanak-kanakan yang ia ambil, yaitu meyelamatkan diri sendiri, nama dan kemasurannya dengan membuang Sita tanpa sedikitpun memikirkan bagaimana kehidupan Sita nanti dan perasaan Sita, istrinya sendiri.
dalam pembuangannya dihutan, Sita kemudian bertemu Rsi Walmiki. Ia diajak tinggal di pertapaannya bersama para wanita lainnya yang telah lebih dahulu ada di sana dan Sitapun menetap di Pertapaan Walmiki. Di Pertapaan itu, Sita melahirkan anak kembar yang diberi nama Kusha dan Lawa.
Selama 12 tahun Ia tinggal di Pertapaan itu. Suaminya tidak pernah sekalipun menengoknya, tidak memikirkan bagaimana keadaannya juga tidak pernah memastikan apakah Ia sudah melahirkan, bagaimana keadaan anaknya apakah hidup atau mati.
Dalam versi lain, disebutkan akibat ulah Rama, Sita kemudian membunuh diri dengan meloncat ke sungai Gangga namun berhasil diselamatkan Valmiki dan diberi perlindungan. Lawa lahir terlebih dahulu, kemudian diikuti Kusha. Di versi lain disebutkan, ketika Sita mandi, Valmiki diminta menemani dan menjaga Lawa namun anak itu menghilang entah kemana. Agar tidak membuat panik Sita, Walmiki kemudian menciptakan anak lain serupa Lawa dari rumput Kusha, karena itulah anak satunya dinamakan Kusha.
Dua belas tahun kemudian, Rama mengadakan YajnaAshawameda dan mengundang semua Rsi, namun tidak mengundang Walmiki. Entah apa alasannya, kelihatannya hanya Rama dan Walmiki yang tahu mengenai hal ini. Walmiki datang sendiri ke upacara Yajna tersebut bersama Sita, Lawa dan Kusha.
Dalam yajna itu lawa Kusha menyanyikan Uttara Kanda, dari sini Rama mulai mengetahui jati diri dua anak kembar itu dan mengirimkan pesan pada Valmiki, "Jika Sita mau, Ia seharusnya dapat datang dihadapan semua penduduk dan para resi, mengambil sumpah tentang kesuciannya. Dengan cara ini aibKu dapat dibersihkan dan ini dapat dilakukannya esok". Sita menyanggupinya..
Sita tahu tidak ada jaminan bahwa setelah sumpah dilaksanakan, ia akan di diterima dan tidak dilecehkan suaminya lagi. Kemudian, di hadapan para penduduk, para resi dan mahluk surgawi, dengan mata tertuju pada tanah dan tangan dilipat, Sita bersumpah "Seperti aku tidak pernah memikirkan siapapun kecuali Rama, biarlah Ibu Bumi terbuka dan menguburku. Seperti aku selalu mencintai Rama dalam pikiran, kata, dan perbuatan, biarlah Ibu Bumi terbuka dan mengubur aku!" Kemudian bumi pun terbuka dan Ibu bumi menggenggam dirinya duduk bersama di singgasanaNya dan tenggelam perlahan memasuki Bumi, bunga surgawi bertaburan di atas kepala Sita menghantarkannya menghilang.
Tampaknya, Sita lebih baik mati daripada kembali kepada suami yang tidak mampu menghargai kesucian sumpah suci yang dulu pernah dilakukannya dihadapan Rama.
Pada satu ketika di pemerintahan Rama, seorang Brahmana menangis meraung-raung dan berkata, "Saya tidak pernah melakukan dosa dan menyakiti orang lain, jelaslah kematian anak saya merupakan dosa dari raja. Dosa raja membuat rakyat menderita, jika anakku tidak pulih maka aku dan istriku akan mengakhiri hidupku di pagar kerajaan ini
Seketika diadakan sidang kerajaan yang dihadiri oleh 8 rsi besar: Markandeya, Maudgalya, Vamdeva, Kashyapa, Katyayana, Jabali, Gautama dan Narada. Melihat kegelisahan raja, Narada berkata, "Yang boleh melakukan tapasya, mensucikan diri dan ritual suci lainnya untuk keselarasan alam di jaman Satya yuga hanyalah Brahmana. Di jaman Tetra Yuga, Ksatria mendapatkan status yang sederajat dengan Brahmana sehingga dapat melakukan itu. Di jaman Dwapara, dapat dilakukan oleh Waisya dan dijaman Kali yuga dapat di lakukan oleh Sudra.
Aturan ini telah dibakukan di kitab suci. masing-masing Warna menjalankan tugas dan kewajibannya, sehingga setiap pelanggaran akan mengakibatkan hilangnya Dharma. Karena ini jaman Tetrayuga maka selain Ksatria ada yang melakukan ini dan berakibat wafatnya anak brahmin. Tanggung jawab raja adalah melakukan tindakan untuk mencegah insiden ini terjadi lagi.
Rama kemudian berjalan ke arah Barat, Timur dan Utara, namun Ia tidak menemukan keganjilan. ketika di arah Selatan. Di sekitar pegunungan Shaiwal di pinggiran danau di bawah sebuah pohon, ia melihat seorang seorang melakukan Yoga Sirasana (kepala di bawah, kaki menjulang ke atas), Rama menghentikan sejenak aktivitas orang itu dan bertanya apa tujuannya melakukan ini, berapa lama telah melakukannya dan apa warnamu?
Ia menyatakan dirinya bernama Sambhuka, seorang Sudra dan berniat dengan tubuhnya dapat masuk ke surga. Mendengar Ia adalah Sudra, Rama segera mencabut Pedangnya dan memotong kepalanya. Tampaknya Dewa-dewa sangat menghargai upaya Rama dalam menghalangi upaya orang ini mencapai surga dengan tubuh seutuhnya yang dapat mengacaukan hukum kematian dan kelahiran, para Dewa kemudian bertanya apa permintaan Rama, Ia mengatakan agar anak brahmin itu pulih. Para dewa mengabulkannya.[7:75-76]
Refrence:
- Joshi, A.R. 2006. Fieldwork Report, The Dangi Ramakatha: An Epic acculturated?. Indian Folklore Research Journal, Vol.3(6) 13–37.
- Singaravelu, S. 1982. Sita's Birth and Parentage in the Rama Story. Asian Folklore Studies, Vol. 41(2). 235-243.
- The Lankavatara Sutra - Ravana asking for instruction
- Three Ramayana, Rama Jataka, and Ramakien: A Comparative Study of Hindu and Buddhist Traditions
- Antiquity of jain
- King and Rulers of Sri Lanka
- Early Man and the Rise of Civilisation in Sri Lanka: the Archaeological Evidence
- Vishnu Purana
- The Sri Lankan Ayurvedic Tradition
- POLITICAL - Riddle In Hinduism