Bentuk segitiga yang meruncing dapat menjadi suatu penunjuk arah, untuk itu kesan yang timbul adalah pencapaian tujuan. Bentuk ini dapat menyimbolkan stabilitas namun dapat pula sebaliknya. Dalam spiritualitas bentuk ini digunakan untuk mewakili pengenalan diri, dan pencerahan.
Yantra Segi tiga
Yatra Segitiga bisa stabil jika berada di bentuk dasar (posisi duduk). Segitiga mewakili tekanan dinamis, aksi dan agresi. Segitiga memiliki energi dan kekuatan dan dinamis stabil serta tidak stabilnya dapat menunjukkan baik konflik maupun kekuatan yang mantap. Segitiga ini seimbang dan dapat menjadi simbol untuk hukum, ilmu dan agama.
Segitiga dapat menunjukkan pergerakan berdasarkan ke mana mereka menunjuk. Segitiga dapat digunakan untuk memberikan tema yang umum seperti piramida, panah dan simbol-simbol. Secara spiritual, segitiga mewakili trinitas agama. Segitiga dapat menunjukkan penemuan diri dan wahyu.
dalam keseharian ritual gama bali, yantra bentuk segi tiga banyak bisa dilihat dalam:
Sesajen: itak-ituk,
Yantra Segi tiga merupakan pengejawantahan dari lambang:
Tri Kona
Tri Guna
Pandangan lain tentang gambar segi tiga
Kekuatan segitiga menunjukkan maskulinitas. Sifat dinamisnya membuat segitiga lebih cocok untuk desain logo pada perusahaan teknologi tinggi yang berkembang daripada untuk institusi keuangan. Segitiga dapat digunakan untuk menyampaikan perkembangan, arah dan tujuan.
bila dilihat posisi kaki dalam yoga silasana (bersila) dan bajrasana (masimpuh), bentuk kaki secara umum berbentuk segitiga. dimana makna filosofis dari bentuk segitiga tersebut merupakan simbolis Tri Kona, dimana:
Utpeti (dewa Brahma - Ang) merupakan kekuatan Tuhan saat penciptaan,
Stiti (dewa Wisnu - Ung) merupakan kekuasaan Tuhan pada saat melihara ciptaanNya, dan
Pralina (dewa Siwa - Mang) merupakan kekuasan Beliau saat mengembalikan ke asalNya yang bermakna peleburan-pralina.
tri kona ini merupakan 3 kodrat mahluk hidup yakni lahir - hidup - mati.
Pandangan tentang gambar segitiga
Jumlah dan ukuran segitiga yang digunakan mewakili pekerjaan atau tanggung jawab Anda di sekolah. Segitiga yang besar menunjukkan pekerjaan yang berharga dan kepuasan yang ditemukan di dalamnya. Sejumlah segitiga yang besar berarti Anda sedang mengerjakan beberapa proyek sekaligus. Berhati-hatilah jika Anda memiliki terlalu banyak segitiga, mungkin berarti harus mengurangi beban kerja sebelum membuat lelah.
Segitiga juga merupakan simbol
- Energi, Power, Keseimbangan, Hukum, Ilmu Pasti, Agama.
- Juga sebagai referensi untuk perasaan maskulin : Kekuatan, Agresi dan pergerakan yang dinamis.
Segitiga memiliki hubungan yang baik dengan kekuasaan, ilmu pengetahuan, agama dan hukum. Ini cenderung dipandang sebagai atribut yang maskulin. Jadi, jika suatu perusahaan memiliki produk yang cenderung maskulin, akan sangat baik bila menggunakan logo yang berbentuk segitiga ini.
Pikiran bawah sadar kita mengasosiasikan garis vertikal dengan suatu gaya yang maskulin, kuat dan agresif. Sedangkan, garis horizontal menunjukkan masyarakat yang tenang.
Bentuk segitiga dalam posisi normal, salah satu ujungnya berada di bagian atas, menjadi bagian puncak sehingga memiliki arah orientasi yaitu ke atas (langit). Mengacu pada alam, bentuk nyungcungadalah bentuk umum gunung. Gunung berperan penting dalam perjalanan sejarah Sunda khususnya karena berbagai situs megalitikum dan makam keramat umumnya terdapat di gunung (Wessing :2006). Wessing lebih jauh mengungkapkan penelitian Hidding (1933 dan 1935) bahwa pegunungan adalah perbatasan antara hunian manusia (settled area) dan wilayah asing tempat kehidupan manusia berakhir dan kehidupan lain mulai. Misalnya situs Gunung Padang di Cianjur dan Ciwidey, Astana Gede Kawali dan Arca Domas di gunung Kendeng desa Kanekes (Baduy).
Menurut Fadillah (2001) sejumlah keramat, terutama dalam bentuk makam, meskipun tidak berada di puncak gunung tetapi merupakan representasi gunung atau dibayangkan sebagai gunung. Fadillah menggunakan contoh makam Syarif Hidayatullah di sebuah bukit bernama Sembung di Cirebon, masyarakat menyebutnya Sunan Gunung Jati. Menurut Claire Holt (1967:55) puncak puncak gunung di Indonesia dipercaya secara luas sebagai tempat tinggal para dewa dan roh-roh leluhur. Juga gunung-gunung berapi dianggap memiliki kehidupan serta roh mereka sendiri, dipuja dan dihormati. Gunung dianggap sebagai jembatan dunia atas dan bawah, oleh karenanya tempat-tempat pemujaan didirikan di tempat yang tinggi atau dibuat meniru bentuk gunung (gunungan) seperti punden berundak dan candi serta piramid sebagai jembatan transendental antara dunia atas dan dunia bawah (Dharsono, 2007: 133). Dalam pandangan Hindu-Budha, gunung dianggap berperan dalam menstabilkan jagat raya (univers),menyangga langit dan bumi, menetralkan kekuatan jahat, kekacauan, ketidakstabilan dan ketidakteraturan. Gunung adalah lambang kekuasaan tertinggi dan sebagai pengikat jagat raya (Snodgrass, 1985:187).
Pengertian atau makna simbolik lainnya mengenai segitigadituturkan Ajip Rosidi[4], yaitu bahwa bentuk segitiga (dalam bahasa Sunda disebut jurutilu) juga dipakai sebagai simbol vagina atau yoni, tempat bagi kelahiran manusia. Tampaknya simbol itu dalam bentuk segitiga terbalik atau salah satu sudut terletak di bawah. Dengan demikian segi tiga mengandung makna sebagai tempat suci bagi transformasi kehidupan. Segi tiga dengan satu sudut di atas melambangkan tempat suci bagi transformasi ke alam lain melalui kematian sedang segi tiga dengan satu sudut di bawah melambangkan tempat suci bagi transformasi dari alam rahim ke alam dunia melalui kelahiran.
Dari makna bentuk dasar dalam ungkapan dan peribahasa di atas tampak bahwa masing-masing bentuk dasar dalam khasanah estetika dalam budaya Sunda dipakai sebagai lambang yang memiliki makna yang sama yaitu kesempurnaan. Bentuk yang berbeda menunjuk pada wilayah kesempurnaan yang berbeda. Persegi menunjuk pada perilaku yang seimbang dalam berbagai sisi kehidupan sehingga menciptakan manusia yang sempurna, bulat/lingkaran sebagai simbol ideologis, melambangkan kesempurnaan keimanan atau keyakinan dan segitiga menunjuk pada tempat yang sempurna atau suci sebagai media transformasi kesempurnaan siklus hidup.
Simbol segitiga memiliki dua bentuk dengan makna yang berbeda. Segitiga dengan sudut mengarah ke atas melambangkan api, kekuasaaan kaum lelaki, matahari, aktif, ayah dan bagi umat Kristiani melambangkan Trinitas Kudus. Sedangkan segitiga dengan sudut mengarah ke bawah melambangkan air, seksualitas perempuan, bulan, pasif, ibu, agama pemuja dewi.
Yogini yantra adalah simbol-simbol yang berbentuk sejumlah segitiga yang ditumpuk dengan pola-pola tertentu, diangkat dan dijadikan pedoman untuk pembangunan sebuah kuil.
Dalam Tantrisme, penggunaan yantra untuk pembangunan candi memiliki pengaruh yang sangat kuat, khususnya dalam pembangunan candi atau kuil yang digunakan untuk pemujaan Çakti.
Yantra juga diletakkan dalam pondasi garbhagrha, serta pada sudut-sudut penting di suatu candi.
Yantra juga berpengaruh pada komposisi berbagai pahatan arca yang menempel atau menghiasi, baik dinding luar maupun dinding dalam candi.
Akhir-akhir ini, dari penemuan manuskrip yang ditemukan di Orissa (Silpa-Prakasa) yang berasal dari abad 9 – 12 M, diperoleh gambaran tentang candi dan upacara perencanaan candi yang dikenal dengan aliran kanan (menganankan bangunan).
Menurut buku petunjuk ini maka sebelum suatu kuil didirikan, terlebih dahulu harus ditancapkan sebuah pasak di tanah yang menyimbolkan sebagai axis uatama dari alam semesta yang disebut dengan istilahyantra garbha (the womb of the yantra). Kemudian, dari titik sentral itu ditarik garis melingkar, termasuk ke sepuluh penjuru mata angin, termasuk zenit dan nadir. Masing-masing arah itu dianggap merupakan tempat kedewaan dan dari kesepuluh titik itulah perencanaan suatu kuil dilakukan.
demikian sekilas tentang yantra segi tiga, semoga bermanfaat