Penciptaan Alam Semesta
versi Islam
Pada awalnya, ada pandangan bahwa Allah (tuhan) menciptakan semuanya dengan menggunakan Frase kata "Jadilah...". Frase kata ini merupakan kata yang menurut kitab Al-Qur'an menunjukan ke-MahaKuasa-an. Kata "kun fayakoonu" atau "jadilah, maka jadilah ia" yang berkaitan dengan awal penciptaan tersurat dalam Al-Quran surat QS 2:117, QS 3:59, dan QS 36:82
Apakah frase kata "jadilah, maka jadilah ia" atau "kun fayakoonu" merupakan Big Bang?
ternyata tidak....
ini terlihat dalam QS 7:54 dan QS 51:47 yang menggambarkan adanya proses.
Detail penciptaan Langit dan Bumi menurut Al Qur’an terdapat di QS 7:54, QS 10:3, QS 11:7, QS 21:30, QS 25:59, QS 32:4, QS 57:4, QS 41:9-12, dan QS 79:27-33.
Surat Al Raaf 7:54,
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa...
Abu Huraira berkata bahwa Nabi berkata padaku Allah menciptakan Debu/Abu pada hari Sabtu, Gunung-gunung pada hari Minggu, Pepohonan pada hari Rabu, Menyebarkan makhluk hidup pada hari Kamis dan Menciptakan Adam pada hari Jum’at antara Asr dan Malam.
Allah menyatakan bahwa Ia menciptakan semesta, Langit dan Bumi dan semua yang ada didalamnya dalam 6 hari. Enam hari yang dimaksud adalah Minggu, Senin, Selasa, rabu, kamis dan Jumat. Di hari Jum’at semua ciptaan telah di susun, Adam diciptakan. Kata “As=Sabt’ artinya Stop.
Surat Al Anbiyaa’ 21:30,
menunjukan keadaan Bumi dan langit saat yang awal mula keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian dipisahkan.
Surat AR RA’D (GURUH) 13:2,
Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan.
ada 3 poin dalam surat tersebut:
- Meninggikan langit tanpa tiang,
menunjukan bahwa langit itu bergantung. dimana semua benda dilangit dapat terkena gaya grafitasi bumi. ini terlihat pada surat 82:1-2; bila langit terbelah, bila bintang (benda langit lainnya) akan jatuh berserakan. seperti halnya dalam surat 22:65; Dia menahan (benda-benda) langit jatuh ke bumi - Dia (allah) bersemayam diatas arasy
tentang arasy sendiri tertuang dalam surat 7:45, 10:3, 13:2, 20:5, 25:59, 32:4, 57:4 yang dikatakan tempat bersemayamnya allah, yang digambarkan sebagai singasananya allah. - menundukan matahari dan bulan, masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan
berkenaan dengan kalimat diatas adalah seperti yang Allah maksudkan di surat 36:38 (dan matahari berjalan ditempat peredarannya),
Surat Fushshilat 41: 9-12,
menyajikan urutan pengerjaan Bagaimana penciptaan yang dilakukan Allah:
- QS 41:9; Bumi di ciptakan dalam 2 masa
- QS 41:10; Segala isi BUMI di ciptakan total dalam 4 masa
- QS 41:11; Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa.” Keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati.”
Surat diatas jelas menunjukan bahwa kedudukan BUMI dan LANGIT adalah SEDERAJAT, yaitu BUMI yang BUKAN merupakan anggota LANGIT. Bumi diciptakan terlebih dahulu, diselesaikan baru kemudian ALLAH menyelesaikan Langit dan itu dibuktikan di ayat selanjutnya - QS 41:12; Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
Penciptaan Bumi dan Penciptaan langit dibicarakan secara terpisah Allah berkata bahwa Ia menciptakan Bumi terlebih dahulu, karena itu adalah Fondasi, dan Fondasi harus dibangun terlebih dahulu baru kemudian atap.
Berkenaan dengan penciptaan Bintang-bintang di ayat Fushshilat 41:12 maka terdapat 3 (ayat) lain di Al Qur’an yang memberikan konfirmasi pasti bahwa bintang- bintang [dan meteor] diciptakan untuk menghiasi langit dan sebagai alat untuk melempar setan-setan ketika mereka mencuri dengar berita dari Allah/langit [QS 37:6, QS 67:5, QS 15:16-18, QS 34:22-23, ‘Al Buruj [bintang-bintang raksasa] di ayat QS 25:61 dan QS 67:5]
Bentuk BUMI
berdasarkan QS 18.47 dan QS 79:30, bentuk bumi terindikasi dengan kalimat bumi datar dan terhampar.
Bumi dahulu dibuat, setelah itu barulah langit
ini terindikasi dari QS 2:29, QS 41:11,
Sumber bahan ciptaan,
berdasarkan Asbabun Nuzul QS 112:1-4, Allah telah menciptakan malaikat dari nur (cahaya) al Hijab, Nabi Adam dari lumpur hitam yang diberi bentuk, iblis dari nyala api, langit dari asap dan bumi dari buih air
Surat 41, 51, 21 dan 79 termasuk golongan Almakiyah (sebelum Hijrah ke Medinah, 620 M) dan urutan turunnya surat adalah tertera demikian. Ayat 112, ada yang mengganggap sebagai Al Makiyyah, sementara As suyuti menganggap sebagai Al Madaniyya
Penegasan terakhir mengenai penciptaan Bumi dan Langit adalah melalui surat Al Baqarah yang diturunkan Allah di 2 H (624 M). Surat ini termasuk golongan surat Al madaniyya yang turun lebih belakangan dari surat Al Makiyya lainnya yaitu 41, 51, 21 dan surat 79.
Setelah semuanya siap, di dilanjutkan dengan penciptaan Adam di Al Baqarah 2:30-36, surat itu memperkuat surat-surat penciptaan manusia yang turun sebelumnya yaitu di 7:10-24, 15:26-33 dan 38:71-84. Disebutkan bahwa Adam diciptakan dari tanah kemudian Allah berkata, ‘Jadilah! ’ [3:59]
Pernyataan di surat Al Baqarah 2:29-36 sangat jelas, terstruktur dan ada urutannya! yaitu menciptakan Bumi, kemudian langit plus 7 langit dan terakhir Penciptakan Manusia. Jadi, saat manusia diciptakan maka penciptaan langit sudah final, tidak ada pengembangan langit lagi. Bukti itu ada di ayat 2:31
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!”
Surat Al Najm 53:14-16, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada syurga tempat tinggal..
Surat Al-Qur'an ang dijadikan rujukan tentang Penciptaan Alam Semesta
huwa alladzii khalaqa lakum maa fii al-ardhi jamii'an tsumma istawaa ilaa alssamaa-i fasawwaahunna sab'a samaawaatin wahuwa bikulli syay-in 'aliimun [QS 2:29]
Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu
Tafsir DEPAG / Surah Al Baqarah 29
هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (29)
Ayat ini menegaskan peringatan Allah swt. yang tersebut pada ayat ayat yang lalu yaitu Allah telah menganugerahkan karunia yang besar kepada manusia, menciptakan langit dan bumi untuk manusia, untuk diambil manfaatnya, sehingga manusia dapat menjaga kelangsungan hidupnya dan agar manusia berbakti kepada Allah Penciptanya kepada keluarga dan masyarakat.
Perkataan "Dia berkehendak menciptakan langit" memberi pengertian bahwa Allah menciptakan langit setelah Dia menciptakan bumi. Hal ini ditegaskan dalam firman Allah:
ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلْأَرْضِ ائْتِيَا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا قَالَتَا أَتَيْنَا طَائِعِينَ (11)
Artinya:
...Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu (masih merupakan) asap lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi, "Datanglah kamu berdua menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". Keduanya menjawab, "Kami datang dengan suka hati". (Q.S Fussilat: 11)
Pada akhir ayat Allah menyebutkan "Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu", maksudnya ialah bahwa alam semesta ini diatur dengan hukum-hukum Allah, baik benda itu kecil, maupun besar, nampak atau tidak nampak, semuanya itu diatur, dikuasai dan diketahui oleh Allah.
Ayat ini mengisyaratkan keadaan manusia agar menuntut ilmu untuk memikirkan segala macam ciptaan Allah, sehingga dapat menambah iman dan memurnikan ketaatan hanya kepada Allah saja.
wa-idz qaala rabbuka lilmalaa-ikati innii jaa'ilun fii al-ardhi khaliifatan qaaluu ataj'alu fiihaa man yufsidu fiihaa wayasfiku alddimaa-a wanahnu nusabbihu bihamdika wanuqaddisu laka qaala innii a'lamu maa laa ta'lamuuna [QS 2:30]
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".
Tafsir DEPAG / Surah Al Baqarah 30
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ (30)
Ketika Allah swt. memberitahukan kepada para malaikat-Nya bahwa Dia akan menjadikan Adam a.s sebagai khalifah di bumi, maka para malaikat itu bertanya, mengapa Adam a.s yang akan diangkat menjadi khalifah di bumi padahal Adam a.s itu dari keturunannya kelak akan berbuat kerusakan dan menumpahkan darah di bumi. Dan para malaikat itu menganggap bahwa diri mereka adalah lebih patut memangku jabatan itu, sebab mereka makhluk yang selalu bertasbih, memuji dan menyucikan Allah swt.
Allah swt. tidak membenarkan anggapan mereka itu dan Dia menjawab bahwa Dia mengetahui yang tidak diketahui oleh para malaikat itu. Apa-apa yang akan dilakukan Allah swt. adalah berdasarkan pengetahuan dan hikmah-Nya yang Maha Tinggi walaupun tak dapat diketahui oleh mereka, termasuk pengangkatan Adam a.s menjadi khalifah di bumi.
Yang dimaksud dengan kekhalifahan Adam a.s di bumi adalah kedudukannya sebagai khalifah atau wakil Allah swt. di bumi ini, untuk melaksanakan perintah-perintah-Nya dan memakmurkan bumi serta memanfaatkan segala apa yang ada padanya. Dari pengertian ini lahirlah ungkapan yang mengatakan bahwa manusia adalah "Khalifatullah di bumi". Pengertian ini dapat dikuatkan dengan firman Allah:
يَا دَاوُدُ إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيفَةً فِي الْأَرْضِ
Artinya:
Hai Daud! Sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu khalifah di bumi" (Q.S Sad: 26)
Sebagaimana kita ketahui Daud a.s. di samping menjadi nabi juga menjadi raja bagi kaumnya.
Ayat ini merupakan dalil tentang wajibnya kaum muslimin memilih dan mengangkat seorang pimpinan tertinggi sebagai tokoh pemersatu antara seluruh kaum muslimin yang dapat memimpin umat untuk melaksanakan hukum-hukum Allah di bumi ini. Para ulama telah menyebutkan syarat-syarat yang harus dimiliki oleh tokoh pimpinan yang dimaksudkan itu, antara lain ialah: adil serta berpengetahuan yang memungkinkannya untuk bertindak sebagai hakim dan mujtahid, tidak mempunyai cacat jasmani serta berpengalaman cukup dan tidak pilih kasih dalam menjalankan hukum-hukum Allah swt.
wa'allama aadama al-asmaa-a kullahaa tsumma 'aradhahum 'alaa almalaa-ikati faqaala anbi-uunii bi-asmaa-i haaulaa-i in kuntum shaadiqiina [QS 2:31]
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"
Tafsir DEPAG / Surah Al Baqarah 31
وَعَلَّمَ آدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلَاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (31)
Dalam ayat ini Allah swt. menunjukkan suatu keistimewaan yang telah dikaruniakan-Nya kepada Adam a.s yang tidak pernah dikaruniakan-Nya kepada makhluk-makhluk-Nya yang lain, yaitu ilmu pengetahuan dan kekuatan akal atau daya pikir yang memungkinkannya untuk mempelajari sesuatu dengan sedalam-dalamnya. Keistimewaan ini diturunkan pula kepada turunannya, yaitu umat manusia. Oleh sebab itu, manusia (Adam a.s. dan keturunannya) lebih patut dari malaikat untuk dijadikan khalifah.
Ayat ini menerangkan bahwa Allah swt. mengajarkan kepada Adam a.s. nama-nama dan sifat-sifat dari semua benda yang penting-penting di antara-Nya. Adapun cara mengajarkan nama benda-benda tersebut kepada Adam a.s. ialah dengan memberikan ilham kepadanya serta menanamkan daya pikir, yang memungkinkannya untuk mengembangkan pengetahuannya itu. Setelah nama benda-benda itu diajarkan-Nya kepada Adam a.s. maka Allah swt. memperlihatkan benda-benda itu kepada para malaikat dan diperintahkan-Nya agar mereka menyebutkan nama benda-benda tersebut yang telah diajarkan-Nya kepada Adam a.s. Dan ternyata mereka tak dapat menyebutkannya.
Hal ini untuk memperlihatkan keterbatasan ilmu pengetahuan para malaikat itu dan agar mereka mengetahui keunggulan Adam a.s. terhadap mereka dan agar dapat pula mereka mengetahui ketinggian hikmah-Nya dalam memilih Adam a.s. sebagai khalifah. Juga untuk menunjukkan bahwa jabatan sebagai khalifah, yaitu untuk mengatur segala sesuatu dan untuk menegakkan kebenaran dan keadilan di bumi ini memerlukan ilmu pengetahuan yang banyak serta kemampuan dan daya pikir yang kuat.
Perintah Allah swt. kepada mereka untuk menyebutkan nama makhluk-makhluk itu juga merupakan suatu peringatan kepada mereka yang tadinya merasa bahwa diri mereka adalah lebih patut untuk diangkat sebagai khalifah, maka Allah swt. menunjukkan kekurangan mereka sehingga seakan-akan Ia berfirman kepada mereka, "Hai para malaikat! Jika kamu menganggap Adam dan keturunannya tidak patut dijadikan khalifah di bumi dan kamu merasa lebih patut memangku jabatan itu, maka cobalah buktikan kebenaran alasan itu, cobalah kamu sebutkan nama benda-benda ini yang Aku perlihatkan kepadamu".
Ternyata mereka tidak dapat menyebutkannya karena mereka memang tidak diberi ilmu seperti yang dikaruniakan Allah kepada manusia. Karena mereka tidak dapat mengetahui dan menyebutkan nama benda-benda yang dapat mereka lihat di hadapan mereka, tentulah mereka lebih tidak mengetahui hal-hal yang gaib yang belum mereka saksikan, antara lain ialah hikmah Allah swt. dalam menjadikan Adam a.s. sebagai khalifah.
qaaluu subhaanaka laa 'ilma lanaa illaa maa 'allamtanaa innaka anta al'aliimu alhakiimu [QS 2:32]
Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana35"
*35: Sebenarnya terjemahan hakim dengan Maha Bijaksana kurang tepat, karena arti hakim Ialah: yang mempunyai hikmah. Hikmah ialah penciptaan dan penggunaan sesuatu sesuai dengan sifat, guna dan faedahnya. di sini diartikan dengan Maha Bijaksana karena dianggap arti tersebut hampir mendekati arti Hakim.
Tafsir DEPAG / Surah Al Baqarah 32
قَالُوا سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ (32)
Setelah para malaikat menyadari kurangnya ilmu pengetahuan mereka karena tidak dapat menyebutkan nama makhluk-makhluk yang ada di hadapan mereka, lalu mengakui terus terang kelemahan diri mereka dan berkata kepada Allah swt. bahwa Dia Maha Suci dari segala sifat-sifat kekurangan yang tidak layak bagi-Nya dan mereka menyatakan tobat kepada-Nya. Mereka pun yakin bahwa segala apa yang dilakukan Allah swt. tentulah berdasarkan ilmu dan hikmah-Nya yang Maha Tinggi dan Sempurna, termasuk masalah pengangkatan Adam a.s. menjadi khalifah. Mereka mengetahui bahwa ilmu pengetahuan mereka hanyalah terbatas kepada apa yang di ajarkan-Nya kepada mereka. Dengan demikian habislah keragu-raguan mereka tentang hikmah Allah swt. dalam pengangkatan Adam a.s. menjadi khalifah di bumi.
Dari pengakuan para malaikat ini, dapatlah dipahami bahwa pertanyaan yang mereka ajukan semula mengapa Allah mengangkat Adam a.s. sebagai khalifah, bukanlah merupakan suatu sanggahan dari mereka terhadap kehendak Allah swt, melainkan hanyalah sekadar pertanyaan meminta penjelasan. Setelah penjelasan itu diberikan dan setelah mereka mengakui kelemahan mereka, maka dengan rendah hati dan penuh ketaatan mereka mematuhi kehendak Allah, terutama dalam pengangkatan Adam a.s. menjadi khalifah. Mereka memuji Allah swt karena Dia telah memberikan ilmu pengetahuan kepada mereka sesuai dengan kemampuan yang ada pada mereka. Selanjutnya, mereka mengakui pula dengan penuh keyakinan dan menyerah kepada ilmu Allah yang Maha luas dan hikmah-Nya yang Maha Tinggi. Lalu mereka menegaskan bahwa hanyalah Allah yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana.
Hal ini mengandung suatu pelajaran bahwa manusia yang telah dikaruniai ilmu pengetahuan yang lebih banyak dari yang diberikan kepada para malaikat dan makhluk-makhluk lainnya, hendaklah selalu mensyukuri nikmat tersebut, serta tidak menjadi sombong dan angkuh karena ilmu pengetahuan yang dimilikinya serta kekuatan dan daya pikirannya. Sebab, betapa pun tingginya ilmu pengetahuan dan teknologi manusia pada zaman kita sekarang ini, namun masih banyak rahasia-rahasia alam ciptaan Tuhan yang belum dapat dijangkau oleh ilmu pengetahuan manusia, misalnya ialah hakikat roh yang ada pada diri manusia sendiri. Allah swt. telah memperingatkan bahwa ilmu pengetahuan yang dikaruniakan-Nya kepada manusia hanyalah sedikit sekali dibandingkan kepada ilmu dan hakikat-Nya.
Allah swt. telah berfirman:
وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا
Artinya:
...tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit. (Q.S Al Isra': 85)
Selama manusia tetap menyadari kekurangan ilmu pengetahuannya, tentulah ia tidak akan menjadi sombong dan angkuh dan niscaya ia tidak akan segan mengakui kekurangan pengetahuannya tentang sesuatu apabila ia benar-benar belum mengetahuinya dan ia. tidak akan merasa malu mempelajarinya kepada yang mengetahui. Sebaliknya, apabila ia mempunyai pengetahuan tentang sesuatu yang berfaedah, maka ilmunya itu tidak akan disembunyikannya, melainkan diajarkan dan dikembangkannya kepada orang lain, agar mereka pun dapat mengambil manfaatnya.
qaala yaa aadamu anbi/hum bi-asmaa-ihim falammaa anba-ahum bi-asmaa-ihim qaala alam aqul lakum innii a'lamu ghayba alssamaawaati waal-ardhi wa-a'lamu maa tubduuna wamaa kuntum taktumuuna [QS 2:33]
Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini". Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku-katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?"
Tafsir DEPAG / Surah Al Baqarah 33
قَالَ يَا آدَمُ أَنْبِئْهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ فَلَمَّا أَنْبَأَهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ قَالَ أَلَمْ أَقُلْ لَكُمْ إِنِّي أَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَأَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا كُنْتُمْ تَكْتُمُونَ (33)
Setelah ternyata para malaikat itu tidak tahu dan tidak dapat menyebutkan nama benda-benda yang diperlihatkan Allah kepada mereka, maka Allah memerintahkan kepada Adam a.s. untuk memberitahukan nama-nama tersebut kepada mereka. Dan Adam melaksanakan perintah itu lalu diberitahukannya nama-nama tersebut kepada mereka. Kemudian, setelah Adam a.s. selesai memberitahukan nama-nama tersebut kepada malaikat dan diterangkannya pula sifat-sifat dan keistimewaan masing masing makhluk itu, maka Allah berfirman kepada para malaikat itu, bahwa Dia telah pernah mengatakan kepada mereka bahwa sesungguhnya Dia mengetahui pula apa-apa yang mereka lahirkan dengan ucapan-ucapan mereka dan pikiran-pikiran yang mereka sembunyikan dalam hati mereka. Selamanya Dia menciptakan sesuatu tidaklah dengan sia-sia belaka, melainkan berdasarkan ilmu dan hikmah-Nya.
Dalam masalah pengangkatan Adam a.s. sebagai khalifah di bumi ini terkandung suatu makna yang tinggi dari hikmah Ilahi yang tak diketahui oleh para malaikat menjadi khalifah dan penghuni bumi ini, niscaya mereka tidak akan dapat mengetahui rahasia-rahasia alam ini, serta ciri khas yang ada pada masing-masing makhluk, sebab para malaikat itu sangat berbeda keadaannya dengan manusia. mereka tidak mempunyai kebutuhan apa-apa, seperti sanding pangan dan harta benda. Maka seandainya merekalah yang dijadikan penghuni dan penguasa di bumi ini, niscaya tak akan ada sawah dan ladang, tak akan ada pabrik dan tambang-tambang, tak akan ada gedung-gedung yang tinggi menjulang, tak akan ada musik dan seni. Juga tidak akan lahir bermacam-macam ilmu pengetahuan dan teknologi seperti yang telah dicapai umat manusia sampai sekarang ini yang hampir tak terhitung jumlahnya.
Pengangkatan manusia menjadi khalifah, berarti pengangkatan Adam a.s. dan keturunannya menjadi khalifah terhadap makhluk-makhluk lainnya di bumi ini karena keistimewaan yang telah dikaruniakan Allah swt. kepada mereka yang tidak diberikan kepada makhluk-makhluk-Nya yang lain, seperti kekuatan akal yang memungkinkan untuk mengembangkan ilmu pengetahuannya guna menyelidiki dan memanfaatkan isi alam di bumi ini, seperti kesanggupan mengatur alam menurut ketentuan-ketentuan Allah.
Dengan kekuatan akalnya itu, manusia dapat memiliki pengetahuan dan kemampuan yang hampir tak terbatas, serta dapat melakukan hal-hal yang hampir tak terhitung jumlahnya. Dengan kekuatan itu, manusia dapat menemukan hal-hal yang baru yang belum ada sebelumnya. Dia dapat mengolah tanah yang gersang menjadi tanah yang subur. Dan dengan bahan bahan yang telah tersedia di bumi ini manusia dapat membuat variasi-variasi baru yang belum pernah ada. Dikawinkannya kuda dengan keledai, maka lahirlah hewan jenis baru yang belum pernah ada sebelumnya, yaitu hewan yang disebut "bagal". Dengan mengawinkan atau menyilangkan tumbuh-tumbuhan yang berbunga putih dengan yang berbunga merah, maka lahirlah tumbuh-tumbuhan jenis baru, yang berbunga merah putih. Diolahnya logam menjadi barang-barang perhiasan yang beraneka ragam dan alat-alat keperluan hidupnya sehari-hari. Diolahnya bermacam -macam tumbuh-tumbuhan menjadi bahan pakaian dan makanan mereka. Dan pada zaman sekarang ini dapat disaksikan berjuta-juta macam benda hasil penemuan manusia, baik yang kecil maupun yang besar, sebagai hasil kekuatan akalnya.
Adapun para malaikat, mereka tidak mempunyai hawa nafsu yang akan mendorong mereka untuk bekerja mengolah benda-benda alam ini dan memanfaatkannya untuk kepentingan hidup mereka. Oleh karena itu, apabila mereka yang telah dikaruniakan kekuatan akal serta bakat-bakat dan kemampuan yang demikian diangkat menjadi khalifah Allah di bumi, maka hal ini adalah wajar dan menunjukkan pula kesempurnaan ilmu dan ketinggian hikmah Allah swt. dalam mengatur makhluk-Nya.
wa-idz qulnaa lilmalaa-ikati usjuduu li-aadama fasajaduu illaa ibliisa abaa waistakbara wakaana mina alkaafiriina [QS 2:34]
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah36 kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.
*36: Sujud di sini berarti menghormati dan memuliakan Adam, bukanlah berarti sujud memperhambakan diri, karena sujud memperhambakan diri itu hanyalah semata-mata kepada Allah.
Tafsir DEPAG / Surah Al Baqarah 34
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ (34)
Dalam ayat ini diterangkan bahwa Allah swt. memerintahkan kepada para malaikat agar mereka bersujud kepada Adam a.s. Maka malaikat menaati perintah itu kecuali iblis, artinya: setelah Adam a.s. selesai memberitahukan makhluk-makhluk itu kepada para malaikat, maka Allah swt. memerintahkan kepada mereka bersujud kepada Adam a.s. Dan sujudlah malaikat kepada Adam a.s. Yang diperintahkan itu bukanlah sujud untuk beribadah kepadanya, melainkan sujud sebagai penghormatan semata-mata dan sebagai pengakuan mereka terhadap kelebihan dan keistimewaan yang ada padanya. Di samping itu juga sebagai pernyataan tobat mereka kepada Allah swt, serta pernyataan maaf mereka kepada Adam a.s. karena mereka pernah menyatakan bahwa diri mereka lebih patut dari pada Adam a.s. untuk diangkat menjadi khalifah di bumi.
Dalam agama Islam, sujud ibadah hanyalah diperbolehkan kepada Allah swt. semata-mata. Dan pada hakikatnya sujud kepada Allah swt. ada dua macam. Pertama; sujud manusia kepada Allah dalam beribadah, yaitu salat, menurut cara-cara yang telah ditentukan dalam ajaran syara'. Kedua; bersujud semua makhluk kepada Allah swt. dengan arti tunduk dan patuh kepada-Nya. Arti yang asli dari kata-kata "sujud" adalah "tunduk dan patuh".
Allah berfirman:
وَالنَّجْمُ وَالشَّجَرُ يَسْجُدَانِ (6)
Artinya:
Dan tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan, kedua-duanya tunduk kepada-Nya. (Q.S Ar Rahman: 6)
وَلِلَّهِ يَسْجُدُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا
Artinya:
Hanya kepada Allahlah sujud (patuh) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri atau pun dengan terpaksa: (Q.S Ar Ra'du: 15)
Sujud para malaikat kepada Adam a.s. sebagai penghormatan dan pernyataan tunduk kepadanya, bukan untuk beribadah. Dan perintah Allah swt. kepada mereka untuk sujud kepada Adam a.s. menunjukkan kelebihan Adam a.s. dari mereka, sehingga ia benar-benar lebih berhak untuk dijadikan khalifah di bumi.
Mengenal asal usul kejadian Adam, malaikat dan iblis, disebutkan bahwa Adam a.s. diciptakan Allah dari tanah dan malaikat diciptakan dari cahaya (nur) sedang jin, iblis dan setan diciptakan dari api (nar).
Iblis dan setan selalu membisikkan kepada manusia hal-hal yang tidak benar untuk menggoda dan menyesatkan dari jalan yang lurus. Bahkan Adam dan Hawa sebagai manusia pertama telah digoda mereka untuk melanggar larangan Allah swt.
Iblis bukanlah termasuk jenis malaikat, melainkan suatu makhluk dari bangsa jin. Iblis itu pada mulanya pernah berada dalam kalangan malaikat, bergaul ! dengan mereka dan mempunyai sifat-sifat seperti mereka pula, walaupun asal kejadiannya berbeda dari asal kejadian malaikat. Buktinya ialah firman Allah ! swt. pada akhir ayat tersebut yang menerangkan bahwa ketika Allah swt. memerintahkan kepada para malaikat itu bersujud kepada Adam a.s. maka mereka semuanya patuh, kecuali iblis. Jadi teranglah bahwa iblis itu bukanlah dari kalangan malaikat, sebab malaikat selalu patuh dan taat kepada perintah Allah dan tidak pernah membangkang.
Firman Allah swt. dalam ayat yang lain pun mengatakan:
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ
Artinya:
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam", maka sujudlah mereka, kecuali iblis, dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. (Q.S Al Kahfi: 50)
Iblis itu, sama halnya dengan jin dan setan. diciptakan Allah dari api. Dan iblis menganggap bahwa api lebih mulia dari pada tanah. Sebab itu ia memandang dirinya lebih mulia dari pada Adam a.s. sebab Adam a.s. diciptakan Allah dari tanah. Dan itulah sebabnya maka iblis menolak bersujud kepada Adam a.s.
Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa iblis itu adalah termasuk jenis malaikat juga, sebab perintah Allah swt. kepada malaikat agar bersujud kepada Adam a.s. adalah ditujukan kepada semua malaikat. Lalu disebutkan, bahwa para malaikat itu semuanya bersujud kepada Adam a.s. kecuali iblis, ini menunjukkan bahwa iblis itupun malaikat juga. Dan memang benar, bahwa sitat yang asli dari para malaikat adalah patuh dan taat kepada Allah swt.
Namun demikian tidaklah mustahil bahwa sebahagian atau salah satu dari mereka ada yang bersifat durhaka, sebagai sifat yang datang kemudian. Dan itulah iblis.
Dalam ayat lain disebutkan, bahwa Allah swt. menanyakan kepada iblis apa alasannya untuk tidak bersujud kepada Adam a.s.
Firman-Nya:
قَالَ يَا إِبْلِيسُ مَا مَنَعَكَ أَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ أَأَسْتَكْبَرْتَ أَمْ كُنْتَ مِنَ الْعَالِينَ (75)
Artinya:
Allah berfirman, "Hai Iblis! Apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri, ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?." (Q.S Sad: 75)
Firman Allah:
قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلَّا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ (12)
Artinya:
"Saya lebih baik dari padanya, Engkau ciptakan aku dari api, sedang dia Engkau ciptakan dari tanah". (Q.S Al A'raf: 12 dan Q.S Sad: 76)
Iblis enggan mematuhi perintah Allah yang menyuruh sujud kepada Adam dan ia bersikap angkuh karena ia merasa dirinya lebih mulia dan lebih berhak dari Adam dijadikan khalifah. Karena iblis menolak perintah Allah berdasarkan anggapannya itu, maka ia termasuk makhluk yang kafir kepada Allah. Bahkan ada pendapat yang mengatakan bahwa iblis adalah makhluk yang pertama-tama mengingkari perintah Allah. Ada pula pendapat yang mengatakan bahwa Iblis merupakan asal dari semua jin, sebagaimana Adam asal dari semua manusia. Jin itu mempunyai keturunan dan mereka menghuni bumi sebelum Adam diciptakan Allah dan mereka telah berbuat kerusakan di bumi. Itulah sebabnya, ketika Allah memberitahukan kepada para malaikat bahwa Dia akan menjadikan Adam sebagai khalifah di bumi untuk menggantikan jin, maka para malaikat berkata, "Apakah engkau akan menjadikan khalifah di bumi itu orang-orang yang suka berbuat kerusakan dan suka menumpahkan darah? Jadi malaikat mengira bahwa manusia pun akan berbuat seperti jin ketika mereka berkuasa di bumi.
waqulnaa yaa aadamu uskun anta wazawjuka aljannata wakulaa minhaa raghadan haytsu syi/tumaa walaa taqrabaa haadzihi alsysyajarata fatakuunaa mina alzhzhaalimiina [QS 2:35]
Dan Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon37 ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim.
*37: Pohon yang dilarang Allah mendekatinya tidak dapat dipastikan, sebab Al Quran dan Hadist tidak menerangkannya. ada yang menamakan pohon khuldi sebagaimana tersebut dalam surat Thaha ayat 120, tapi itu adalah nama yang diberikan syaitan.
Tafsir DEPAG / Surah Al Baqarah 35
وَقُلْنَا يَا آدَمُ اسْكُنْ أَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ وَكُلَا مِنْهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَا وَلَا تَقْرَبَا هَذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ (35)
Allah swt. menerangkan bahwa Dia memerintahkan kepada Adam a.s. dan istrinya menempati surga yang telah disediakan untuk mereka.
Mengenai surga yang disebutkan dalam ayat ini, sebagian besar ahli tafsir mengatakan bahwa surga yang dimaksudkan dalam ayat ini ialah surga di langit yang dijanjikan Allah swt. sebagai balasan bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Menurut ahli tafsir yang lain bahwa surga yang tersebut dalam ayat itu adalah suatu taman, tempat Adam a.s. dan istrinya berdiam dan diberi kenikmatan hidup yang cukup.
Dalam ayat ini Allah swt. menerangkan bahwa Adam a.s. dan istrinya dibolehkan menikmati makanan apa saja dan di mana saja dalam surga tersebut dengan aman dan leluasa, hanya saja Allah swt. melarang mereka mendekati dan memakan buah suatu pohon tertentu yang hanya merupakan salah satu pohon saja di antara banyak pohon-pohon yang ada dalam surga itu. Setan menamakan pohon tersebut "pohon huldi" karena menurutnya, jika Adam a.s. dan istrinya memakan buah pohon itu, maka mereka akan dapat kekal selama-lamanya dalam surga itu. Padahal yang sebenarnya adalah sebaliknya, yaitu, apabila ia dan istrinya memakan buah pohon itu, maka mereka akan dikeluarkan dari surga karena hal itu merupakan pelanggaran atau larangan Allah swt. Jika mereka melanggar larangan itu, maka mereka termasuk golongan orang-orang yang zalim terhadap diri mereka dan akan menerima hukuman dari Allah swt. yang akan mengakibatkan mereka kehilangan kehormatan dan kebahagiaan yang telah mereka peroleh.
Dalam ayat ini Allah swt. tidak menjelaskan hakikat dari pohon tersebut. Seseorang tak akan dapat menentukannya tanpa adanya suatu dalil yang pasti. Lagi pula, maksud utama dari kisah ini sudah tercapai tanpa memberikan keterangan tentang hakikat pohon tersebut.
Akan tetapi dapat dikatakan, bahwa larangan Allah swt, kepada Adam a.s. dan istrinya untuk mendekati pohon itu dan memakan buahnya, tentulah berdasarkan suatu hikmah dari-Nya, yaitu merupakan suatu ujian dari Allah swt. terhadap Adam a.s. dan istrinya.
fa-azallahumaa alsysyaythaanu 'anhaa fa-akhrajahumaa mimmaa kaanaa fiihi waqulnaa ihbithuu ba'dhukum liba'dhin 'aduwwun walakum fii al-ardhi mustaqarrun wamataa'un ilaa hiinin [QS 2:36]
Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu38 dan dikeluarkan dari keadaan semula39 dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan".
*38: Adam dan hawa dengan tipu daya syaitan memakan buah pohon yang dilarang itu, yang mengakibatkan keduanya keluar dari surga, dan Allah menyuruh mereka turun ke dunia. yang dimaksud dengan syaitan di sini ialah iblis yang disebut dalam surat Al Baqarah ayat 34 di atas.
*39: Maksud Keadaan semula ialah kenikmatan, kemewahan dan kemuliaan hidup dalam surga
Tafsir DEPAG / Surah Al Baqarah 36
فَأَزَلَّهُمَا الشَّيْطَانُ عَنْهَا فَأَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيهِ وَقُلْنَا اهْبِطُوا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ وَلَكُمْ فِي الْأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ إِلَى حِينٍ (36)
Dalam ayat ini Allah swt. menjelaskan, bahwa setan telah menggoda Adam a.s. dan istrinya sehingga akhirnya mereka tergoda dan melanggar larangan Allah swt. untuk memakan buah pohon itu. Dalam ayat lain juga disebutkan bagaimana setan itu membujuk Adam a.s. dan istrinya.
Firman Allah :
فَوَسْوَسَ إِلَيْهِ الشَّيْطَانُ قَالَ يَا آدَمُ هَلْ أَدُلُّكَ عَلَى شَجَرَةِ الْخُلْدِ وَمُلْكٍ لَا يَبْلَى (120)
Artinya:
Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepadanya dengan berkata, "Hai Adam! Maukah kamu saya tunjukkan. kepada sebuah pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa." (Q.S Taha: 120)
Dan dalam firman-Nya yang lam disebutkan pula bujukan setan itu:
وَقَالَ مَا نَهَاكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هَذِهِ الشَّجَرَةِ إِلَّا أَنْ تَكُونَا مَلَكَيْنِ أَوْ تَكُونَا مِنَ الْخَالِدِين
Artinya:
Ia berkata, "Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga)". (Q.S Al A'raf: 20)
Dalam melakukan godaan itu, setan berusaha untuk meyakinkan Adam a.s. bahwa ia benar-benar hanya memberikan nasihat yang baik dan untuk itu ia bersumpah.
Firman Allah:
إِنِّي لَكُمَا لَمِنَ النَّاصِحِينَ (21)
Artinya:
Sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang memberi nasihat kepada kamu berdua (Q.S Al A'raf: 21)
Karena kesalahan yang telah dilakukan Adam dan istrinya itu, maka Allah swt. mengeluarkan mereka dari kenikmatan (dan kemuliaan yang telah mereka peroleh selama ini, lalu Allah swt. memerintahkan supaya mereka turun dari surga itu ke bumi. Mereka dalam keadaan bermusuhan satu dengan yang lainnya.
Selanjutnya, Allah swt. menerangkan bahwa mereka itu akan memperoleh tempat tinggal dan kenikmatan hidup di bumi sampai kepada ajal masing masing. Dengan demikian, tak seorang pun yang akan hidup kekal di bumi. Dan teranglah kebatalan bisikan-bisikan setan kepada Adam a.s. dan istrinya, bahwa dengan memakan buah pohon itu mereka akan kekal selama-lamanya di dalam surga itu.
Dalam ayat tersebut terdapat isyarat, bahwa dikeluarkan Adam a.s. bersama istrinya dari surga ke bumi bukanlah untuk membinasakan mereka, melainkan agar mereka bekerja memakmurkan bumi ini dan bukanlah menjauhkan mereka dari kenikmatan hidup, sebab di bumi pun mereka tetap dikaruniai kenikmatan itu dan tidak pula untuk hidup kekal karena suatu ketika mereka akan menemui ajal dan meninggalkan dunia yang fana ini.
badii'u alssamaawaati waal-ardhi wa-idzaa qadaa amran fa-innamaa yaquulu lahu kun fayakuunu [QS 2:117]
Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: "Jadilah!" Lalu jadilah ia.
Tafsir DEPAG / Surah Al Baqarah 117
بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَإِذَا قَضَى أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ (117)
Dari ayat ini dipahami bahwa Allah swt. menciptakan sesuatu dengan tidak mencontoh kepada sesuatu yang telah ada, tidak menggunakan sesuatu bahan atau alat dari bahan atau yang telah ada. Semuanya itu terjadi sesuai dengan kehendak Allah. Hal ini ditegaskan oleh lanjutan ayat ini.
Menurut bunyi ayat: Allah swt. menciptakan sesuatu dengan perkataan "kun" (adilah). Sedang yang dimaksud hanyalah sekedar misal saja, agar mudah dipahami oleh hamba-hamba-Nya. Tentang cara Allah mengadakan sesuatu dan bagaimana proses terjadinya sesuatu, ini hanya Allahlah Yang Maha Tahu.
inna matsala 'iisaa 'inda allaahi kamatsali aadama khalaqahu min turaabin tsumma qaala lahu kun fayakuunu [QS 3:59]
Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi AllAh, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah dia.
Tafsir DEPAG / Surah Ali 'Imran 59
إِنَّ مَثَلَ عِيسَى عِنْدَ اللَّهِ كَمَثَلِ آدَمَ خَلَقَهُ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ (59)
Kemudian Allah SWT menjelaskan bahwa sebenarnya kejadian Isa yang menakjubkan itu adalah seperti penciptaan Adam as, yang dijadikan dari tanah, keduanya diciptakan Allah dengan cara yang lain dari penciptaan manusia biasa. Segi persmaan itu ialah Isa diciptakan tanpa ayah, dan Adam diciptakan tanpa ayah dan tanpa ibu.
Keingkaran orang terhadap kejadian Isa as tanpa ayah, sedang ia mengakui kejadian Adam tanpa ibu bapak, termasuk sesuatu yang bertentangan dengan logika.
Selanjutnya Allah SWT menerangkan bahwa Dia menciptakan Adam sebagai manusia dengan memberi ruh ke dalam jasadnya semata-mata karena kehendak-Nya dan terjadilah ia seperti yang termuat di dalam firman Allah:
ثم انشأناه خلقا آخر
Artinya:
"Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain".
(Q.S Al Mukminun: 14)
Diriwayatkan, mengenai sebab turunnya ayat ini, bahwa utusan Nasrani dari penduduk Najran berkata kepada RasuIullah saw : "Mengapa engkau mencela nabi kami?". Rasulullah bersabda:" Apakah yang telah saya katakan?" Mereka menjawab:" Engkau berkata bahwasannya Isa adalah seorang hamba Allah". Nabi Muhammad bersabda, "Ya, benar dia adalah seorang hamba Allah, rasul dan kalimat Nya yang telah disampaikan kepada Maryam, seorang perawan suci.
Kemudian mereka menjadi marah dan berkata: "pernahkah engkau melihat manusia dilahirkan tanpa ayah? Maka apabila engkau benar tunjukkanlah kepada kami contohnya. Lalu Allah SWT, menurunkan ayat ini.
Asbabun Nuzul [QS 3:59]
Ibnu Abu Hatim mengetengahkan dari Hasan, katanya, "Dua orang pendeta Nasrani dari Najran datang menemui Rasulullah saw. lalu tanya salah seorang di antara mereka, 'Siapakah bapak Isa?' Rasulullah saw. tidak segera menjawab sebelum memohon petunjuk kepada Tuhannya, maka diturunkan kepadanya, 'Demikianlah Kami membacakannya kepadamu, sebagian dari bukti-bukti, kerasulannya dan membacakan, Alquran yang penuh hikmah...' sampai dengan, '...di antara orang yang ragu-ragu.'" (Q.S. Ali Imran 58-60) Dan diketengahkan dari jalur Aufi dari Ibnu Abbas, katanya "Serombongan orang-orang Najran, termasuk para pemimpin dan pengiringnya, mereka datang menemui Nabi saw. lalu tanya mereka, 'Bagaimana kamu ini, kenapa kamu sebut-sebut pula sahabat kami?' Jawab Nabi, 'Siapa dia?' Ujar mereka, 'Isa! Kamu katakan dia hamba Allah!' 'Benar,' jawab Nabi pula. Tanya mereka, 'Pernahkah kamu melihat orang seperti Isa atau mendengar berita seperti yang dialaminya?' Setelah itu mereka keluar meninggalkan Nabi saw, maka datanglah Jibril, katanya kepada beliau, 'Katakanlah kepada mereka jika mereka datang kepadamu, 'Sesungguhnya perumpamaan Isa di sisi Allah adalah seperti Adam...,' sampai dengan firman-Nya, 'Janganlah kamu termasuk di antara orang yang ragu-ragu!'" (Q.S. Ali Imran 59-60) Baihaqi mengetengahkan dalam Dalail dari jalur Salamah bin Abdu Yasyu' dari bapaknya seterusnya dari kakeknya bahwa Rasulullah saw. menulis surat kepada warga Najran, yakni sebelum diturunkan kepadanya surat Thasin, "Atas nama Tuhan dari Ibrahim, Ishak dan Yakub, dari Muhammad yang nabi..." Di dalamnya disebutkan, "Maka orang-orang Najran itu mengutus Syurahbil bin Wadaah Al-Hamdani, Abdullah bin Syurahbil Al-Ashbahi dan Jabbar Al-Hartsi kepada Nabi saw. Perutusan ini berangkat mendatangi Nabi saw. sehingga mereka pun saling bertanya jawab. Demikianlah tanya jawab ini terus berlangsung sampai mereka menanyakan, 'Bagaimana pendapat Anda tentang Isa?' Jawab Nabi saw., 'Sampai hari ini tak ada suatu pun pendapat saya mengenai dirinya. Tinggallah tuan-tuan di sini dulu sampai saya dapat menerangkannya!' Ternyata esok paginya Allah telah menurunkan ayat ini, 'Sesungguhnya perumpamaan Isa di sisi Allah...,' sampai dengan firman-Nya, '...seraya kita memohon agar laknat Allah itu ditimpakan-Nya kepada orang-orang yang dusta.'" (Q.S. Ali Imran 59-61) Ibnu Saad mengetengahkan dalam kitab Thabaqat dari Azraq bin Qais, katanya, "Telah datang kepada Nabi saw. uskup negeri Najran bersama bawahannya, kepada mereka ditawarkannya agama Islam. Mereka menjawab, 'Sebelum Anda, kami telah Islam.' Jawab Nabi saw., 'Bohong! Ada tiga perkara yang menghalangi tuan-tuan masuk Islam, yakni ucapan tuan-tuan bahwa Allah mempunyai anak, memakan daging babi dan sujud kepada patung.' Tanya mereka, 'Siapakah bapak dari Isa?' Rasulullah tidak dapat menjawab sampai Allah menurunkan, 'Sesungguhnya perumpamaan Isa di sisi Allah...,' sampai dengan firman-Nya, '...dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tangguh lagi Maha Bijaksana.' (Q.S. Ali Imran 59-62) Nabi mengajak mereka untuk saling kutuk-mengutuk, tetapi mereka menolak dan setuju akan membayar upeti lalu mereka pun kembali."
walaqad makkannaakum fii al-ardhi waja'alnaa lakum fiihaa ma'aayisya qaliilan maa tasykuruuna [QS 7:10]
Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur.
Tafsir DEPAG / Surah Al A'raaf 10
وَلَقَدْ مَكَّنَّاكُمْ فِي الْأَرْضِ وَجَعَلْنَا لَكُمْ فِيهَا مَعَايِشَ قَلِيلًا مَا تَشْكُرُونَ (10)
Pada ayat ini Allah swt. menerangkan sebagian dari sekian banyaknya karunia yang telah dianugerahkan kepada hamba-Nya yaitu bahwa Dia telah menyediakan bumi ini untuk manusia tinggal dan berdiam di atasnya, bebas berusaha dalam batas-batas yang telah digariskan Allah swt. dan diberinya perlengkapan kehidupan. Kemudian disempurnakan-Nya dengan bermacam-macam perlengkapan lain agar mereka hidup di atas bumi ini dengan senang, tenang dan puas, seperti tumbuh-tumbuhan yang beraneka ragam macamnya, binatang-binatang, baik yang boleh dimakan maupun yang tidak, burung-burung baik di udara atau pun di darat, ikan-ikan baik di laut, di danau maupun di tempat-tempat pemeliharaan ikan lainnya, air tawar untuk diminum, dipergunakan mencuci pakaian dan keperluan lainnya, minuman dan makanan yang bermacam rasa dan baunya untuk memenuhi selera masing-masing, bahkan semua yang ada di bumi ini adalah diperuntukkan bagi manusia sebagaimana firman Allah swt.:
هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا
Artinya:
Dialah Allah yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu. (Q.S Al Baqarah: 29)
Untuk memenuhi keperluan hidup seseorang tentu tidak akan tetap di suatu tempat, tetapi ia akan berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lain, maka disediakan alat pengangkutan dan perhubungan yang bermacam-macam yang bertambah maju sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk dipergunakan mereka seperti mobil dengan segala macam bentuk dan keindahannya, kapal terbang, kapal laut, dan kapal selam, kereta api dan lain-lain sebagainya yang tak terhitung banyaknya. Tidak seorang pun manusia yang dapat memberi angka pasti tentang banyaknya karunia itu sekalipun dengan komputer, suatu alat termodern untuk menghitung di masa sekarang ini sebagai firman Allah:
وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا
Artinya:
Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghitungnya. (Q.S Ibrahim: 34)
Semua karunia dan nikmat tersebut di atas adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup jasmani baik secara perorangan maupun secara berkelompok yang akan dijadikan batu loncatan untuk memenuhi dan menjaga kesejahteraan hidup rohani guna kesucian diri dan mempersiapkan diri untuk hidup kekal di akhirat nanti serta memperoleh nikmat dan kebahagiaan abadi yang tak berkesudahan. Atas semua karunia dan nikmat yang tak terhitung banyaknya itu maka wajiblah manusia bersyukur, mensyukuri penciptanya, yaitu Allah swt. dan janganlah sekali-kali dia mengingkarinya sebagaimana firman Allah swt.:
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ
Artinya:
Dan bersyukurlah kepadaku dan janganlah kamu mengingkari (nikmat-Ku). (Q.S Al Baqarah: 152)
Alangkah sedikitnya manusia yang dapat menyadari dan menginsyafi hal tersebut. Pada umumnya manusia menganggap bahwa yang dicapai dan diperolehnya itu adalah hasil dari kecerdasan otaknya, kesungguhan usahanya bukan dari Allah swt. dan sedikit dari mereka yang bersyukur sebagaimana firman Allah swt.:
وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ
Artinya:
Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih. (Q.S Saba': 13)
Bersyukur kepada Allah swt. tidaklah cukup dengan hanya mengucapkan "alhamdulillah wasysyukru lillah" tetapi harus diiringi dengan amal perbuatan yaitu dengan menaati segala perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya.
inna rabbakumu allaahu alladzii khalaqa alssamaawaati waal-ardha fii sittati ayyaamin tsumma istawaa 'alaa al'arsyi yughsyii allayla alnnahaara yathlubuhu hatsiitsan waalsysyamsa waalqamara waalnnujuuma musakhkharaatin bi-amrihi alaa lahu alkhalqu waal-amru tabaaraka allaahu rabbu al'aalamiina [QS 7:54]
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ´Arsy 548. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.
*548: Bersemayam di atas `Arsy ialah satu sifat Allah yang wajib kita imani, sesuai dengan kebesaran Allah dsan kesucian-Nya.
Tafsir DEPAG / Surah Al A'raaf 54
إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ (54)
Pada permulaan ayat ini Allah menegaskan bahwa Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari (masa). Dialah Pemilik, Penguasa dan Pengaturnya, Dialah Tuhan yang berhak disembah dan kepada-Nyalah manusia harus meminta pertolongan.
Walaupun yang disebutkan dalam ayat ini hanya langit dan bumi saja, tetapi yang dimaksud ialah semua yang ada di alam ini karena yang dimaksud dengan langit ialah semua alam yang di atas, dan yang dimaksud dengan bumi ialah semua alam yang di bawah, dan termasuk pula alam yang ada di antara langit dan bumi sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:
الَّذِي خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ
Artinya:
Yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arasy.
(Q.S Al Furqan: 59)
Adapun yang dimaksud dengan enam hari ialah enam masa yang telah ditentukan Allah, bukan enam hari yang kita kenal ini yaitu hari sesudah terciptanya langit dan bumi sedang hari dalam ayat ini adalah sebelum itu. Adapun mengenai lamanya sehari itu hanya Allah yang mengetahui, sebab dalam Alquran sendiri ada yang diterangkan seribu tahun dalam firman-Nya yang disebutkan:
وَإِنَّ يَوْمًا عِنْدَ رَبِّكَ كَأَلْفِ سَنَةٍ مِمَّا تَعُدُّونَ
Artinya:
Sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitungan kamu.
(Q.S Al Hajj: 47)
Dan ada pula yang diterangkan lima puluh ribu tahun seperti dalam firman-Nya:
تَعْرُجُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
Artinya:
Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun.
(Q.S Al Ma'arij: 4)
Ada beberapa hadis yang menunjukkan bahwa hari yang enam itu ialah hari-hari kita sekarang di antaranya yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Muslim dari Abu Hurairah. Abu Hurairah berkata:
Rasulullah memegang tanganku lalu bersabda, "Allah menciptakan tanah pada hari Sabtu, menciptakan bukit-bukit pada hari Ahad, menciptakan pohon pada hari Senin, menciptakan hal-hal yang tak baik pada hari Selasa, menciptakan cahaya pada hari Rabu, menciptakan gunung-gunung pada hari Kamis dan menciptakan Adam sesudah Asar pada hari Jumat pada saat terakhir itu antara waktu Asar dan permulaan malam."
(H.R Ahmad dan Muslim dari Abu Hurairah)
Hadis ini ditolak oleh para ahli hadis karena bertentangan dengan nas Alquran. Dari segi sanadnya pun hadis ini adalah lemah karena diriwayatkan oleh Hajjad bin Muhammad Al-Ajwar dari Juraij yang sudah miring otaknya di akhir hayatnya. Menurut Al-Manar hadis ini termasuk hadis-hadis Israiliat yang dibikin oleh kaum Yahudi dan Nasrani dan dikatakan dari Rasulullah saw. Pada ayat-ayat yang lain diterangkan lebih terperinci lagi tentang masa-masa penciptaan langit dan bumi seperti terdapat dalam firman Allah swt.:
قُلْ أَئِنَّكُمْ لَتَكْفُرُونَ بِالَّذِي خَلَقَ الْأَرْضَ فِي يَوْمَيْنِ وَتَجْعَلُونَ لَهُ أَنْدَادًا ذَلِكَ رَبُّ الْعَالَمِينَ
Artinya:
Katakanlah, "Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya?" (Yang bersifat) demikian itulah Tuhan semesta alam.
(Q.S Fussilat: 9)
Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahi dan menentukan pada kadar makanan-makanan penghuninya dalam empat masa yang sama (cukup) sesuai bagi segala yang memerlukannya. Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, berkata Allah kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa." Keduanya menjawab, "Kami datang dengan suka hati." Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan dia mewahyukan kepada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang terdekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
Dari ayat-ayat tersebut dapatlah kita ambil kesimpulan sebagai berikut:
- Penciptaan bumi yang berasal dari gumpalan-gumpalan yang kelihatan seperti asap adalah dua masa dan penciptaan tanah, bukit-bukit gunung-gunung dan bermacam-macam tumbuh-tumbuhan dan bintang dalam dua masa pula. Dengan demikian sempurnalah penciptaan bumi dan segala isinya dalam empat masa.
- Penciptaan langit yang berasal dari gumpalan-gumpalan kabut itu dengan segala isinya dalam dua masa pula. Adapun bagaimana prosesnya kejadian langit dan bumi Alquran tidak menjelaskannya secara terperinci dan kewajiban para ahli untuk menyelidikinya dan mengetahui waktu atau masa yang diperlukan untuk masing-masing tahap dari tahap-tahap kejadiannya.
Kemudian setelah selesai penciptaan langit dan bumi, Allah bersemayam di atas Arasy mengurus dan mengatur semua urusan yang berhubungan dengan langit dan bumi itu sesuai dengan ilmu dan kebijaksanaan-Nya. Tentang bagaimana Allah bersemayam di atas Arasy-Nya dan bagaimana Dia mengatur semesta alam ini tidaklah dapat disamakan atau digambarkan seperti bersemayamnya seorang raja di atas singgasananya karena Allah tidak boleh dimisalkan atau dicontohkan dengan makhluk-Nya. Namun hal ini harus dipercayai dan diimani dan Dia sendirilah Yang Mengetahui bagaimana hakikatnya. Para sahabat Nabi tak ada yang merasa ragu dalam hatinya mengenai bersemayam Allah di atas Arsy. Mereka meyakini hal itu dan beriman kepadanya tanpa mengetahui bagaimana gambarnya. Demikianlah dari Rabi'ah guru Imam Malik bahwa dia berkata ketika ditanyakan kepadanya masalah bersemayamnya Allah di atas Arasy sebagai berikut: "Bersemayamnya Allah adalah suatu hal yang tidak asing lagi tetapi bagaimana caranya tidak dapat dipikirkan."
Kerasulan itu adalah dari Allah dan kewajiban rasul ialah menyampaikan, maka kewajiban manusia ialah membenarkannya. Demikianlah pendapat dan pendirian ulama-ulama dari dahulu sampai sekarang, maka tidak wajarlah manusia memberanikan diri untuk menggambarkan atau mencontohkan bagaimana bersemayam-Nya Allah di atas Arasy-Nya. Na'im bin Ahmad guru Imam Bukhari berkata tentang hal itu, "Orang yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya adalah kafir, orang yang mengingkari sifat Allah sebagaimana diterangkan-Nya (dalam kitab-Nya) adalah kafir, dan tiadalah dalam sifat Allah yang diterangkan-Nya atau diterangkan oleh Rasul-Nya sesuatu penyerupaan. Maka barang siapa yang menetapkan hal-hal yang diterima dari hadis yang sahih sesuai dengan keagungan Allah dan meniadakan sifat-sifat kekurangannya bagi-Nya, maka sesungguhnya dia telah menempuh jalan yang benar."
Selanjutnya Allah menerangkan bahwa Dialah yang menutupi siang dan malam sehingga hilanglah cahaya matahari di permukaan bumi dan hal ini berlaku sangat cepat. Maksudnya malam itu selalu mengejar cahaya matahari telah tertutup terjadilah malam dan di tempat yang belum terkejar oleh malam, matahari tetap meneranginya dan di sana tetaplah siang. Demikianlah seterusnya pergantiannya siang dengan malam atau pergantian malam dengan sifat. Dalam ayat lain Allah berfirman:
خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ بِالْحَقِّ يُكَوِّرُ اللَّيْلَ عَلَى النَّهَارِ وَيُكَوِّرُ النَّهَارَ عَلَى اللَّيْلِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لِأَجَلٍ مُسَمًّى أَلَا هُوَ الْعَزِيزُ الْغَفَّارُ
Artinya:
Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah, Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.
(Q.S Az Zumar: 5)
Hal ini terjadi karena bumi berbentuk bulat selalu berputar pada sumbunya di bawah matahari maka dengan demikian pada muka bumi yang kena cahaya matahari terjadilah siang dan pada muka bumi yang tidak terkena cahayanya terjadilah malam. Kemudian Allah menerangkan pula bahwa matahari, bulan dan bintang semuanya tunduk di bawah perintah-Nya dan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan-Nya bagi masing-masingnya. Semuanya bergerak sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan-Nya dan di antaranya tidak ada yang menyimpang dari aturan-aturan yang telah ditetapkan itu. Dengan demikian terjadilah suatu keharmonisan, suatu keserasian dalam perjalanan masing-masing sehingga tidak akan terjadi perbenturan atau tabrakan antara satu dengan yang lainnya, meskipun di langit itu terdapat milyunan bintang-bintang dan benda-benda langit lainnya. Semuanya itu adalah karena Dia Maha Pencipta, Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, Maha Suci Allah Tuhan semesta alam. Dan Dia sajalah yang patut disembah, kepada-Nyalah setiap hamba harus memanjatkan doa memohon karunia dan rahmat-Nya dan kepada-Nyalah setiap hamba harus bersyukur dan berterima kasih atas segala nikmat yang telah diberikan-Nya. Sungguh amat jauhlah tersesatnya orang yang masih mempersekutukan-Nya dengan makhluk-Nya dan memohonkan doa kepada sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat atau mudarat.
inna rabbakumu allaahu alladzii khalaqa alssamaawaati waal-ardha fii sittati ayyaamin tsumma istawaa 'alaa al'arsyi yudabbiru al-amra maa min syafii'in illaa min ba'di idznihi dzaalikumu allaahu rabbukum fau'buduuhu afalaa tadzakkaruuna [QS 10:3]
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ´Arsy untuk mengatur segala urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi syafa´at kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikian itulah Allah, Tuhan kamu, maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran?
Tafsir DEPAG / Surah Yunus 3
إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ مَا مِنْ شَفِيعٍ إِلَّا مِنْ بَعْدِ إِذْنِهِ ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ (3)
Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa Dialah yang mengatur perjalanan tiap-tiap planet, sehingga satu sama lain tidak berbenturan, dan Dia pula yang menciptakan bumi dan segala isi yang terkandung di dalamnya, sejak dari yang kecil sampai kepada yang besar, semuanya diciptakan dalam enam masa yang hanya Allah sendiri yang mengetahui lama waktu enam masa yang dimaksud itu. Setelah menciptakan langit dan bumi, Dia bersemayam di atas Arasy (singgasana), dan dari Arasy ini Dia mengatur dan mengurus semua makhluk-Nya.
Tentang `Arasy Tuhan ini diterangkan Rasulullah saw. ketika kepadanya diajukan pertanyaan:
قال: كان الله ولم يكن شيء قبله وكان عرشه على الماء ثم خلق السموات والأرض وكتب في الذكر كل شيء
Artinya:
Bersabda Rasulullah: "Dahulu Allah telah ada dan belum ada sesuatu pun sebelum-Nya dan adalah Arasy-Nya di dalam air, kemudian Dia menciptakan langit dan bumi, dan menulis segala sesuatu di Lohmahfuz.
(H.R. Bukhari dalam Kitabut Tauhid)
Mengenai Tuhan bersemayam di atas `Arasy ini para ulama di kalangan kaum muslimin berbeda pendapat. Golongan Muktazilah berpendapat bahwa Tuhan bersifat immateri (rohani). Jadi ia tidak mempunyai sifat-sifat jasmani. Karena itu semua ayat-ayat Alquran yang menggambarkan bahwa Allah mempunyai sifat jasmani haruslah ditakwilkan atau diberi tafsiran yang lain, karena itu mereka menafsirkan Arasy dengan kekuasan-Nya.
Golongan Asy'ariyah berpendapat bahwa Tuhan mempunyai sifat-sifat jasmani. Mereka mengatakan bahwa Tuhan mempunyai mata, tangan, juga mempunyai `Arasy (singgasana) sekalipun semuanya itu tidak sama dengan yang dimiliki manusia. Menurut mereka manusia itu lemah akalnya, yaitu belum dapat memberikan tafsiran tentang sifat-sifat Tuhan yang ada di dalam Alquran. Karena itu janganlah hendaknya karena tidak sanggup memberi tafsiran itu segera mengambil keputusan bahwa Tuhan tidak mempunyai sifat-sifat jasmani.
Menganut salah satu dari kedua pendapat di atas tidaklah bertentangan dengan pokok-pokok kepercayaan yang digariskan agama Islam. Masing-masing pendapat itu mempunyai alasan yang kuat. Mereka berpendapat bahwa yang demikian itu adalah hendak memurnikan kepercayaan mereka kepada Allah, sehingga tidak dimasuki unsur-unsur syirik sedikit pun.
Selanjutnya Allah swt. menerangkan bukti kedua yang membantah pendapat dan alasan-alasan orang-orang kafir itu yang memiliki dan menguasai segala sesuatu dengan kekuasaan yang tidak terbatas, sehingga Dia dapat berbuat apa yang dikehendaki-Nya, tidak ada sesuatu makhluk-Nyapun, walaupun ia seorang rasul atau malaikat dapat memberikan syafaat kecuali dengan izin-Nya.
Yang dimaksud dengan "syafaat" di sini ialah pertolongan para nabi kepada umatnya pada hari kiamat untuk mendapatkan keringanan atau kebebasan dari azab Allah. Syafaat itu hanya dapat diberikan oleh seseorang nabi jika Allah memerintahkan atau mengizinkannya.
Ayat ini membantah dakwaan orang-orang kafir bahwa berhala yang mereka sembah selain Allah dapat memberi syafaat kepada mereka di hari kiamat. Hal ini ditegaskan oleh firman Allah swt.:
وَكَمْ مِنْ مَلَكٍ فِي السَّمَاوَاتِ لَا تُغْنِي شَفَاعَتُهُمْ شَيْئًا إِلَّا مِنْ بَعْدِ أَنْ يَأْذَنَ اللَّهُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَرْضَى
Artinya:
Dan berapa banyaknya malaikat di langit, syafaat mereka sedikit pun tidak berguna kecuali Allah mengizinkan bagi orang yang dikehendaki dan diridai-(Nya).
(Q.S. An Najm: 26)
Syafaat yang paling bahagia dirasakan oleh seseorang hamba ialah syafaat yang diberikan oleh Nabi Muhammad saw. kepada seseorang yang hati dan jiwanya mengakui keesaan Allah. Abu Hurairah menanyakan hal tersebut kepada Rasulullah saw., Rasulullah menjawab:
أسعد الناس بشفاعتي يوم القيامة من قال: لا إله إلا الله خالصا من قلبه ونفسه
Artinya:
Manusia yang paling bahagia dengan syafaatku pada hari kiamat ialah orang-orang yang mengucapkan "la ilaha illallah" yang timbul dari hati dan jiwa yang bersih.
(H.R. Bukhari dari Abu Hurairah)
Allah swt. menegaskan kepada orang-orang kafir apabila mereka tidak ingat dan tidak memperhatikan dalil-dalil dan bukti-bukti yang nyata ini, bahwa yang menciptakan alam ini adalah Allah swt. sendiri, kemudian dia mengatur segala urusan dari atas `Arasy-Nya, Dia memberikan syafaat kepada orang yang dikehendaki-Nya. Itulah Tuhan Yang wajib disembah, tidak ada Tuhan yang lain selain Dia. Janganlah mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, baik dalam penciptaan langit dan bumi maupun dalam menyembah-Nya.
Orang-orang Arab jahiliah mengakui bahwa Allah sendirilah yang menciptakan alam ini, tidak bersekutu dengan siapa pun, tetapi mereka mempersekutukan Allah dengan yang lain dalam menyembah-Nya. Mereka menyembah berhala di samping menyembah Allah.
wahuwa alladzii khalaqa alssamaawaati waal-ardha fii sittati ayyaamin wakaana 'arsyuhu 'alaa almaa-i liyabluwakum ayyukum ahsanu 'amalan wala-in qulta innakum mab'uutsuuna min ba'di almawti layaquulanna alladziina kafaruu in haadzaa illaa sihrun mubiinun [QS 11:7]
Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah singgasana-Nya (sebelum itu) di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya711, dan jika kamu berkata (kepada penduduk Mekah): "Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah mati", niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata: "Ini712 tidak lain hanyalah sihir yang nyata".
*711: Maksudnya: Allah menjadikan langit dan bumi untuk tempat berdiam makhluk-Nya serta tempat berusaha dan beramal, agar nyata di antara mereka siapa yang taat dan patuh kepada Allah.
*712: Maksud mereka mengatakan bahwa kebangkitan nanti sama dengan sihir ialah kebangkitan itu tidak ada sebagaimana sihir itu adalah khayalan belaka. menurut sebagian ahli tafsir yang dimaksud dengan kata ini ialah Al Quran ada pula yang menafsirkan dengan hari berbangkit.
Tafsir DEPAG / Surah Huud 7
Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa. Di dalam ayat ini disebutkan "sittati ayyam" artinya "enam hari", akan tetapi pengertian hari di sini tidak dapat disamakan dengan hari seperti yang kita alami sehari-hari, tetapi disesuaikan dengan hari menurut perhitungan Allah, sebab ada satu hari pada sisi Allah yang lamanya sama dengan seribu tahun menurut perhitungan kita seperti firman Allah swt.:
Artinya:
Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.
(Q.S. al-Hajj: 47)
Dan ada pula hari yang lamanya sama dengan lima puluh ribu tahun seperti firman Allah swt.:
Artinya:
Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun.
(Q.S. Al-Ma'arij: 4)
Dan ulama ilmu falak pun telah menetapkan bahwa hari-hari yang ada hubungannya dengan peredaran bintang-bintang tidak sama dengan kadar hari yang berlaku di bumi ini.
Kemudian Allah swt. menjelaskan bahwa singgasana-Nya sebelum penciptaan langit dan bumi itu berada di atas air. Arasy atau singgasana Allah itu termasuk alam gaib yang tidak dapat dicapai dengan pancaindera, dan tidak mungkin pula dibayangkan atau dikhayalkan bentuk dan rupanya, apalagi caranya Tuhan bersemayam di atas singgasana itu.
Ayat-ayat yang menerangkan soal itu termasuk ayat yang mutasyabihat, yang wajib kita percayai kebenarannya dengan menyerahkan pengertiannya kepada Allah swt.
Ummu Salamah, Rabi'ah dan Malik meriwayatkan bahwa para sahabat dalam menafsirkan ayat mutasyabihat seperti itu selalu berkata: "Istiwa" (bersemayam-Nya) sudah diketahui akan tetapi caranya tidak diketahui." Ayat ini menunjukkan bahwa yang berada di bawah Arasy Allah itu ialah air yang oleh Allah swt. dijadikan unsur pokok dalam menciptakan makhluk yang hidup sebagaimana firman-Nya:
Artinya:
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman.
(Q.S. Al-Anbiya': 30)
Kemudian Allah swt. menerangkan, bahwa tujuan menciptakan langit dan bumi itu dalam enam masa, dan adanya Arasy Allah semula di atas air, yang menjadi unsur pokok dari semua makhluk yang hidup ialah agar Dia menguji siapa di antara kamu yang lebih baik amal perbuatannya. Allah telah menyediakan semua yang berada di bumi ini untuk kemanfaatan manusia sebagaimana firman-Nya:
Artinya:
Dialah Allah yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu.
(Q.S. Al-Baqarah: 29)
Semua manusia yang berada di atas permukaan bumi itu diperintah supaya berusaha dengan segala kemampuan dan kesanggupannya untuk mengambil manfaat daripadanya, untuk menggali pendayagunaan dari alam semesta ini, yang ada di bumi, di lautan dan di udara seperti barang tambang yang terdapat di perut bumi, di dasar laut dan sebagainya supaya digali kemanfaatannya semaksimal mungkin untuk dimanfaatkan oleh seluruh umat manusia sebagai anugerah dari Allah Rabbul Alamin.
Allah swt. menciptakan langit dan bumi itu menjadi ujian bagi manusia siapakah di antara mereka yang paling kuat imannya dan paling baik amalannya, yang paling berjasa untuk perikemanusiaan, siapa yang paling menonjol keterampilannya, siapa yang paling tinggi hasil produksinya, siapa yang paling jujur dan ikhlas dalam usahanya, dan sebagainya. Dan tentulah Allah swt. tidak hanya menguji saja, akan tetapi akan memperhatikan pula hasil ujiannya, dan memberi pahala yang seimbang dengan jasanya. Balasan Allah itu diberikan setelah hari kiamat. Akan tetapi, jika Nabi Muhammad berkata kepada kaum musyrikin di kota Mekah bahwa mereka akan dibangkitkan setelah mati untuk mempertanggungjawabkan segala amal perbuatannya ketika di dunia, maka mereka akan menjawab: "Apa yang kamu kemukakan dari Alquran itu hanyalah sihir belaka, untuk menekan kami supaya taat kepadamu dan untuk mencegah kami dari kenikmatan dan kelezatan dunia."
Tafsir Jalalain / Surah Huud 7
وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَلَئِنْ قُلْتَ إِنَّكُمْ مَبْعُوثُونَ مِنْ بَعْدِ الْمَوْتِ لَيَقُولَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ هَذَا إِلَّا سِحْرٌ مُبِينٌ (7)
(Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari) yang permulaannya adalah hari Ahad dan berakhir pada hari Jumat (dan adalah Arasy-Nya) sebelum diciptakan langit dan bumi (di atas air) yaitu berada di atas angin (agar Dia menguji kalian) lafal liyabluwakum berta'alluq kepada lafal khalaqa artinya, Allah menciptakan langit dan bumi beserta isinya yaitu berupa manfaat-manfaat dan maslahat-maslahat bagi kalian untuk menguji kalian (siapakah di antara kalian yang lebih baik amalnya) artinya yang lebih taat kepada Allah (dan jika kamu berkata) hai Muhammad, kepada penduduk Mekah ("Sesungguhnya kalian akan dibangkitkan sesudah mati," niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata, "Tiada lain) tidak lain (ini) yakni Alquran yang menceritakan adanya hari berbangkit seperti yang telah engkau katakan itu (hanyalah sihir yang nyata") sihir yang jelas. Menurut qiraat dibaca saahirun bukannya sihrun; sedangkan yang diisyaratkan oleh musyar ilaih adalah Nabi Muhammad saw. bukannya Alquran.
allaahu alladzii rafa'a alssamaawaati bighayri 'amadin tarawnahaa tsumma istawaa 'alaa al'arsyi wasakhkhara alsysyamsa waalqamara kullun yajrii li-ajalin musamman yudabbiru al-amra yufashshilu al-aayaati la'allakum biliqaa-i rabbikum tuuqinuuna [QS 13:2]
Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan(mu) dengan Tuhanmu.
Tafsir DEPAG / Surah Ar Ra'd 2
اللَّهُ الَّذِي رَفَعَ السَّمَاوَاتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لِأَجَلٍ مُسَمًّى يُدَبِّرُ الْأَمْرَ يُفَصِّلُ الْآيَاتِ لَعَلَّكُمْ بِلِقَاءِ رَبِّكُمْ تُوقِنُونَ (2)
Secara terperinci Allah menerangkan keadaan langit yang ditinggikan tanpa tiang, tentang perjalanan matahari dan bulan yang masing-masing beredar menurut waktu yang ditentukan, tentang keadaan bumi yang penuh dengan gunung dan lembah dan mengalir sungai padanya dan adanya bermacam-macam kebun yang menghasilkan beraneka ragam buah-buahan yang kesemuanya menunjukkan bahwa hanya Allahlah yang dapat memberi manfaat dan mudarat, yang dapat menghidupkan dan mematikan dan Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tanda-tanda kekuasaan itu sebagian ada yang di langit dan sebagian lagi ada di bumi:
- Bagian yang pertama, seperti menciptakan langit di atas bumi tanpa adanya tiang sebagaimana yang biasa dilihat oleh sekalian makhluk, dan jarak yang sangat jauh di antara benda-benda di langit itu yang kesemuanya beredar menurut ketentuan dan peraturan dari Allah Taala sendiri seperti benda-benda yang terlihat melayang di angkasa.
- Kemudian Allah bersemayam di atas Arasy-Nya yang dijadikan sebagai pusat dari mana diatur segala kebijaksanaan di alam semesta ini. Dan tentang kebijaksanaan-Nya setelah dibentangkan secara panjang lebar di dalam surah Al-A'raf dan surah Yunus.
- Allah swt. telah menundukkan matahari dan bulan yang keduanya melakukan perjalanan untuk kemanfaatan sekalian makhluk-Nya, masing-masing berjalan melalui lintasannya menurut waktu yang ditentukan. Matahari menempuhnya dalam waktu satu tahun dan bulan menempuhnya dalam masa satu bulan.
Tentang perjalanan matahari dan bulan itu telah dijelaskan dengan terperinci dalam surah Yunus dan surah Hud. Allah swt. mengemudikan segala kejadian dalam kerajaan-Nya secara sempurna dengan beraneka ragam keadaaan. Maka Dialah yang menghidupkan dan mematikan, mengadakan dan meniadakan, memberi kekayaan dan kemiskinan, menurunkan wahyu kepada siapa yang dikehendaki-Nya, yang kesemuanya itu menunjukkan bahwa Dialah yang mempunyai kekuasaan yang mutlak dan rahmat kesayangan yang besar dan luas, karena suatu makhluk dengan keadaan yang tertentu dan sifat tabiat tertentu tidak dapat dilaksanakan kecuali oleh Tuhan Yang Maha Agung dan Maha Kuasa. Dialah yang mengatur alam kebendaan dan alam kerohanian dan Dialah yang mengatur benda-benda yang amat besar dan amat kecil, bukan menghadapi suatu urusan saja tetapi menghadapi semuanya dengan penuh hikmah kebijaksanaan yang kesemuanya itu menjadi dalil atas kesempurnaan Allah dalam Zat-Nya, sifat-Nya, Ilmu-Nya dan kekuasaan-Nya yang tidak dapat ditiru oleh siapa pun juga. Allah mengatur urusan makhluk-Nya, menjelaskan tanda-tanda kebesaran-Nya dengan peraturan yang sangat rapi dan halus, mengadakan daya tarik-menarik antara benda-benda di langit sehingga berjalan menurut lintasan yang telah ditentukan secara rapi dan terpelihara seperti bentuk mata rantai yang sambung-menyambung sehingga tidak terjadi bentrokan di ruang angkasa yang dapat menimbulkan malapetaka dan bencana dan semuanya ini berlangsung demikian rapi sampai datang hari kiamat, di mana akan terjadi perubahan besar di alam angkasa yang menjadi permulaan hancurnya alam semesta, seperti dijelaskan dalam firman Allah:
إِذَا السَّمَاءُ انْفَطَرَتْ وَإِذَا الْكَوَاكِبُ انْتَثَرَتْ
Artinya:
Apabila langit terbelah, dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan (Q.S. Al-Infitar: 1, 2)
Demikian pula keadaan di bumi yang tunduk kepada aturan Allah mengenai hukum sebab akibat. Seorang petani bercocok tanam, menyebarkan benih-benih di tempat persemaiannya, kemudian menyirami dengan air yang diperlukan terutama di musim kemarau dan memeliharanya dari berbagai jenis hama sehingga dapat memetik hasil tanaman dengan baik dan jika ia melalaikan salah satu rentetan dari pekerjaannya itu, maka ia akan mengalami kerugian atau tidak mendapat hasil apa-apa. Kemudian Allah menerangkan bahwa tanda-tanda kesempurnaan kekuasaan Allah di langit dan di bumi itu supaya menjadi keyakinan bagi umat manusia akan adanya perjumpaan dengan Allah Taala pada hari kiamat, di mana Allah Taala akan memberikan ganjaran kepada orang-orang yang berbuat kebajikan dan menyiksa orang-orang yang berbuat kejahatan. Sebagaimana Allah kuasa mengatur benda-benda besar di langit seperti matahari bulan dan bintang-bintang, mengangkat langit tanpa ada tiang-tiangnya, mengatur isi alam cakrawala dengan halus dan tertib, maka kesemuanya itu menunjukkan bahwa Allah Taala kuasa untuk mengembalikan arwah-arwah kepada jasadnya dan merubah alam fana ini dengan alam yang kekal dan abadi dan tidak akan rusak untuk selama-lamanya. Jika manusia meyakini kebenaran ini, niscaya dia dapat berpaling dari menyembah berhala dan patung-patung dan mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah Maha Esa, percaya kepada janji Allah dan ancaman-Nya, percaya kepada semua Rasul-rasul-Nya, bersegera di dalam mengikuti segala perintah dan menjauhi larangan-Nya, sehingga menjadi manusia yang bahagia di dunia dan di akhirat.
Tafsir Jalalain / Surah Ar Ra'd 2
اللَّهُ الَّذِي رَفَعَ السَّمَاوَاتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لِأَجَلٍ مُسَمًّى يُدَبِّرُ الْأَمْرَ يُفَصِّلُ الْآيَاتِ لَعَلَّكُمْ بِلِقَاءِ رَبِّكُمْ تُوقِنُونَ (2)
(Allahlah yang meninggikan langit tanpa tiang sebagaimana yang kalian lihat)
lafal `amad merupakan bentuk jamak dari kata tunggal `imaad, yang artinya ialah tiang penyanggah. Dan memang sebagaimana yang terlihat langit itu tidak mempunyai tiang penyanggah (kemudian Dia berkuasa di atas Arsy) dalam arti kata kekuasaan yang layak bagi keagungan-Nya (dan menundukkan) menjinakkan (matahari dan bulan. Masing-masing) daripada matahari dan bulan itu (beredar) pada garis edarnya (hingga waktu yang ditentukan) yaitu hari kiamat. (Allah mengatur semua urusan) yakni memutuskan semua perkara kerajaan-Nya (menjelaskan) menerangkan (tanda-tanda) yang menunjukkan akan kekuasaan-Nya (supaya kalian) hai penduduk kota Mekah (terhadap hari pertemuan dengan Rabb kalian) melalui hari berbangkit (meyakininya).
walaqad ja'alnaa fii alssamaa-i buruujan wazayyannaahaa lilnnaatsiriina [QS 15:16]
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan gugusan bintang-bintang (di langit) dan Kami telah menghiasi langit itu bagi orang-orang yang memandang(nya),
Tafsir DEPAG / Surah Al Hijr 16
وَلَقَدْ جَعَلْنَا فِي السَّمَاءِ بُرُوجًا وَزَيَّنَّاهَا لِلنَّاظِرِينَ (16)
Ayat ini menerangkan bahwa Allah SWT menciptakan benda-benda angkasa berupa planet yang tidak terhitung banyaknya, bulan dan bintang yang kesemuanya menghiasi langit yang menghijau, sehingga menarik hati orang-orang yang memandangnya dan sebagai bahan pemikiran bagi otang-orang yang mau berpikir, terutama dalam mencari kemanfaatan bagi manusia dan kemanusiaan, sebagaimana firman Allah SWT dalam ayat yang lain dinyatakan:
تَبَارَكَ الَّذِي جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوجًا وَجَعَلَ فِيهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيرًا (61) وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ خِلْفَةً لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يَذَّكَّرَ أَوْ أَرَادَ شُكُورًا (62)
Artinya:
Maha Suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang dan Dia menjadikan juga padanya matahari dan bulan yang bercahaya Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur. (Q.S Al Furqan: 61-62)
Pada ayat yang lain Allah SWT menerangkan pula:
وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ
Artinya:
Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang. (Q.S Al Mulk; 5)
Bintang-bintang yang diciptakan Allah itu ada yang tidak bercahaya dan ada pula yang bercahaya, berkelip-kelip di malam hari, sebagai firman Allah SWT:
فَقَضَاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ فِي يَوْمَيْنِ وَأَوْحَى فِي كُلِّ سَمَاءٍ أَمْرَهَا وَزَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَحِفْظًا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ (12)
Artinya:
Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. (Q.S Fussilat: 12)
Dan firman Allah SWT:
وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا لِلشَّيَاطِينِ وَأَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ السَّعِيرِ (5)
Artinya:
Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar setan dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala. (Q.S Al Mulk: 5)
Cahaya bintang-bintang itu merupakan petunjuk bagi para musafir yang berjalan di tengah-tengah padang pasir di malam hari, bagi kapal-kapal yang berlayar di tengah lautan, bagi kapal terbang dan kapal ruang angkasa yang terbang menuju tempat tujuannya. Matahari, bulan dan bintang itu dapat pula peredarannya dijadikan dasar untuk mengetahui bilangan hari, bilangan tahun dan perhitungan waktu sebagaimana firman Allah SWT:
هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ مَا خَلَقَ اللَّهُ ذَلِكَ إِلَّا بِالْحَقِّ يُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ (5)
Artinya:
Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan di ditetapkan Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu) tidak menciptakan yang demikian itu melainkan Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran Nya) kepada orang-orang yang mengetahui. (Q.S Yunus: 5)
Bagi orang-orang yang telah beriman kepada Allah SWT, maka suasana malam di saat langit cerah tidak berawan, bintang-bintang bertaburan di angkasa raya cahayanya yang hilang-hilang timbul, demikian pula cahaya bulan purnama yang menimbulkan ketenteraman dalam hati. Semuanya itu menambah kuat imannya, sehingga tanpa disadari mulutnya mengucapkan kata kata yang mengagungkan Allah.
wahafizhnaahaa min kulli syaythaanin rajiimin [QS 15:17]
dan Kami menjaganya dari tiap-tiap syaitan yang terkutuk,
Tafsir DEPAG / Surah Al Hijr 17 - 18
وَحَفِظْنَاهَا مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ رَجِيمٍ (17) إِلَّا مَنِ اسْتَرَقَ السَّمْعَ فَأَتْبَعَهُ شِهَابٌ مُبِينٌ (18)
Ayat ini menerangkan bahwa Allah SWT menjaga langit dan perhiasannya itu dari setan yang terkutuk. Pada ayat yang lain Allah SWT berfirman:
وَحِفْظًا مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ مَارِدٍ (7)
Artinya:
dan telah memeliharanya (sebenar-benarnya) dari setiap setan yang sangat durhaka. (As Saffat: 7)
Dalam pada itu ada setan yang tidak mengindahkan larangan-larangan Allah, ia mencari berita yang mungkin didengarnya dari para malaikat, maka setan-setan yang demikian itu diburu oleh semburan api yang membakar, sehingga ia lari dan tidak sempat mendengar pembicaraan para malaikat itu. Hal ini dijelaskan oleh firman Allah SWT:
لَا يَسَّمَّعُونَ إِلَى الْمَلَإِ الْأَعْلَى وَيُقْذَفُونَ مِنْ كُلِّ جَانِبٍ (8)
Artinya:
setan-setan itu tidak dapat mendengar-dengarkan (pembicaraan) para malaikat dan mereka dilempari dari segala penjuru. (Q.S As Saffat: 8)
Dan firman Allah lagi:
وَأَنَّا لَمَسْنَا السَّمَاءَ فَوَجَدْنَاهَا مُلِئَتْ حَرَسًا شَدِيدًا وَشُهُبًا (8) وَأَنَّا كُنَّا نَقْعُدُ مِنْهَا مَقَاعِدَ لِلسَّمْعِ فَمَنْ يَسْتَمِعِ الْآنَ يَجِدْ لَهُ شِهَابًا رَصَدًا (9)
Artinya:
"dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api, dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang barangsiapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya)" (Q.S Al Jin: 8-9)
Seperti yang tersebut di atas bahwa ada beberapa ayat yang menerangkan tentang usaha-usaha setan untuk mendengarkan pembicaraan para malaikat di langit tetapi sebelum sempat ia mendengarkannya, maka ia dikejar dan dibakar oleh semburan api yang panas. Hal ini termasuk perkara yang gaib, karena sukar diketahui dan tidak dapat dilihat oleh mata manusia dan tidak dapat pula diketahui hakikatnya, serta ada pula bukti-bukti yang dapat dijadikan dasar untuk menetapkan maksud ayat yang sebenarnya. Karena yang menerangkan hal ini adalah Alquran dan pikiran manusia belum sampai kepadanya, maka bagi kaum Muslimin wajib mengimaninya, dan percaya bahwa langit dan bumi serta alam semesta ini adalah milik Allah Yang Maha Pencipta. Allah SWT menjaga dan mengatur semua milik Nya itu. Bagaimana cara Dia mengatur dan menjaga sangat sedikit pengetahuan manusia tentang hal itu. Demikian pula bagaimana setan mengintip pembicaraan para malaikat, bagaimana bentuk semburan api itu memburu setan. Hanya Allah lah Yang Mengetahui.
illaa mani istaraqa alssam'a fa-atba'ahu syihaabun mubiinun [QS 15:18]
kecuali syaitan yang mencuri-curi (berita) yang dapat didengar (dari malaikat) lalu dia dikejar oleh semburan api yang terang.
wayawma nusayyiru aljibaala wataraa al-ardha baarizatan wahasyarnaahum falam nughaadir minhum ahadaan [QS 18:47]
Dan (ingatlah) akan hari (yang ketika itu) Kami perjalankan gunung-gunung dan kamu akan dapat melihat bumi itu datar dan Kami kumpulkan seluruh manusia, dan tidak kami tinggalkan seorangpun dari mereka.
Tafsir DEPAG / Surah Al Kahfi 47
وَيَوْمَ نُسَيِّرُ الْجِبَالَ وَتَرَى الْأَرْضَ بَارِزَةً وَحَشَرْنَاهُمْ فَلَمْ نُغَادِرْ مِنْهُمْ أَحَدًا (47)
Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada hari kiamat. Peristiwa-peristiwa itu antara lain:
- Pada hari itu Allah SWT mencabut gunung-gunung dari permukaan bumi, sehingga hancur menjadi debu lalu diterbangkannya debu-debu gunung itu ke udara sebagaimana Tuhan menerbangkan awan. Dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman:إِذَا رُجَّتِ الْأَرْضُ رَجًّا (4) وَبُسَّتِ الْجِبَالُ بَسًّا (5) فَكَانَتْ هَبَاءً مُنْبَثًّا (6)
Artinya:
Apabila bumi diguncangkan sedahsyat-dahsyatnya, dan gunung-gunung dihancur luluhkan sehancur-hancurnya, maka jadilah dia debu yang beterbangan (Q.S. Al Waqi'ah: 4-6) - Keadaan permukaan bumi nampak polos. Tidak ada lagi sisa-sisa benda peradaban manusia, di atas permukaan bumi itu, tidak ada pohon-pohon kayu, sungai-sungai, dan laut yang selama ini terdapat di permukaan bumi. Semua manusia nampak jelas di hadapan Tuhan, tidak ada suatupun yang menutupi keadaan mereka seperti diterangkan Allah dalam firman-Nya:وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْجِبَالِ فَقُلْ يَنْسِفُهَا رَبِّي نَسْفًا (105) فَيَذَرُهَا قَاعًا صَفْصَفًا (106) لَا تَرَى فِيهَا عِوَجًا وَلَا أَمْتًا (107)
Artinya:
Dan mereka bertanya kepadamu tentang gunung-gunung, maka katakanlah: "Tuhanku akan menghancurkannya (di hari kiamat) sehancur-hancurnya, maka Dia akan menjadikan (bekas) gunung-gunung itu datar sama sekali, tidak ada sedikitpun kamu lihat padanya tempat yang rendah dan yang tinggi-tinggi." (Q.S. Taha: 105-107) - Pada hari itu Allah SWT mengumpulkan umat manusia dari zaman awal sampai zaman akhir, sesudah mereka itu lebih dahulu dibangkitkan dari kuburnya masing-masing. Tidak seorangpun pada hari itu yang ketinggalan untuk diperiksa, baik raja maupun rakyat. Keadaan demikian diterangkan Allah SWT dalam firman-Nya:قُلْ إِنَّ الْأَوَّلِينَ وَالْآخِرِينَ (49) لَمَجْمُوعُونَ إِلَى مِيقَاتِ يَوْمٍ مَعْلُومٍ (50)
Artinya:
Katakanlah: "Sesungguhnya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang terkemudian benar-benar akan dikumpulkan di waktu tertentu pada hari yang dikenal." (Q.S. Al Waqi'ah: 49-50)
Firman Allah SWT:إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً لِمَنْ خَافَ عَذَابَ الْآخِرَةِ ذَلِكَ يَوْمٌ مَجْمُوعٌ لَهُ النَّاسُ وَذَلِكَ يَوْمٌ مَشْهُودٌ (103)
Artinya:
"....Hari kiamat itu adalah suatu hari yang semua manusia dikumpulkan untuk (menghadapi)nya, dan hari itu adalah suatu hari yang disaksikan (oleh segala makhluk)" (Q.S. Hud: 103)
Rasulullah saw menceritakan pula keadaan hari yang dahsyat itu sebagai berikut:عن عائشة رضي الله عنها قالت: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: يحشر الناس حفاة غرلا (الغرلة القلفة) فقلت : الرجال والنساء جميعا ينظر بعضهم إلى بعض؟ فقال الأمر أشد من أن يهمهم ذلك
Artinya:
Diriwayatkan dari `Aisyah ra dia berkata: "Aku dengar Rasulullah saw bersabda: "Pada hari kiamat itu manusia dikumpulkan (ke padang mahsyar) berkaki telanjang, bertelanjang bulat, lagi tidak berkhitan. Aku lalu bertanya: "Wahai Rasulullah, apakah antara laki-laki dan perempuan saling melihat satu sama lain? Rasul saw menjawab: "Ya, 'Aisyah; urusan hari kiamat itu lebih penting dari melihat satu sama lain." (H.R. Muslim dalam sahihnya)
alrrahmaanu 'alaa al'arsyi istawaa [QS 20:5]
(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah. Yang bersemayam di atas ´Arsy.
Tafsir DEPAG / Surah Thaahaa 5
الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى (5)
Pada ayat ini Allah SWT. menerangkan bahwa Pencipta langit dan bumi itu, adalah Yang Maha Pemurah yang bersemayam di atas Arasy. Allah bersemayam di atas Arasy, janganlah sekali-kali digambarkan seperti halnya seorang manusia yang duduk di atas kursi atau di atas kendaraan atau di atas dipan umpamanya, karena menggambarkan yang seperti itu, berarti telah menyerupakan Khaliq dengan makhluk-Nya. Anggapan seperti ini, tidak dibenarkan sama sekali oleh ajaran Islam, sesuai dengan firman Allah SWT:
ليس كمثله شيء وهو السميع البصير
Artinya:
Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Q.S Asy Syu'ara: 11)
Berkata Ibnu Kasir di dalam tafsirnya, bahwa jalan yang paling selamat mengenai hal ini, ialah jalan yang telah ditempuh oleh Ulama Salaf, yaitu mempercayai sebagaimana tercantum di dalam Alquran dan Sunah Rasul, bahwa Allah SWT. bersemayam di atas Arasy (duduk di atas takhta) hanya cara dan kaifiatnya tidak boleh disamakan dengan cara duduk yang kita ketahui, seperti halnya seorang duduk di atas kursi umpamanya. Hal itu sepenuhnya adalah termasuk wewenang Allah SWT. semata-mata, yang tidak dibenarkan sama sekali makhluk campur tangan di dalamnya.
awa lam yaraa alladziina kafaruu anna alssamaawaati waal-ardha kaanataa ratqan fafataqnaahumaa waja'alnaa mina almaa-i kulla syay-in hayyin afalaa yu/minuuna [QS 21:30]
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?
Tafsir DEPAG / Surah Al Anbiyaa' 30
أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ (30)
Dalam ayat ini Allah SWT. menyingkapkan keadaan kaum musyrikin yang tidak memperhatikan keadaan alam ini, dan tidak memperhatikan kejadiannya, padahal dari makhluk-makhluk yang ada di alam ini dapat diperoleh bukti-bukti tentang adanya Allah serta kekuasaan-Nya yang mutlak. Maka Allah menegaskan, apakah mereka itu buta, sehingga tidak dapat melihat bahwa langit dan bumi itu dulunya merupakan suatu yang pada dan tidak berpecah; kemudian Allah dengan kekuasaan-Nya yang mutlak dan dapat berbuat apa-apa yang dikehendaki-Nya memisahkan langit dan bumi itu, dan masing-masing beredar menurut garis edarnya, dan melakukan tugas tertentu, dengan sebaik-baiknya.
Dari keterangan ini dapat pula kita pahami, bahwa Alquran benar-benar merupakan mukjizat yang besar. Dan kemukjizatannya tidak hanya terletak pada gaya bahasa dan rangkuman yang indah, melainkan juga pada isi yang terkandung dalam ayat-ayatnya, yang mengungkapkan bermacam-macam ilmu pengetahuan yang tinggi nilainya, terutama mengenai alam, dengan berbagai jenis dan sifat serta kemanfaatannya masing-masing. Apalagi jika diingat bahwa Alquran telah mengemukakan semuanya itu pada abad yang keenam sesudah wafatnya Nabi Isa, di saat manusia di dunia ini masih diliputi suasana ketidak tahuan dan kesesatan. Lalu dari manakah Nabi Muhammad dapat mengetahui semuanya itu, kalau bukan dari wahyu yang diturunkan Allah kepadanya?
Perkembangan ilmu pengetahuan modern dalam berbagai bidang membenarkan dan memperkokoh apa yang telah diungkapkan oleh Alquran sejak empat belas abad yang lalu. Dengan demikian, kemajuan ilmu pengetahuan itu seharusnya mengantarkan manusia kepada keimanan terhadap apa yang diajarkan oleh Alquran, terutama keimanan tentang adanya Allah serta semua sifat-sifat kesempumaan-Nya.
Setelah menghidangkan ilmu pengetahuan tentang kejadian alam ini, yaitu langit dan bumi, selanjutnya dalam ayat ini Allah mengajarkan pula suatu prinsip ilmu pengetahuan yang lain, yaitu mengenai kepentingan fungsi air bagi kehidupan semua makhluk yang hidup di alam ini, baik manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Maka Allah berfirman: ".. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup".
Pada masa sekarang ini, tidak ada orang yang akan mengingkari pentingnya air bagi manusia, baik untuk bermacam-macam keperluan hidup manusia sendiri, maupun untuk keperluan binatang ternaknya, ataupun untuk kepentingan tanam-tanaman dan sawah ladangnya, sehingga orang melakukan bermacam -macam usaha irigasi, untuk mencari sumber air dan penyimpanan serta penyalurannya. Banyak bendungan-bendungan dibuat untuk mengumpulkan dan menyimpan air, yang kemudian disalurkan ke berbagai tempat untuk berbagai macam keperluan. Bahkan di negeri-negeri yang tidak banyak mempunyai sumber air, mereka berusaha untuk mengolah air laut menjadi air tawar, untuk mengairi sawah ladang dan memberi minum binatang ternak mereka Ringkasnya manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan tak dapat hidup tanpa air.
Manusia dan hewan sanggup bertahan hidup berhari-hari tanpa makan, asalkan ia mendapatkan minum. Akan tetapi ia takkan dapat hidup tanpa mendapatkan minum beberapa hari saja. Demikian pula halnya tumbuh-tumbuhan. Apabila ia tidak mendapatkan air, maka akar dan daunnya akan menjadi kering, dan akhirnya mati sama sekali. Di samping itu, manusia dan hewan, selain memerlukan air untuk hidupnya, ia juga berasal dari air, yang disebut "nutfah".
Dengan demikian air adalah merupakan suatu unsur yang sangat vital bagi kejadiaan dan kehidupan manusia.
Oleh sebab itu, apabila manusia sudah meyakini pentingnya air bagi kehidupannya, dan meyakini pula bahwa air tersebut adalah salah satu dari nikmat Allah SWT., maka tidak adalah alasan bagi manusia untuk tidak beriman kepada Allah serta untuk mengingkari nikmat-Nya yang tak ternilai harganya.
alam tara anna allaaha sakhkhara lakum maa fii al-ardhi waalfulka tajrii fii albahri bi-amrihi wayumsiku alssamaa-a an taqa'a 'alaa al-ardhi illaa bi-idznihi inna allaaha bialnnaasi larauufun rahiimun [QS 22:65]
Apakah kamu tiada melihat bahwasanya Allah menundukkan bagimu apa yang ada di bumi dan bahtera yang berlayar di lautan dengan perintah-Nya. Dan Dia menahan (benda-benda) langit jatuh ke bumi, melainkan dengan izin-Nya? Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada Manusia.
Tafsir DEPAG / Surah Al Hajj 65
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ سَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ وَالْفُلْكَ تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِأَمْرِهِ وَيُمْسِكُ السَّمَاءَ أَنْ تَقَعَ عَلَى الْأَرْضِ إِلَّا بِإِذْنِهِ إِنَّ اللَّهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ (65)
Di antara nikmat yang telah diberikan-Nya pula kepada hamba-Nya ialah Dia menundukkan dan memudahkan bagi manusia segala yang terkandung di dalam bumi dan segala yang ada di permukaannya, sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup dan kehidupan manusia. Manusia diberi pengetahuan dan kemampunan menanamkan dan menyuburkan tanaman, menggali barang-barang tambang yang beraneka ragam macamnya. Kemudian Allah menunjukkan cara-cara memanfaatkan semuanya itu. Allah SWT berfirman:
وسخر لكم ما في السماوات وما في الأرض جميعا منه
Artinya:
Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya". (Q.S. Al Jasiah: 13)
Sekalipun manusia telah dianugerahi Allah ilmu yang banyak yang kadang-kadang sebagian mereka telah menjadi angkuh dan sombong dengan ilmu yang dimilikinya itu, tetapi hendaklah manusia ingat bahwa ilmu yang diberikan itu, hanyalah sedikit bila dibandingkan dengan ilmu Allah yang belum diketahui manusia, tidak ada artinya sama sekali bila dibandingkan dengan ilmu Allah, sebagaimana firman Allah SWT:
ويسئلونك عن الروح قل الروح من أمر ربي وما أوتيتم من العلم إلا قليلا
Artinya:
Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah, "Roh itu termasuk urusan Tuhanmu. dan tiadalah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit (Q.S. Al Isra': 85)
Demikianlah Allah SWT menundukkan dan memudahkan penguasaan kapal dan laut kepada manusia. Dimudahkan-Nyalah kapal berlayar ke samudera, membawa manusia dan keperluan manusia ke segenap penjuru dunia. Dengan kapal itu pula manusia mencari rezeki di lautan berupa ikan, mutiara, barang tambang dan khazanah lautan berupa ikan yang tidak terhitung banyaknya.
Allah menciptakan alam semesta, yang terdiri atas ruang angkasa dan planet-planetnya yang tidak terhitung banyaknya. Semua terapung dan beredar melalui garis edar yang telah ditentukan Allah. Masing-masing planet itu mempunyai daya tarik, sehingga ia tidak jatuh berantakan, kecuali jika Allah SWT menghendaki-Nya sebagaimana firman Allah SWT:
إذا السماء انفطرت وإذا الكواكب انتثرت
Artinya:
Apabila langit terbelah. Dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan (Q.S. Al Infitar: 1-2)
Semuanya itu tidak dijadikan Allah dengan cara kebetulan saja, tetapi dengan maksud tertentu, dengan hukum-hukum dan ketentuan-ketentuan yang rapi. Dengan hukum-hukum dan ketentuan-ketentuan itu manusia dapat mengambil manfaat dari padanya, mereka dapat terbang di jagat raya, naik ke planet lain, mereka dapat meramalkan keadaan cuaca, mereka dapat bepergian dari suatu negeri. ke negeri yang lain dalam waktu yang tidak lama dan banyak lagi manfaat yang lain yang dapat mereka ambil dengan menggunakan ketentuan-ketentuan dan hukum-hukum Allah itu.
Semuanya itu menunjukkan kasih sayang Tuhan kepada manusia dan jasa yang tidak mengharapkan balasan.
alladzii khalaqa alssamaawaati waal-ardha wamaa baynahumaa fii sittati ayyaamin tsumma istawaa 'alaa al'arsyi alrrahmaanu fais-al bihi khabiiraan [QS 25:59]
Yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, kemudian dia bersemayam di atas Arsy1072, (Dialah) Yang Maha Pemurah, maka tanyakanlah (tentang Allah) kepada yang lebih mengetahui (Muhammad) tentang Dia.
*1072: Bersemayam di atas `Arsy ialah satu sifat Allah yang wajib kita imani, sesuai dengan kebesaran Allah dsan kesucian-Nya.
Tafsir DEPAG / Surah Al Furqaan 59
الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ الرَّحْمَنُ فَاسْأَلْ بِهِ خَبِيرًا (59)
Dalam ayat ini diterangkan bahwa Dialah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa. Kalimat "yaum" biasanya diartikan hari, tetapi hari di sini bukanlah hari yang lamanya dua puluh empat jam tetapi dengan arti masa.
Kemudian Dia bersemayam di atas Arasy. Bersemayam di sini maksudnya seperti tersebut pada surat Al A'raf ayat 54, ialah selain satu sifat di antara sifat-sifat yang wajib kita imani, sesuai dengan kebesaran dan kesucian-Nya. Seorang yang bertawakal kepada Allah karena meyakini bahwa Dialah Tuhan Yang Hidup Kekal, Tuhan Yang Maha Kuasa Yang menciptakan langit, bumi dan segala yang ada di antaranya dalam enam masa, niscaya akan bertambah pula tawakalnya kepada Allah, karena Tuhan yang seperti itulah yang patut semua makhluk berserah diri dan tawakal kepada-Nya. Dialah Yang Maha Pemurah, yang rahmat dan karunia-Nya amat besar kepada manusia oleh sebab itu maka hendaklah menanyakan hal itu jika dia masih belum jelas dan mantap. Maka tanyakanlah tentang itu kepada Yang Maha Mengetahui. Janganlah bertanya tentang hal itu kepada sembarangan orang mukmin yang memberi jawaban tidak memuaskan karena pengetahuannya serba terbatas, akan tetapi tanyakanlah kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Maha Mengetahui supaya sikap tawakkal dan berserah diri kepada-Nya itu bertambah kuat dan mantap lagi. Setelah Allah SWT menjelaskan betapa besar karunia dan nikmat-Nya yang dilimpahkan-Nya kepada mereka, Allah menerangkan pula sikap orang-orang kafir yang mestinya mereka bersyukur dan berterima kasih, tetapi malah sebaliknya.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Furqaan 59
الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ الرَّحْمَنُ فَاسْأَلْ بِهِ خَبِيرًا (59)
Dia adalah (Yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam hari) dari hari-hari dunia menurut perkiraan; karena pada masa itu masih belum ada matahari. Akan tetapi jika Dia menghendaki niscaya Dia dapat menciptakan kesemuanya dalam waktu sekejap saja. Sengaja Dia memakai cara ini dengan maksud untuk mengajari makhluk-Nya supaya berlaku perlahan-lahan dan tidak tergesa-gesa dalam segala hal (kemudian Dia berkuasa di atas Arasy) arti kata Arasy menurut istilah bahasa adalah singgasana raja. (yakni Allah Yang Maha Penyayang) lafal Ar-Rahmaan ini berkedudukan menjadi Badal dari Dhamir yang terkandung di dalam lafal Istawaa Makna Istawaa ialah bersemayam, karena ungkapan inilah yang sesuai dengan keagungan dan kebesaran-Nya (maka tanyakanlah) hai manusia (tentang Dia) tentang Allah Yang Maha Pemurah (kepada orang yang mengetahui.") tentang-Nya, dia akan menceritakan kepada-Mu mengenai sifat-sifat-Nya.
tabaaraka alladzii ja'ala fii alssamaa-i buruujan waja'ala fiihaa siraajan waqamaran muniiraan [QS 25:61]
Maha Suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang dan Dia menjadikan juga padanya matahari dan bulan yang bercahaya.
Tafsir DEPAG / Surah Al Furqaan 61
تَبَارَكَ الَّذِي جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوجًا وَجَعَلَ فِيهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيرًا (61)
Maha Suci Allah Yang menjadikan di langit bintang-bintang yang oleh ulama falak dahulu jumlahnya dihitung sekitar "seribu" buah dan oleh ulama falak mutakhir dengan mempergunakan alat teropong telescoop sekitar dua ratus juta dan masih bertambah pula dengan penemuan-penemuan baru. Allah menjadikan pula padanya matahari yang bersinar terang dan bulan yang bercahaya. Adapun manazil atau tempat persinggahan bulan semuanya ada 12, yaitu: Hamal (Aries), Taur (Taurus), Jauza (Gemini), Saratan (Cancer), Asad (Leo), Sumbulah (Virgo), Mizan (Libra), Aqrab (Scorpio), Qaus (Sagitarius), Jady (Capricornus), Dalwu (Aquarius), dan Hut (Pices).
Tafsir Jalalain / Surah Al Furqaan 61
تَبَارَكَ الَّذِي جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوجًا وَجَعَلَ فِيهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيرًا (61)
(Maha Suci) yakni Maha Agung (Allah yang telah menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang) yang ada dua belas, yaitu: Aries, Taurus, Gemini, Cancer, Leo, Virgo, Libra, Scorpio, Sagitarius, Capricornus, Aquarius dan Pisces. Gugusan-gugusan tersebut merupakan garis edar dari tujuh planet yang beredar, yaitu planet Mars mempunyai Aries dan Scorpio, Gemini dan Virgo, planet Bulan mempunyai Cancer, planet Matahari mempunyai Leo, planet Yupiter mempunyai Sagitarius dan Pisces, planet Uranus mempunyai Capricornus dan Aquarius (dan Dia menjadikan padanya) juga (lampu) yakni matahari (dan bulan yang bercahaya) menurut suatu qiraat lafal Siraajan dibaca Suruujan dengan ungkapan jamak. Arti Muniiran adalah Nayyiraatin yakni yang bercahaya. Sengaja di sini hanya disebutkan bulan di antara planet-planet tersebut karena mengingat keutamaan yang dimilikinya.
allaahu alladzii khalaqa alssamaawaati waal-ardha wamaa baynahumaa fii sittati ayyaamin tsumma istawaa 'alaa al'arsyi maa lakum min duunihi min waliyyin walaa syafii'in afalaa tatadzakkaruuna [QS 32:4]
Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arsy1189. Tidak ada bagi kamu selain dari pada-Nya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa´at1190. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?
*1189: Bersemayam di atas `Arsy ialah satu sifat Allah yang wajib kita imani, sesuai dengan kebesaran Allah dsan kesucian-Nya.
*1190: Syafa`at: usaha perantaraan dalam memberikan sesuatu manfaat bagi orang lain atau mengelakkan sesuatu mudharat bagi orang lain. syafa`at yang tidak diterima di sisi Allah adalah syafa`at bagi orang-orang kafir.
Tafsir DEPAG / Surah As Sajdah 4
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ مَا لَكُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا شَفِيعٍ أَفَلَا تَتَذَكَّرُونَ (4)
Ayat ini menerangkan bahwa Tuhan yang telah menurunkan Alquran kepada Muhammad saw itu adalah Tuhan Pencipta langit dan bumi dan segala sesuatu yang ada di antara keduanya dalam enam masa. Yang dimaksud dengan enam masa dalam ayat ini bukanlah hari (masa) yang dikenal seperti sekarang ini, tetapi adalah hari sebelum adanya langit dan bumi. Hari pada waktu sekarang ini adalah setelah adanya langit dan bumi serta telah adanya peredaran bumi mengelilingi matahari dan sebagainya.
Setelah Allah menciptakan langit dan bumi, maka Dia pun bersemayam di atas Arasy, sesuai dengan kekuasaan dan kebesaran-Nya".
Allah SWT menegaskan bahwa tidak seorangpun yang dapat mengurus segala urusannya, menolak bahaya, malapetaka dan siksa. Dan tidak seorangpun yang dapat memberi syafaat ketika azab menimpanya, kecuali Allah semata, karena Dialah Yang Maha Kuasa menentukan segala sesuatu.
Kemudian Allah SWT memperingatkan: "Apakah kamu hai manusia tidak dapat mengambil pelajaran dan memikirkan apa yang selalu kamu lihat itu? Kenapa kamu masih juga menyembah selain Allah?
quli ud'uu alladziina za'amtum min duuni allaahi laa yamlikuuna mitsqaala dzarratin fii alssamaawaati walaa fii al-ardhi wamaa lahum fiihimaa min syirkin wamaa lahu minhum min zhahiirin [QS 34:22]
Katakanlah: "Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai tuhan) selain Allah, mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat zarrahpun di langit dan di bumi, dan mereka tidak mempunyai suatu sahampun dalam (penciptaan) langit dan bumi dan sekali-kali tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya.
Tafsir DEPAG / Surah Saba' 22
قُلِ ادْعُوا الَّذِينَ زَعَمْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَا يَمْلِكُونَ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ وَمَا لَهُمْ فِيهِمَا مِنْ شِرْكٍ وَمَا لَهُ مِنْهُمْ مِنْ ظَهِيرٍ (22)
Pada ayat ini Allah menyuruh Muhammad saw supaya menantang kaum musyrikin Mekah, kalau benar-benar berhala-berhala sembahan-sembahan mereka mempunyai kekuasaan walaupun sedikit cobalah mereka buktikan hal itu dengan memberikan sedikit contoh tentang apa yang lelah diciptakan atau yang mereka miliki. Atau apakah berhala itu dapat memberikan pertolongan kepada mereka atau menolak bahaya yang mengancam mereka. Tentu saja mereka tidak dapat memberikan bukti-bukti seperti itu, karena tidak mungkin benda mati yang mereka bikin dengan tangan mereka sendiri akan dapat membuat sesuatu atau dapat menolong serta menolak kemudaratan dari mereka. Oleh sebab itu Allah menegaskan bahwa berhala-berhala itu tidak memiliki kekuasaan sedikitpun (walau sebesar zarah sekalipun) terhadap langit, bumi dan apa yang terdapat dalam keduanya, dan tidak ada kemampuan sama sekali untuk menolong mereka. Bagaimanakah mereka sampai menyembahnya kalau mereka mempergunakan akal pikiran mereka. Dalam ayat lain Allah menegaskan pula hal ini dengan firman-Nya:
والذين تدعون من دونه ما يملكون من قطمير
Artinya:
Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari. (Q.S. Fatir: 13)
Mereka tidak memiliki sesuatu apapun baik secara sendiri maupun secara berserikat dengan yang lain dan tidak ada suatupun yang bekerja sama dengan mereka dalam menciptakan atau memiliki sesuatu. Hal ini adalah fakta dan kenyataan yang kita lihat di dunia.
walaa tanfa'u alsysyafaa'atu 'indahu illaa liman adzina lahu hattaa idzaa fuzzi'a 'an quluubihim qaaluu maatsaa qaala rabbukum qaaluu alhaqqa wahuwa al'aliyyu alkabiiru [QS 34:23]
Dan tiadalah berguna syafa'at di sisi Allah melainkan bagi orang yang telah diizinkan-Nya memperoleh syafa'at itu, sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka, mereka berkata "Apa- kah yang telah difirmankan oleh Tuhan-mu?" Mereka menjawab: (Perkataan) yang benar", dan Dia-lah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar1241)
*1241: Ayat ini menerangkan bahwa pemberian syafa`at hanya dapat Berlaku dengan izin tuhan. orang-orang yang akan diberi izin memberi syafa`at dan orang-orang yang akan mendapat syafa`at merasa takut dan harap-harap cemas atas izin tuhan. tatkala takut dihilangkan dari hati mereka, orang-orang yang akan mendapat syafa`at bertanya kepada orang-orang yang diberi Syafa`at: apa yang dikatakan oleh Tuhanmu?. mereka menjawab: Perkataan yang benar, Yaitu Tuhan mengizinkan memberi syafa`at kepada orang-orang yang disukai-Nya Yaitu orang-orang mukmin.
Tafsir DEPAG / Surah Saba' 23
وَلَا تَنْفَعُ الشَّفَاعَةُ عِنْدَهُ إِلَّا لِمَنْ أَذِنَ لَهُ حَتَّى إِذَا فُزِّعَ عَنْ قُلُوبِهِمْ قَالُوا مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ قَالُوا الْحَقَّ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ (23)
Di akhirat nanti berhala-berhala itu tidak dapat menolong atau melepaskan mereka dari bahaya dan kesulitan, dan tidak mungkin memberi syafaat karena pada hari itu tidak ada Seorangpun yang dapat memberi syafaat kecuali dengan izin Allah SWT. Apakah mungkin Allah akan mengizinkan kepada berhala-berhala yang menjadi sebab bagi kesesatan dan keingkaran hamba-Nya untuk memberi syafaat? Syafaat tidak akan diberikan Allah kecuali kepada Nabi-nabi, malaikat dan kepada hamba-hamba-Nya yang dianggap-Nya berhak untuk diberi syafaat. Pada hari itu hamba-hamba Allah menunggu dengan perasaan gelisah dan tidak sabar, siapakah di antara hamba-hamba Allah yang akan diizinkan-Nya untuk memberi syafaat demikian pula hamba-hamba Nya yang akan mendapat syafaat. Ketika itu mereka berdiam semuanya karena ketakutan telah hilang dari hati mereka dan Allah akan memberi ketetapan-Nya-Mereka berharap-harap menunggu dan bertanya-tanya antara sesama mereka apa yang difirmankan Tuhan? Maka semua menjawab: "Yang difirmankan Allah ialah perkataan yang benar yaitu syafaat-Nya akan diberikan kepada siapa yang diridai-Nya karena Dia Maha Tinggi dan Maha Besar. Di waktu itu sadarlah orang-orang kafir bahwa mereka tidak akan mendapat syafaat dan tahulah mereka bahwa nasib apa yang harus mereka alami.
waalsysyamsu tajrii limustaqarrin lahaa dzaalika taqdiiru al'aziizi al'aliimi [QS 36:38]
dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
Tafsir DEPAG / Surah Yaa siin 38
وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَهَا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ (38)
Allah SWT menjelaskan dalam ayat ini bukti yang lain tentang kekuasaan Nya, ialah peredaran matahari, yang bergerak pada garis edarnya yang tertentu, dengan tertib, menurut ketentuan yang telah ditetapkan Allah. Sedikitpun ia tak menyimpang dari garis yang telah ditentukan itu. Andai kata ia menyimpang seujung rambutpun, niscaya akan terjadilah tabrakan dengan benda-benda langit lainnya, dan tak dapat kita ramalkan apa yang akan terjadi karenanya.
Dilihat sepintas lalu, orang akan menerima bahwa hanya mataharilah yang bergerak, sedang bumi tetap pada tempatnya. Di pagi hari, matahari terlihat di sebelah timur, sedang pada sorenya ia telah berada di barat. Akan tetapi ilmu falak mengatakan, bahwa matahari berjalan sambil berputar pada sumbunya, sedang bumi berada di depannya, juga berjalan sambil berputar pada sumbunya, dan beredar mengelilingi matahari.
Ternyata apa yang ditetapkan oleh ilmu falak sama persis dengan apa yang telah diterangkan dalam ayat tersebut. Oleh sebab itu, tidaklah mustahil jika dikatakan bahwa semakin tinggi kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi manusia, semakin tersingkap pulalah kebenaran-kebenaran yang telah dikemukakan Alquran sejak empat belas abad yang lalu. Allahu Akbar. Allah Malta Besar kekuasaannya.
Tafsir Jalalain / Surah Yaa siin 38
وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَهَا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ (38)
(Dan matahari berjalan) ayat ini dan seterusnya merupakan bagian daripada ayat Wa-aayatul Lahum, atau merupakan ayat yang menyendiri, yakni tidak terikat oleh ayat sebelumnya demikian pula ayat Wal Qamara, pada ayat selanjutnya (di tempat peredarannya) tidak akan menyimpang dari garis edarnya. (Demikianlah) beredarnya matahari itu (ketetapan Yang Maha Perkasa) di dalam kerajaan-Nya (lagi Maha Mengetahui) tentang makhluk-Nya.
innaa zayyannaa alssamaa-a alddunyaa biziinatin alkawaakibi [QS 37:6]
Sesungguhnya Kami telah menghias langit yang terdekat dengan hiasan, yaitu bintang-bintang,
Tafsir DEPAG / Surah Ash Shaaffaat 6
إِنَّا زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِزِينَةٍ الْكَوَاكِبِ (6)
Selanjutnya dalam ayat ini Allah menambahkan lagi bukti-bukti tentang kekuasaan-Nya, yaitu bahwa Dia telah menghias langit dengan planet-planet yang demikian indah. Barangsiapa memandang langit di waktu malam yang cerah dan penuh bintang, serta bulan yang bersinar lemah, pastilah merasa sangat takjub dan dari mulutnya akan terlahir ucapan "Allahu Akbar", Allah Maha Besar.
innamaa amruhu idzaa araada syay-an an yaquula lahu kun fayakuunu [QS 36:82]
Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia.
Tafsir DEPAG / Surah Yaa siin 82
إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ (82)
Pada ayat ini Allah menerangkan betapa mudah bagi Nya menciptakan sesuatu. Apabila Ia menghendaki untuk menciptakan sesuatu makhluk, cukuplah Allah berfirman: "Jadilah", maka dengan serta merta terwujudlah makhluk itu.
Mengingat kekuasaan Nya yang demikian besar, maka adanya hari berbangkit itu, di mana manusia dihidupkan Nya kembali sesudah terjadinya kehancuran di Hari Kiamat, bukanlah suatu hal yang mustahil, dan tidak patut diingkari.
qul a-innakum latakfuruuna bialladzii khalaqa al-ardha fii yawmayni wataj'aluuna lahu andaadan dzaalika rabbu al'aalamiina [QS 41:9]
Katakanlah: "Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam".
Tafsir DEPAG / Surah Fush shilat 9
قُلْ أَئِنَّكُمْ لَتَكْفُرُونَ بِالَّذِي خَلَقَ الْأَرْضَ فِي يَوْمَيْنِ وَتَجْعَلُونَ لَهُ أَنْدَادًا ذَلِكَ رَبُّ الْعَالَمِينَ (9)
Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw agar mengatakan kepada orang-orang musyrik Mekah: "Kenapa kamu sekalian mengingkari Allah yang telah menciptakan bumi dalam dua hari. Kenapa kamu menyembah tuhan-tuhan yang lain di samping menyembah Allah?. Pada hal Allah Maha Suci dari segala sesuatu.
Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa yang dimaksud dengan menjadikan bumi dalam ayat ini ialah menciptakan wujudnya dan yang dimaksud dengan "hari" dalam ayat ini ialah waktu, karena hari dan malam belum ada di waktu langit dan bumi diadakan.
Pertanyaan yang disampaikan kepada orang-orang musyrik dalam ayat ini, bukanlah maksudnya untuk bertanya, tetapi untuk mencela perbuatan mereka menyembah berhala. Seakan-akan dikatakan kepada mereka: "Bukankah mereka telah mengetahui dengan pasti bahwa berhala-berhala yang meteka sembah itu terbuat dari batu yang tidak dapat berbuat sesuatupun, bahkan berhala itu mereka sendiri yang membuatnya, mengapa mereka sembah yang demikian itu. Jika mereka mau menghambakan diri, maka hambakanlah kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa dan yang menentukan segala sesuatu.
Tuhan yang berhak mereka sembah ialah Tuhan yang menciptakan. menguasai, mengatur, memelihara kelangsungan adanya dan yang menentukan akhir kesudahan semesta alam ini, bukan berhala yang mereka sembah itu.
waja'ala fiihaa rawaasiya min fawqihaa wabaaraka fiihaa waqaddara fiihaa aqwaatahaa fii arba'ati ayyaamin sawaa-an lilssaa-iliina [QS 41:10]
Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya.
Tafsir DEPAG / Surah Fush shilat 10
وَجَعَلَ فِيهَا رَوَاسِيَ مِنْ فَوْقِهَا وَبَارَكَ فِيهَا وَقَدَّرَ فِيهَا أَقْوَاتَهَا فِي أَرْبَعَةِ أَيَّامٍ سَوَاءً لِلسَّائِلِينَ (10)
Pada ayat ini diterangkan kebagusan penciptaan dan hukum-hukum yang berlaku pada bumi yang diciptakan Nya itu. Dia telah menjadikan gunung-gunung di permukaan bumi, ada yang tinggi ada yang sedang ada yang merupakan dataran tinggi saja, ada yang berapi dan ada pula gunung itu merupakan pasak atau paku bumi. Dengan adanya gunung, permukaan bumi menjadi indah, ada yang tinggi dan ada yang rendah. Tumbuh-tumbuhan pegunungan pun berbeda dengan tumbuh-tumbuhan yang ada di dataran rendah demikian pula binatang-binatangnya. Dengan adanya gunung-gunung, maka ada pula sungai-sungai yang mengalir dari dataran tinggi ke dataran rendah, dan akhirnya bermuara ke laut, seakan-akan gunung itu merupakan tempat penyimpanan air, yang terus menerus mengalir memenuhi keperluan manusia.
Jika di permukaan bumi ini tidak ada gunung-gunung yang menghijau, bukit-bukit yang berbaris, lembah dan jurang yang dialiri sungai-sungai, padang rumput dan padang pasir, tentulah keadaan bumi ini lain dari keadaan yang sekarang ini. Betapa hambarnya hidup di dunia seandainya bumi ini merupakan dataran yang datar terhampar saja, sesayup-sayup mata memandang, hanya terdapat dataran yang luas saja, tidak bervariasi, tidak ada tanaman dan binatang yang beraneka ragam.
Selanjutnya Allah SWT menerangkan bahwa Dia menciptakan bumi ini sebagai tempat yang penuh keberkatan bagi manusia, penuh dengan kebagusan dan keindahan, dilengkapi dengan segala macam yang diperlukan manusia untuk kelangsungan hidupnya dan keperluan makhluk-makhluk lain. Sejak dari udara yang dihisap setiap saat, makanan-makanan yang diperlukan, tempat-tempat yang sejuk dan nyaman, lautan yang luas dapat dilayari, barang tambang yang terpendam di dalam tanah dan banyak lagi nikmat yang lain yang disediakan Nya yang tidak terhitung macam dan jumlahnya.
Dia pula yang telah menentukan ukuran dan kadar segala sesuatu. Mengadakan makanan pengenyang yang sesuai dengan keadaan binatang atau manusia yang memerlukannya. Untuk manusia disediakan Nya padi, gandum dan sebagainya. Untuk binatang ternak disediakan Nya rumput dan sebagainya. Betapa banyak jumlah manusia, berapa banyak ikan di laut, burung yang beterbangan. binatang-binatang yang hidup di dalam rimba semuanya disediakan Allah rezeki dan keperluan hidupnya, sesuai dengan keadaan masing-masing.
Allah SWT menerangkan bahwa menciptakan bumi dan gunung-gunung yang ada padanya itu ialah dalam dua masa dan menciptakan keperluan-keperluan, makanan dan sebagainya itu dua masa pula. Semuanya dilakukan dalam empat masa. Dalam waktu empat masa itu terciptalah semuanya dan dasar-dasar dari segala sesuatu yang ada di alam ini, sesuai dengan masa dan keadaan dalam perkembangan selanjutnya.
tsumma istawaa ilaa alssamaa-i wahiya dukhaanun faqaala lahaa walil-ardhi i/tiyaa thaw'an aw karhan qaalataa ataynaa thaa-i'iina [QS 41:11]
Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". Keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati".
Tafsir DEPAG / Surah Fush shilat 11
ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلْأَرْضِ ائْتِيَا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا قَالَتَا أَتَيْنَا طَائِعِينَ (11)
Setelah penciptaan bumi pada ayat yang lalu, maka pada ayat ini Allah SWT menerangkan keadaan langit. Setelah Allah menciptakan bumi Dia menuju ke langit, waktu itu langit berupa asap.
Bagaimana keadaan asap itu dan bagaimana hakikatnya, hanya Allah sajalah yang mengetahui Nya, sekalipun ada yang mencoba menerangkan keadaan asap yang dimaksud, baik yang dikemukakan oleh pendeta-pendeta Yahudi, maupun oleh para ahli yang telah mencoba menyelidikinya, namun belum ada keterangan yang pasti yang menerangkan keadaan dan hakikat asap itu.
Dalam ayat ini, seolah-olah Allah menerangkan bahwa bumi lebih dahulu diciptakan Nya dari langit, barulah Dia menciptakan langit dengan segala isinya, termasuk di dalamnya matahari, bulan dan bintang-bintang yang lain. Tentang pada ayat yang lain diterangkan bahwa Allah menciptakan langit lebih dahulu dari menciptakan bumi. Karena itu ada sebagian mufassir yang mencoba mengkompromikan kedua ayat ini. Menurut mereka bahwa dalam merencanakan, maka Allah SWT lebih dahulu merencanakan bumi dengan segala isinya. Tetapi dalam pelaksanaanya, maka Allah SWT menciptakan langit dengan segala isinya lebih dahulu, kemudian sesudah itu baru menciptakan bumi dengan segala isinya.
Setelah Allah selesai menciptakan langit dan bumi beserta segala isinya, maka Dia memerintahkan kepada keduanya, "Datanglah kamu berdua kepada Ku, baik dalam keadaan senang hati maupun terpaksa" Maka langit dan bumi itu menjawab: "Kami akan datang dengan tunduk dan patuh". Kemudian Allah bertitah kepada alam langit: "Perhatikanlah sinar mataharimu, cahaya bulanmu, cahaya gemerlapan dari bintang-bintang, hembuskanlah anginmu, edarkanlah awanmu, sehingga dapat menurunkan hujan". Dan Dia berkata pula kepada bumi: "Alirkanlah sungai-sungaimu, tumbuhkanlah tanaman-tanaman dan pohon-pohonanmu". Maka keduanya menjawab: "Kami penuhi segala perintah Mu dengan patuh dan taat".
Sebagian ahli tafsir menafsirkan "Datanglah kamu keduanya menurut perintah Ku dengan suka hati atau terpaksa" dengan "Jadilah kamu keduanya menurut Sunah Ku yang telah Aku tetapkan, jangan menyimpang sedikitpun dari ketentuan-Ku itu, ikutilah proses-proses kejadianmu sesuai dengan waktu yang telah ditentukan". Dengan perkataan lain dapat dikatakan bahwa Tuhan memerintahkan kepada langit dan bumi untuk meyempurnakan kejadiannya sesuai dengan ketetapan yang telah ditentukan, seperti bumi akan tercipta pada saatnya, demikian pula gunung-gunung, air, udara, binatang-binatang, manusia, tumbuh-tumbuhan dan tanam-tanaman. Semuanya akan terjadi pada waktu yang ditentukan Nya, tidak ada sesuatu pun yang menyimpang dari ketentuan Nya itu.
Dari ayat ini dapat dipahami bahwa kejadian langit dan bumi itu, mulai dari terjadinya sampai kepada bentuk yang ada sekarang melalui proses-proses tertentu, sesuai dengan Sunah Allah. Segala sesuatu yang ada di bumi dan di langit akan ada pada waktunya, dan akan hilang atau musnah pada waktunya pula, sesuai dengan keadaan langit dan bumi pada waktu itu. Seperti kehidupan akan ada di bumi setelah ada air dan sebagainya.
faqadaahunna sab'a samaawaatin fii yawmayni wa-awhaa fii kulli samaa-in amrahaa wazayyannaa alssamaa-a alddunyaa bimashaabiiha wahifzhan dzaalika taqdiiru al'aziizi al'aliimi [QS 41:12]
Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
Tafsir DEPAG / Surah Fush shilat 12
فَقَضَاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ فِي يَوْمَيْنِ وَأَوْحَى فِي كُلِّ سَمَاءٍ أَمْرَهَا وَزَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَحِفْظًا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ (12)
Setelah Allah SWT menciptakan langit dan bumi, seperti yang diterangkan pada ayat yang lain, maka pada ayat ini diterangkan keadaan keduanya setelah penciptaan itu.
Diterangkan bahwa Allah menyempurnakan kejadian langit itu dengan menjadikan tujuh langit dalam dua masa: dengan demikian, lamanya Allah SWT merencanakan penciptaan langit dan bumi ialah selama enam masa.
Diterangkan bahwa menghiasi langit dengan bintang-bintang yang gemerlapan, ada bintang yang bercahaya sendiri dan ada pula yang menerima pantulan cahaya dari planet yang lain. Karena itu terlihat cahaya bintang-bintang itu tidak sama, ketidaksamaan cahaya bintang-bintang itu menimbulkan keindahan yang tiada taranya.
Dan Allah menjadikan pada tiap-tiap langit sesuatu yang diperlukan oleh tiap-tiap langit itu, sesuai dengan hikmah dan Sunatullah. Seperti mengadakan daya tarik pada tiap-tiap planet dan menjadikannya berjalan pada garis edarnya, sehingga dengan demikian planet-planet itu tidak akan jatuh dan berbenturan antara yang satu dengan yang lain. Untuk masing-masing planet itu ditetapkan tugas-tugas tertentu, sesuai dengan keadaan dan terjadinya, seperti tugas bulan tidak sama dengan tugas matahari, karena kejadian keduanya berlainan pula.
Semua yang diterangkan itu merupakan ciptaan Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, yang harus tunduk kepada ketetapan Nya. Tidak ada satupun dari yang diciptakan Nya yang menyimpang dari ketetapan Nya itu. Dia mengetahui keadaan makhluk yang diciptakan Nya itu, baik yang halus maupun yang kasar, baik yang nyata maupun yang tersembunyi.
Tafsir Jalalain / Surah Fush shilat 12
فَقَضَاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ فِي يَوْمَيْنِ وَأَوْحَى فِي كُلِّ سَمَاءٍ أَمْرَهَا وَزَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَحِفْظًا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ (12)
(Maka Dia menjadikannya) dhamir yang ada pada lafal ayat ini kembali kepada lafal As-Samaa atau langit, karena memandang dari segi maknanya (tujuh langit dalam dua hari) yakni hari Kamis dan hari Jumat, Dia telah selesai dari menciptakan langit pada saat-saat terakhir dari hari tersebut. Dan pada hari itu juga diciptakan Nabi Adam, oleh karena itu maka di sini tidak dikatakan Fasawwaahunna tetapi Faqadhaahunna. Dan sesuai dengan makna ayat ini yaitu ayat-ayat tentang penciptaan langit dan bumi dalam enam hari (dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya) yang telah Dia perintahkan kepada penduduk yang ada di dalamnya, yaitu taat dan beribadah kepada-Nya. (Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan pelita-pelita) yakni bintang-bintang yang cemerlang (dan Kami memeliharanya) dinashabkan oleh Fi'ilnya yang keberadaannya diperkirakan, Kami menjaganya dengan meteor-meteor dari setan yang mau mencuri-curi pembicaraan para malaikat. (Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa) di dalam kerajaan-Nya (lagi Maha Mengetahui) makhluk-Nya.
waalssamaa-a banaynaahaa bi-aydin wa-innaa lamuusi'uuna [QS 51:47]
Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa
Tafsir DEPAG / Surah Adz Dzaariyaat 47
وَالسَّمَاءَ بَنَيْنَاهَا بِأَيْدٍ وَإِنَّا لَمُوسِعُونَ (47)
Ayat ini menerangkan bahwa Allah SWT telah menciptakan langit dengan bentuk yang indah yang menyatakan keagungan kekuasaan-Nya; diangkatnya langit di atas dengan kekuatannya, dijadikan laksana atap yang tinggi dan kokoh. Dan Allah SWT kuasa atas semua itu, Ia tidak pernah telah atau lesu dan tidak pernah pula merasa letih. Secara tidak langsung ayat ini, menyanggah ucapan orang-orang Yahudi yang mengatakan bahwa Allah SWT menjadikan langit dan bumi selama 6 (enam) hari, namun pada hari ketujuh Allah beristirahat dan berbaring di 'Arasy-Nya karena letih.
'inda sidrati almuntahaa [QS 53:14]
(yaitu) di Sidratil Muntaha1431
*1431: Sidratul Muntaha adalah tempat yang paling tinggi, di atas langit ke-7, yang telah dikunjungi Nabi ketika mi`raj.
'indahaa jannatu alma/waa [QS 53:15]
Di dekatnya ada surga tempat tinggal,
Tafsir DEPAG / Surah An Najm 15
عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَى (15)
Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa di tempat itulah (di dekat Sidratil Muntaha) letak Surga. Ia merupakan tempat tinggal bagi orang-orang yang takwa dan orang-orang yang mati syahid.
idz yaghsyaa alssidrata maa yaghsyaa [QS 53:16]
(Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya.
Tafsir DEPAG / Surah An Najm 16
إِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشَى (16)
Selanjutnya dalam ayat ini Allah SWT menerangkan bahwasanya Muhammad saw melihat Jibril as di Sidratil Muntaha itu ketika Sidratil Muntaha tertutup oleh suasana yang menandakan kebesaran Allah SWT berupa sinar-sinar yang indah dan malaikat-malaikat.
Alquran tidak menerangkan dengan jelas. Bagi kita cukuplah penjelasan yang sedemikian, tidak menambahinya atau menguranginya bila tidak ada dalil yang jelas menerangkannya. Seandainya ada manfaatnya untuk dijelaskan niscaya hal itu dijelaskan oleh Allah SWT.
Tafsir Jalalain / Surah An Najm 16
إِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشَى (16)
(Ketika) sewaktu (Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya) yaitu oleh burung-burung dan lain-lainnya. Lafal Idz menjadi Ma'mul dari lafal Ra-aahu.
huwa alladzii khalaqa alssamaawaati waal-ardha fii sittati ayyaamin tsumma istawaa 'alaa al'arsyi ya'lamu maa yaliju fii al-ardhi wamaa yakhruju minhaa wamaa yanzilu mina alssamaa-i wamaa ya'ruju fiihaa wahuwa ma'akum ayna maa kuntum waallaahu bimaa ta'maluuna bashiirun [QS 57:4]
Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: Kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy1454. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya1455. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
*1454: Bersemayam di atas `Arsy ialah satu sifat Allah yang wajib kita imani, sesuai dengan kebesaran Allah dsan kesucian-Nya.
*1455: Yang dimaksud dengan yang naik kepada-Nya antara lain amal-amal dan do'a-do'a hamba.
Tafsir DEPAG / Surah Al Hadiid 4
هُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِي الْأَرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمَا يَنْزِلُ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ (4)
Pada ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa Dia menciptakan langit dan bumi beserta semua yang terdapat pada keduanya. Dialah yang mengaturnya dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditentukan Nya dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas arasy yang sesuai dengan kebesaran dan kesucian-Nya. Dari sanalah diatur Nya seluruh kerajaan Nya dengan hikmah kebijaksanaan. Dianugerahkan Nya kepada sebahagian hamba-hamba Nya petunjuk-petunjuk yang dapat membawa mereka kepada jalan yang sempurna untuk mengabdi dan bersyukur kepada-Nya sehingga mereka dapat hidup bahagia di dunia dan di akhirat.
Dia mengetahui semua makhluk Nya yang masuk ke dalam bumi, tidak ada sesuatu pun yang luput dari pengetahuan Nya dan Dia pun mengetahui apa-apa yang keluar dari bumi, yang berupa tumbuh-tumbuhan, tanam-tanaman dan buah-buahan serta benda yang berupa mas, perak, minyak bumi dan lain-lain sebagainya. Dalam ayat yang lain yang bersamaan maksudnya Allah berfirman:
وعنده مفاتح الغيب لا يعلمها إلا هو ويعلم ما في البر والبحر وما تسقط من ورقة إلا يعلمها ولا حبة في ظلمات الأرض ولا رطب ولا يابس إلا في كتاب مبين
Artinya:
"Dan pada sisi Allahlah kunci-kunci semua yang gaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lohmahfuz)".
(Q.S. Al-An'am: 59)
Dia mengetahui apa yang turun dari langit seperti hujan, malaikat dan banyak yang naik ke langit seperti uap dan amal perbuatan yang baik, sebagaimana firman Allah dalam ayat berikut ini:
من كان يريد العزة فلله العزة جميعا إليه يصعد الكلام الطيب والعمل الصالح يرفعه والذين يمكرون السيئات لهم عذاب شديد ومكر أولئك هو يبور
Artinya:
"Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allahlah kemuliaan itu semuanya. Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan Nya. Dan orang-orang yang merencanakan kejahatan bagi mereka azab yang keras, dan rencana jahat mereka akan hancur".
(Q.S. Fathir: 10)
Dia bersamamu dan melihat segala perbuatanmu di mana pun kamu berada dan Dia mengawasimu, mendengar perkataanmu, mengetahui apa-apa yang kamu sembunyikan dan tergerak dalam hatimu, sebagaimana firman Allah dalam ayat berikut ini:
سواء منكم من أسر القول ومن جهر به ومن هو مستخف بالليل وسارب بالنهار
Artinya:
Sama saja (bagi Tuhan), siapa di antaramu yang merahasiakan ucapannya dan siapa yang berterus terang dengan ucapan itu dan siapa yang bersembunyi di malam hari dan berjalan (menampakkan diri) di siang hari.
(Q.S. Ar Ra'd: 10)
Rasulullah telah berkata dengan Jibril tatkala beliau ditanya tentang apakah "Al Ihsan" itu, bahwa Al Ihsan itu adalah menyembah Allah seolah-olah kamu melihat Nya dan apabila kamu tidak melihat Nya maka sesungguhnya Ia melihatmu dan segala perbuatanmu.
walaqad zayyannaa alssamaa-a alddunyaa bimashaabiiha waja'alnaahaa rujuuman lilsysyayaathiini wa-a'tadnaa lahum 'adzaaba alssa'iiri [QS 67:5]
Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang, dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar syaitan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala.
Tafsir DEPAG / Surah Al Mulk 5
وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا لِلشَّيَاطِينِ وَأَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ السَّعِيرِ (5)
Setelah Allah SWT menyatakan bahwa tidak terdapat kekurangan sedikit pun dalam ciptaan-Nya, Dia menegaskan bahwa Dia-lah Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Agung, dengan mengatakan: "Allah SWT telah menghias langit yang terdekat ke bumi dengan matahari yang bersinar terang pada siang hari, bulan dan bintang-bintang yang bersinar pada malam hari, yang dapat dilihat oleh manusia setiap datangnya siang dan malam. Langit yang berhiaskan dengan matahari, bulan dan bintang-bintang yang bersinar itu terlihat oleh manusia seakan-akan rumah yang berhiaskan lampu-lampu yang gemerlapan di malam hari; menyenangkan hati orang yang memandangnya". Perumpamaan yang dikemukakan ayat di atas merupakan perumpamaan yang indah dan langsung mengenai sasarannya, yaitu alam semesta ini diumpamakan seperti rumah. Rumah merupakan tempat tinggal manusia, tempat mereka berlindung dari terik matahari dan tempat berteduh di waktu hujan, tempat mereka bersenang-senang dan beristirahat, tempat mereka membesarkan anak-anak mereka dan sebagainya. Demikianlah alam ini diciptakan Allah untuk kepentingan manusia pula.
Bintang-bintang itu di samping menghiasi langit, juga dapat menimbulkan nyala api yang dapat digunakan untuk melempari setan yang terkutuk yang mendengar-dengar pembicaraan penduduk langit.
Sebagian ulama ada yang menafsirkan ayat ini sebagai berikut: "Allah SWT menciptakan bintang-bintang sebagai hiasan dunia dan untuk menimbulkan rezeki bagi manusia, yaitu dengan adanya siang dan malam dengan segala macam manfaatnya yang dapat diperoleh darinya Rezeki yang diperoleh manusia karena adanya siang dan malam itu, ada yang menjadi sebab timbulnya kebaikan dan ada pula yang menjadi sebab timbulnya kejahatan yang dapat mengobarkan hawa nafsu jahat.
Berkata Qatadah, "Allah SWT menciptakan bintang-bintang itu mempunyai tiga tujuan, yaitu untuk menghiasi langit, untuk melempar setan dan untuk menjadi petunjuk dan alamat bagi para musafir yang sedang berada dalam perjalanan, baik di darat, di laut maupun di ruang angkasa ang maha luas ini barangkali Qatadah menerangkan di antara tujuan Allah menciptakan bintang-bintang yang ia ketahui, karena banyak lagi tujuan yang lain, baik yang telah diketahui maupun yang belum diketahui oleh manusia Allah SWT. Maha luas pengetahuan-Nya lagi Maha Bijaksana
Demikianlah Allah SWT menciptakan bintang-bintang yang menghiasi cakrawala yang tidak terhitung banyaknya, yang dapat dimanfaatkan manusia sesuai dengan keinginannya yang hendak dicapainya. Jika keinginan yang hendak dicapainya itu adalah keinginan yang sesuai dengan keridaan Allah, tentulah Allah akan melapangkan jalan bagi tercapainya keinginan itu dan memberinya pahala yang berlipat ganda. Sebaliknya jika keinginan yang hendak dicapai itu adalah keinginan yang berlawanan dengan keridaan Allah maka bagi mereka disediakan azab yang pedih.
a-antum asyaddu khalqan ami alssamaau banaahaa [QS 79:27]
Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah membinanya,
Tafsir DEPAG / Surah An Naazi'aat 27
أَأَنْتُمْ أَشَدُّ خَلْقًا أَمِ السَّمَاءُ بَنَاهَا (27)
Dalam ayat ini Allah mengemukakan pertanyaan untuk dijadikan bahan perbandingan, "Apakah kamu (manusia) yang lebih sulit penciptaannya ataukah menciptakan langit?". Dalam menjawab pertanyaan ini manusia sebaiknya menyadari bahwa sejak kelahiran badannya yang selalu dalam keadaan lemah, tidak memiliki kemanfaatan atau kemudaratan, tidak menguasai hidup dan mati. Bukankah yang demikian itu lebih ringan daripada menciptakan langit dan benda-benda yang berada di angkasa? Hal yang demikian itu disebut dalam firman Allah:
لخلق السموات والأرض أكبر من خلق الناس ولكن أكثر الناس لا يعلمون
Artinya:
Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
(Q.S. Al-Mu'minun: 57)
rafa'a samkahaa fasawwaahaa [QS 79:28]
Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya,
Tafsir DEPAG / Surah An Naazi'aat 28
رَفَعَ سَمْكَهَا فَسَوَّاهَا (28)
Dia membangun langit, meninggikannya dan melengkapinya dengan benda-benda angkasa, seperti planet dan sebagainya, kemudian menetapkan ketentuan-ketentuan yang mengatur benda-benda angkasa. sehingga benda-benda itu tetap di angkasa; tidak berjatuhan seakan-akan menjadi perhiasan seluruh jagatnya.
wa-aghthasya laylahaa wa-akhraja dhuhaahaa [QS 79:29]
dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang.
waal-ardha ba'da dzaalika dahaahaa [QS 79:30]
Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya.
akhraja minhaa maa-ahaa wamar'aahaa [QS 79:31]
Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya.
waaljibaala arsaahaa [QS 79:32]
Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh,
mataa'an lakum wali-an'aamikum [QS 79:33]
(semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu.
idzaa alssamaau infatharath [QS 82:1]
Apabila langit terbelah,
wa-idzaa alkawaakibu intatsarath [QS 82:2]
dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan,
qul huwa allaahu ahadun [QS 112:1]
Katakanlah: "Dialah Allah, Yang Maha Esa.
Tafsir DEPAG / Surah Al Ikhlash 1
Dahhak meriwayatkan bahwa orang-orang musyrik mengutus kepada Nabi Muhammad SAW Amir bin Tufail, menyampaikan amanah mereka kepada Nabi, ia berkata: "Engkau telah memecah belahkan keutuhan kami, memaki-maki "tuhan" kami, berubah agama nenek moyangmu. Jika engkau miskin dan mau kaya kami berikan engkau harta. Jika engkau gila kami obati. Jika engkau ingin wanita cantik akan kami kawinkan engkau dengannya". Nabi menjawab:
لست بفقير ولا مجنون ولا هويت امرأة أنا رسول الله أدعوكم من عبادة الأصنام إلى عبادته. فأرسلوه ثانية وقالوا: قل له بين لنا جنس معبودك. امن ذهب أو من فضة؟ فأنزل الله هذه السورة.
Artinya:
"Aku tidak miskin, tidak gila, tidak ingin kepada wanita. Aku adalah Rasul Allah, mengajak kamu meninggalkan penyembahan berhala dan mulai menyembah Allah Yang Maha Esa", kemudian mereka mengutus utusannya yang kedua kalinya dan bertanya kepada Rasulullah. Terangkanlah kepada kami macam Tuhan yang engkau sembeh itu. Apakah Dia dari emas atau perak?", lalu Allah menurunkan surah ini. (HR. Dahhak)
Maha Esa pada zat-Nya berarti zat-Nya tidak tersusun dari beberapa zat atau bagian. Maha Esa pada sifat-Nya berarti tidak ada satu sifat makhlukpun yang menyamai-Nya dan Maha Esa pada af'al-Nya berarti hanya Dialah yang membuat semua perbuatan sesuai dengan firman-Nya.
Artinya:
Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia.
(Q.S. Yasin: 82).
Asbabun Nuzul
Tafsir Sebab turun / Surah Al Ikhlash 1
Imam Tirmizi, Imam Hakim dan Imam Ibnu Khuzaimah, telah mengetengahkan sebuah hadis melalui jalur Abul Aliyah, yang ia terima dari Ubay bin Kaab, bahwasanya orang-orang musyrik telah berkata kepada Rasulullah saw., "Ceritakanlah kepada kami mengenai Rabbmu." Maka Allah menurunkan firman-Nya, "Katakanlah! 'Dialah Allah Yang Maha Esa.'" (Q.S. Al Ikhlash, 1 hingga akhir surah)
Imam Tabrani dan Imam Ibnu Jarir mengetengahkan hadis yang sama melalui hadis yang diriwayatkan oleh Jabir bin 'Abdullah. Dengan demikian maka dapat disimpulkan, bahwa surah Al Ikhlash ini termasuk surah Makiah.
Imam Ibnu Abu Hatim mengetengahkan sebuah hadis melalui Ibnu Abbas, bahwasanya orang-orang Yahudi datang kepada Nabi saw. di antara mereka terdapat Kaab bin Asyraf dan Huyay bin Akhthab. Mereka berkata, "Hai Muhammad! Gambarkanlah kepada kami Rabbmu yang telah mengutusmu." Maka Allah swt. menurunkan firman-Nya, "Katakanlah! Dialah Allah Yang Maha Esa'." (Q.S. 112 Al Ikhlash, 1 hingga akhir surah)
Imam Ibnu Jarir mengetengahkan pula hadis yang sama melalui Qatadah. Demikian pula Imam Ibnu Munzir mengetengahkan pula hadis yang sama melalui Said bin Jubair. Maka dengan riwayat ini dapat disimpulkan bahwa surah ini termasuk ke dalam kelompok surah Madaniah.
Imam Ibnu Jarir mengetengahkan sebuah hadis melalui Abul Aliyah yang menceritakan, bahwa ia telah mendengar Qatadah menuturkan sebuah hadis, bahwasanya golongan yang bersekutu mengatakan kepada Nabi saw., "Gambarkanlah kepada kami Rabbmu." Lalu datanglah malaikat Jibril kepada Nabi saw. dengan membawa surah ini. Inilah orang-orang musyrik yang dimaksud di dalam hadis Ubay tadi, dengan demikian maka dapat disimpulkan, bahwa surah ini termasuk ke dalam kelompok surah Madaniah.
Seperti halnya pula pengertian yang diisyaratkan oleh hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas r.a. dan kedua hadis tersebut tidak bertentangan. Akan tetapi Imam Abu Syekh di dalam kitabnya Al 'Azhamah, mengetengahkan sebuah hadis melalui jalur Abban yang ia terima dari Anas r.a. yang menceritakan, bahwasanya orang-orang Yahudi Khaibar datang kepada Nabi saw. lalu mereka berkata, "Hai Abul Qasim! (nama julukan Nabi Muhammad) Allah telah menciptakan malaikat dari nur (cahaya) al Hijab, Nabi Adam dari lumpur hitam yang diberi bentuk, iblis dari nyala api, langit dari asap dan bumi dari buih air. Maka ceritakanlah kepada kami tentang Rabbmu." Nabi tidak menjawab mereka, maka datanglah malaikat Jibril dengan membawa surah ini, yaitu firman-Nya, "Katakanlah! Dialah Allah Yang Maha Esa." (Q.S. 112 Al-Ikhlash, 1 hingga akhir surah).
allaahu alshshamadu [QS 112:2]
Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
Tafsir DEPAG / Surah Al Ikhlash 2
Pada ayat ini Allah menambahkan penjelasan tentang sifat Tuhan Yang Maha Esa itu, yaitu Dia adalah Tuhan tempat meminta dan memohon.
lam yalid walam yuuladu [QS 112:3]
Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Ikhlash 3
Dalam ayat lain yang sama artinya Allah berfirman:
Artinya:
Tanyakanlah (ya Muhammad) kepada mereka (orang-orang kafir Mekah) "Apakah untuk Tuhanmu anak-anak perempuan dan untuk mereka anak-anak laki-laki, atau apakah Kami menciptakan malaikat-malaikat berupa perempuan dan mereka menyaksikan (nya)? Ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka dengan kebohongannya benar-benar mengatakan: "Allah beranak". Dan sesungguhnya mereka benar-benar orang yang berdusta. (Q.S. As Saffat: 149-152).
Dengan demikian Dia tidak sama dengan makhluk lainnya, Dia berada tidak didahului oleh tidak ada. Maha suci Allah dari apa yang tersebut.
walam yakun lahu kufuwan ahadun [QS 112:4]
dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia".
Tafsir DEPAG / Surah Al Ikhlash 4
Dalam ayat ini Allah menjelaskan lagi bahwa tidak ada yang setara dan sebanding dengan Dia dalam zat, Sifat dan perbuatan-Nya. Ini adalah tantangan terhadap orang-orang yang beriktikad bahwa ada yang setara dan menyerupai Allah dalam perbuatannya, sebagaimana pendirian orang-orang musyrik Arab yang menyatakan bahwa malaikat itu adalah sekutu Allah.
Untuk meresapkan arti ketauhidan kepada Allah yang terkandung dalam surah Al Ikhlas, maka kami mencantumkan pada akhir tafsir surah ini sebuah munajat kepada Allah yang diamalkan oleh mereka yang tekun melaksanakan ibadahnya:
بسم الله الرحمن الرحيم الحمد لله حمدا يوافي نعمه ويكافئ مزيده، والصلاة والسلام على من لا نبي بعده، وعلى آله وصحبه ومن والاه، يا من لا أرى سواه وإن تعددت المظاهر ولا أناجي إلا إياه وإن كثرت الظواهر ولا أبتغي إلا جدواه وإن تنوعت المصادر أسألك بحق توحيدك في الوجود وتعدد تجلياتك في الشهود وبحرمة ظهورك للبصائر واحتجابك عن المشاعر أن تقضي حاجتي إليك.... وإن لا تجعل فيها معولي إلا عليك وصلى الله على سيدنا (3 kali) محمد النبي الأمي وعلى آله وصحبه"
Artinya:
"Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang Segala puji bagi Allah dengan pujian yang sesuai dengan nikmat-nikmat-Nya dan seimbang nikmat tambahan-Nya. Semoga rahmat dan keselamatan dilimpahkan kepada Nabi penutup, Muhammad SAW yang tidak ada lagi Nabi sesudahnya dan kepada sekalian keluarganya, sahabat dan sekalian yang mencintainya. Ya Allah, Tuhan yang aku tidak melihat (dengan mata hatiku) selain Dia, walaupun banyak gejala-gejala nampak, dan yang aku tidak bermunajat melainkan kepada-Nya saja, walaupun banyak wujud-wujud di alam lahir dan yang aku tidak menginginkan melainkan manfaat-Nya walaupun banyak sumber-sumber pengambilannya. Aku mohon kepada-Mu dengan tawassul kepada keesaan-Mu di alam wujud dan berbilangnya tajalli (penampakan kekuasaan-Mu) di alam pancaindera dan dengan kehormatan nampaknya keagungan-Mu bagi mata hati dan tertutupnya Engkau dari jangkauan pancaindera, agar kiranya Engkau mengabulkan hajat permohonanku ini dan agar Engkau tidak membiarkan aku bersandar pada permohonanku ini; (sebutkan hajat yang dimaksud) apa hanya semata-mata kepada rahmat karunia-Mu saja dan semoga rahmat keselamatan dilimpahkan kepada junjungan kami Nabi Muhammad SAW, Nabi yang ummi dan kepada sekalian keluarganya dan sahabatnya. (3x).
Munajat ini mengandung pula permohonan dipenuhi segala hajat keperluan yang direnungkan ketika sampai kepada kalimat:
أن تقضي حاجتي إليك.
Sumber kutipan Al-Qur'an:
- quran-terjemah.org
- quran.bacalah.net